Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Virus Corona Buat Pendapatan Negara Turun 10 Persen

Virus Corona Buat Pendapatan Negara Turun 10 Persen Rupiah. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Pandemi Corona covid-19 masih menyerang seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pandemi ini membawa situasi dalam dua krisis sekaligus yaitu ekonomi dan kesehatan.

Oleh karenanya, pemerintah terus menggulirkan berbagai kebijakan sebagai upaya menekan risiko dari penyebaran Corona covid-19, sehingga dampak kesehatan dan ekonomi bisa diminimalisir.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Febrio Kacaribu memprediksi pertumbuhan pendapatan negara akan minus 10 persen akibat pandemi ini.

Orang lain juga bertanya?

"Pertumbuhan pendapatan negara akan minus 10 persen, penerimaan pajak rasio juga akan rendah, bisa turun sangat dalam. Pendapatan non-pajak juga akan sangat defisit terlalu dalam," kata dia dalam video konferensi Indonesia Macroeconomy Update, Senin (20/4).

Adapun rinciannya, penerimaan pajak DJP tumbuh - (minus) 5,9 persen. Hal tersebut karena adanya penurunan pertumbuhan ekonomi dan perang harga minyak.

Selain itu, juga karena adanya fasilitas pajak insentif tahap II (PMK 23/2020), relaksasi pajak tambahan, pengurangan tarif PPh Badan menjadi 22 persen, serta potensi penundaan PPH deviden karena Omnibus Law.

Pendapatan bea dan cukai tumbuh -2,2 persen, dengan memperhitungkan dampak stimulus pembebasan bea masuk untuk 19 industri.

Kemudian, dalam paparan juga dirincikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tumbuh -26,5 persen dengan memperhitungkan dampak migas yang turun karena perubahan asumsi ICP yang lebih rendah, dan SDA Non-migas yang turun karena penurunan harga batu bara.

Tekanan Luar Biasa pada APBN

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati melakukan pembahasan dengan Komisi XI DPR mengenai kondisi APBN akibat pandemi Covid-19 membuat pendapatan negara anjlok.

Dalam paparannya, Sri Mulyani menyatakan adanya tekanan yang luar biasa terhadap APBN 2020.

"APBN alami tekanan luar biasa, penerimaan turun banyak karena sejumlah sektor mengalami tekanan dalam. Outlook kita, APBN 2020, penerimaan akan kontraksi. Outlook hingga hari ini pendapatan negara hanya Rp 1.760,9 triliun," papar Sri Mulyani, Senin (6/4).

Dalam paparannya, Sri Mulyani membeberkan kondisi secara garis besar APBN 2020, di antaranya pendapatan negara turun Rp472,3 triliun dari target Rp2.233,2 triliun menjadi Rp1.760,9 triliun.

Belanja negara mengalami kenaikan, dari Rp2.540,4 triliun menjadi Rp2.613,8 triliun. Dari angka tersebut, maka defisit akan naik dari Rp307,2 triliun (1,76 persen dari PDB) menjadi Rp 853 triliun (5,07 persen dari PDB).

"Ini akibat langkah-langkah karena work from home (WFH) dan social distancing. Juga kebutuhan untuk melindungi dunia usaha, sebabkan kenaikan kebutuhan untuk mendorong dan melindungi dunia usaha baik dalam bentuk pajak maupun tambahan pemberian relaksasi," jelas Sri Mulyani.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Sebesar Rp347,6 Triliun, Lebih Baik Dibanding 2019 dan 2020
Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Sebesar Rp347,6 Triliun, Lebih Baik Dibanding 2019 dan 2020

Pada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.

Baca Selengkapnya
APBN April 2024 Surplus, Tapi Pendapatan Negara Turun
APBN April 2024 Surplus, Tapi Pendapatan Negara Turun

Pendapatan negara jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan yakni 7,6 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah
10 Tahun Jokowi dan Warisan Utang Pemerintah

Per Agustus 2024, posisi utang Indonesia berada di angka Rp8.461,93 triliun, setara dengan 38,49 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya
Ternyata Nilai Tukar Rupiah Punya Pengaruh Kuat di APBN, Ini Buktinya
Ternyata Nilai Tukar Rupiah Punya Pengaruh Kuat di APBN, Ini Buktinya

Penurunan pendapatan negara terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas, khususnya batubara dan CPO.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: APBN Tekor Rp93,4 Triliun di Juli 2024
Sri Mulyani: APBN Tekor Rp93,4 Triliun di Juli 2024

APBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya
Harga Komoditas Anjlok, APBN Defisit Rp21,8 Triliun di Mei 2024
Harga Komoditas Anjlok, APBN Defisit Rp21,8 Triliun di Mei 2024

Realisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).

Baca Selengkapnya
Pendapatan Negara Turun di Awal 2024, Sri Mulyani: Kita Harus Hati-Hati
Pendapatan Negara Turun di Awal 2024, Sri Mulyani: Kita Harus Hati-Hati

Dengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp1.045 Triliun per Juli 2024
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp1.045 Triliun per Juli 2024

Sri Mulyani merinci, penerimaan pajak terbesar disumbang Pajak penghasilan (PPh) Non Migas mencapai Rp593,76 triliun.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Begini Dampak Parah Jika PPN Naik 12 Persen di Era Prabowo
Ternyata, Begini Dampak Parah Jika PPN Naik 12 Persen di Era Prabowo

Kenaikan tarif PPN tersebut diproyeksikan berdampak negatif terhadap ekonomi baik pertumbuhan ekonomi, inflasi, upah riil buruh.

Baca Selengkapnya
Negara Terima Pajak Rp624,19 Triliun, Ini Daftar Sumber Terbesarnya
Negara Terima Pajak Rp624,19 Triliun, Ini Daftar Sumber Terbesarnya

Terdapat penurunan nilai penerimaan pajak hingga April 2024.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp760 Triliun Hingga Mei 2024
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp760 Triliun Hingga Mei 2024

Pajak penghasilan (PPh) non migas terkontraksi sebesar 5,41 persen dengan realisasi sebesar Rp443,72 triliun, sekitar 41,73 persen dari target.

Baca Selengkapnya
Jumlah Masyarakat Kelas Menengah Turun dari 57,3 Juta Menjadi 47,8 Juta Orang, Turun Jadi Masyarakat Miskin?
Jumlah Masyarakat Kelas Menengah Turun dari 57,3 Juta Menjadi 47,8 Juta Orang, Turun Jadi Masyarakat Miskin?

Jumlah penduduk kelas menengah tersebut menyumbang 21,45 persen dari proporsi penduduk.

Baca Selengkapnya