Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Wacana Penerapan GBHN Tak akan Buat Perekonomian Nasional Kembali Berjaya

Wacana Penerapan GBHN Tak akan Buat Perekonomian Nasional Kembali Berjaya pertumbuhan ekonomi. ©2019 Merdeka.com/Imam Buhori

Merdeka.com - Pengamat Ekonomi Konstitusi, Defiyan Cori menilai penerapan kembali Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tidak lantas akan membuat perekonomian nasional mengulang masa kejayaannya di masa lalu. Alasannya, sistem politik-lah yang seharusnya diubah agar pembangunan Indonesia tetap terus berkesinambungan meski kepala negara telah berganti.

"Adanya usulan penerapan GBHN tanpa perubahan sistem politik tidak akan jalan," kata Defiyan di Jakarta, Kamis (29/4).

Sistem politik multi partai dengan undang-undang presidensial dinilai belum optimal. Sebab orang-orang yang duduk di kursi kabinet merupakan titipan partai yang mengklaim bekerja atas nama rakyat dan menanggalkan atribut kepartaian. Belum lagi dana politik saat kampanye kerap ditagih balik dalam bentuk kebijakan ketika sudah menjabat.

Orang lain juga bertanya?

Model pemerintahan ini yang menurut Defiyan bukan kultur Indonesia. Pemilihan presiden yang diwakili MPR itulah yang seharusnya dipertahankan, bukan mengganti sistem yang bukan akar kultur negara. Sehingga bila ingin ada perubahan dalam sistem ekonomi saat ini, maka sebaiknya sistem politik yang lebih dulu diubah.

"Kalau mau mengangkat sistem ekonomi kita, undang-undang politiknya juga harus diubah," kata dia.

Di masa lalu, kata Defiyan banyak negara tetangga yang datang ke Indonesia untuk belajar sistem ekonomi yang diterapkan. Mengedepankan koperasi dan BUMN sebagai penggerak perekonomian nasional.

Negara-negara yang dimaksud yakni Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand dan yang lainnya. Defiyan pun menyayangkan, pasca krisis 1998, Indonesia justru mengubah sistem politiknya dengan berkiblat ke negara lain yang bukan kulturnya.

"Mereka itu datang ke Indonesia untuk belajar ke kita. Sekarang semua tumbuh dan berkembang, sedangkan kita yang melihat negara lain malah tidak maju," ungkapnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Beratnya Jadi Partai Oposisi di Indonesia
Beratnya Jadi Partai Oposisi di Indonesia

Alih-alih didukung rakyat, suaranya malah turun di Pemilu.

Baca Selengkapnya
Gerindra Nilai Rencana Kabinet Gemuk Prabowo-Gibran Bakal Lebih Efektif, Ini Alasannya
Gerindra Nilai Rencana Kabinet Gemuk Prabowo-Gibran Bakal Lebih Efektif, Ini Alasannya

Dia enggan membeberkan kementerian apa yang nantinya akan dilakukan penggabungan ataupun pemisahan.

Baca Selengkapnya
Megawati Sindir Penguasa Mirip Zaman Orba, TKN Prabowo: Kegelisahan Gagal Jadikan Jokowi Alat Partai
Megawati Sindir Penguasa Mirip Zaman Orba, TKN Prabowo: Kegelisahan Gagal Jadikan Jokowi Alat Partai

TKN Prabowo membantah pernyataan Ketua PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri soal pemerintahan Jokowi seperti Orba

Baca Selengkapnya
Dinasti Politik Merupakan Suatu Anomali di Era Indonesia Modern
Dinasti Politik Merupakan Suatu Anomali di Era Indonesia Modern

Apakah partai politik saat ini benar-benar mewakili aspirasi rakyat dan sungguh-sungguh menjalankan aspirasi tersebut.

Baca Selengkapnya
DPRD DKI Tolak Wacana Gubernur Jakarta Dipilih Langsung Presiden: Karena Merenggut Hak Rakyat Memilih
DPRD DKI Tolak Wacana Gubernur Jakarta Dipilih Langsung Presiden: Karena Merenggut Hak Rakyat Memilih

Fraksi DPRD DKI Jakarta menolak wacana kebijakan gubernur dipilih langsung presiden usai Ibu Kota berpindah ke IKN, Kalimantan Timur

Baca Selengkapnya
Sudirman Said Dengar Ada Skenario Bangun Koalisi Besar Permanen: Ini Itikad Sangat Buruk
Sudirman Said Dengar Ada Skenario Bangun Koalisi Besar Permanen: Ini Itikad Sangat Buruk

Sudirman menilai skenario tersebut sebagai itikad buruk yang mengancam demokrasi.

Baca Selengkapnya
Tito Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Ini Respons Demokrat
Tito Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Ini Respons Demokrat

Dengan pilkada langsung, Demokrat menilai masyarakat bisa memilih pemimpin yang dekat dengan rakyat

Baca Selengkapnya
Megawati Tegaskan Orang Luar Tak Bisa Langsung Jadi Ketum di PDIP, Kritik Kaesang?
Megawati Tegaskan Orang Luar Tak Bisa Langsung Jadi Ketum di PDIP, Kritik Kaesang?

Megawati menilai, saat ini politik hanya digunakan untuk penggalangan kekuatan untuk kekuasaan belaka.

Baca Selengkapnya
Sepakat dengan Luhut, Demokrat: Orang Toxic Malah Meracuni
Sepakat dengan Luhut, Demokrat: Orang Toxic Malah Meracuni

Kabinet hanya diisi oleh sejumlah orang saja, sehingga perlu sosok-sosok yang berkualitas.

Baca Selengkapnya
Ganjar Pilih Berada di Luar Pemerintahan Ketimbang Gabung jadi Menteri Prabowo-Gibran
Ganjar Pilih Berada di Luar Pemerintahan Ketimbang Gabung jadi Menteri Prabowo-Gibran

Ganjar Pranowo lebih memilih berada di luar pemerintahan dibanding mengisi jabatan menteri Kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
LSI Denny JA: 71,6 Persen Publik Tidak Setuju Presiden Petugas Partai
LSI Denny JA: 71,6 Persen Publik Tidak Setuju Presiden Petugas Partai

Denny menjelaskan mayoritas publik ingin presiden yang bekerja untuk kepentingan, kesejahteraan, dan keadilan publik, bukan partai.

Baca Selengkapnya
Wacana Kabinet Prabowo Diisi 40 Menteri, Ganjar Ingatkan ‘Politik Akomodasi’ Tak Langgar UU
Wacana Kabinet Prabowo Diisi 40 Menteri, Ganjar Ingatkan ‘Politik Akomodasi’ Tak Langgar UU

Ganjar mengingatkan, sudah ada Undang-undang (UU) yang membatasi jumlah kursi menteri.

Baca Selengkapnya