Wamen Soal Restrukturisasi Garuda Indonesia Alot: Lessor Sampai 32, yang Lain Hanya 5
Merdeka.com - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, perkembangan restrukturisasi utang Garuda Indonesia. Dia mengatakan, restrukturisasi ini bukan hal yang mudah dilakukan karena banyaknya lessor.
"Lessor ini memang cukup banyak ada 32 lessor. Kita harus negosiasi one on one dan beda-beda dan ini menantang," kata Kartika dikutip Youtube DPR, Jakarta, ditulis Rabu (10/11).
Kartika mengatakan, kasus ini sangat jauh berbeda dengan restrukturisasi maskapai penerbangan lain. Di mana hanya memiliki 4 sampai 5 lessor.
-
Bagaimana Garuda Mataram dikelola sekarang? Kini Garuda Mataram Motor dikendalikan Indomobil group, yang dimiliki keluarga Sudono Salim.
-
Siapa yang pernah menjadi wartawan berprestasi dan komisaris Garuda Indonesia? Yenny Wahid memiliki cukup banyak sepak terjang dalam ranah berbeda-beda. Ia pernah menjadi wartawan berprestasi hingga komisaris Garuda Indonesia.
-
Bagaimana Garuda Indonesia selesaikan masalah delay? Ketua DPW Partai Amanat Nasional Sulsel ini mengungkapkan sampai saat ini ada empat penerbangan jemaah haji menggunakan Garuda Indonesia yang mengalami delay. Ia menagih komitmen Garuda Indonesia untuk menyelesaikan masalah tersebut.
-
Kapan Yenny Wahid menjadi komisaris Garuda Indonesia? Ia menduduki jabatan ini sejak 2020, kemudian mengundurkan diri pada Agustus 2021.
-
Bagaimana Kementerian BUMN mengelola BUMN? Fungsi Kementerian BUMN Perumusan dan penetapan kebijakan sekaligus koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, di bidang pengembangan usaha, inisiatif bisnis strategis, penguatan daya saing dan sinergi, penguatan kinerja, penciptaan pertumbuhan berkelanjutan, restrukturisasi, pengelolaan hukum dan peraturan perundang-undangan, manajemen sumber daya manusia, teknologi dan informasi, keuangan dan manajemen risiko BUMN.
-
Siapa yang memimpin Dewan Garuda? Tak ingin ketinggalan, Kolonel Barlian pun membentuk dewan bernama Dewan Garuda pada tanggal 26 Desember 1956.
"Kalau airline lain punya lessor 4 sampai 5 lessor sehingga strateginya negosiasinya mudah. Kalau ini karena 32 lessor dan pegang pesawatnya beda-beda jadi masing-masing lessor harus punya strategi yang berbeda-beda," jelasnya.
Selanjutnya, dia menjelaskan perkembangan restrukturisasi, minggu ini pemerintah dan perseroan sudah menyebarkan proposal. Proposal sudah diberikan kepada seluruh leasing termasuk kreditur perbankan, pemilik sukuk juga vendor seperti PT Pertamina.
"Proposal restrukturisasi Garuda sudah kami launching di minggu ini. Kita negosiasi dengan seluruh leasing company, dengan seluruh kreditur. Bagi kreditur perbankan maupun kreditur pemegang sukuk maupun dengan para vendor-vendor, termasuk seperti Pertamina dan lain-lain," katanya.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah meminta lessor mengambil kembali pesawatnya. Dengan kesepakatan harga semurah mungkin untuk menekan biaya listriknya.
"Pertama tentunya kita ingin mengurangi jumlah pesawat. Jadi ada lessor lessor yang kita paksa untuk mengambil pesawatnya lagi. Sebagai contoh 777 kita negosiasi untuk mengurangi untuk harganya semurah mungkin dan harapannya dengan negosiasi ini kita bisa menekan biaya listriknya mencapai 40 sampai 50 persen dari tarif saat ini," kata Tiko.
Dia menambahkan, negosiasi restrukturisasi tersebut belum tentu berhasil. Sebab hal ini tergantung kesepakatan dengan masing-masing lessor. "Tentunya ini sukses tidaknya tergantung nanti dengan negosiasi dengan masing-masing lessor," katanya.
Persetujuan Kreditur Kunci Utama Keberhasilan Restrukturisasi
Tiko melanjutkan, tidak ada cara lain pemerintah dan perusahaan harus menurunkan aksesibilitas secara sama-sama dengan cara melakukan negosiasi leasing. Diharapkan, nanti kalau berhasil melakukan restrukturisasi, aksesibilitas keuangannya mulai balance dan mulai ada positif equity.
"Jadi ini memang menjadi kunci utama suksesnya restrukturisasi Garuda adalah persetujuan dari kreditur ini yang penting. Karena tanpa persetujuan kreditur tidak mungkin pemegang saham bisa bergerak. Ini yang kami akan tekan kan bahwa nasib Garuda ini bukan hanya di tangan pada pemegang saham ya tapi juga di tangan krediturnya," jelasnya.
"Makanya kami sangat aktif sebulan, dua bulan terakhir dengan para lessor dan bank, termasuk bank himbara, termasuk dengan Pertamina. Bahwa memang para kreditur ini mengakui, kondisi Garuda sekarang dan menerima bahwa harus ada pengurangan utang yang signifikan. Karena kalau tidak ada pengurangan utang neracanya tadi tidak akan bisa survive," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Erick berencana jumlah BUMN akan dipangkas, menyisakan 40 perusahaan saja di tahun ini.
Baca SelengkapnyaBaginya, efisiensi di tubuh BUMN terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan milik negara yang ia pimpin.
Baca SelengkapnyaSejumlah perusahaan BUMN masih terlilit utang besar dengan nilai hingga triliunan rupiah.
Baca SelengkapnyaErick mengapresiasi upaya restrukturisasi Waskita Karya. Menurutnya, kerja keras perseroan selama dua tahun terakhir membuahkan hasil yang signifikan.
Baca SelengkapnyaAda 6 BUMN yang dipersempit skala operasinya sebagai bentuk penyelesaian utang-utang masa lalu.
Baca SelengkapnyaPembubaran terhadap tujuh perusahaan BUMN tersebut lantaran secara bisnis sudah tidak mampu lagi bersaing.
Baca SelengkapnyaPT Garuda Indonesia (Tbk) melaporkan kerugian sebesar USD76,38 juta pada Semester I– 2023.
Baca SelengkapnyaTeten Masduki mengungkapkan potensi penghapusan kredit macet UMKM yang terdampak bencana gempa bumi Yogyakarta 2006 dan Covid-19.
Baca SelengkapnyaPembubaran 7 perusahaan BUMN merupakan bagian dari program transformasi yang diusung sejak 2019 lalu.
Baca SelengkapnyaSebanyak 6 perusahaan BUMN karya membentuk perusahaan patungan bernama PT Karya Logistik Nusantara (KLN) untuk membangun IKN.
Baca SelengkapnyaPengalihan PMN ini dilakukan dalam proses restrukturisasi keuangan Waskita.
Baca SelengkapnyaPertama, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebenarnya telah menjalani restrukturisasi pada 2019 lalu.
Baca Selengkapnya