Waspada, Pemerintah Ungkap Praktik Penipuan ini Paling Banyak Terjadi Saat Pandemi
Merdeka.com - Perusahaan perangkat lunak antivirus, Kaspersky Lab melakukan penelitian mengenai dampak Covid-19 terhadap dunia siber di wilayah Asia Pasifik (APAC). Temuan Karpersky Lab menunjukkan bahwa para penjahat siber biasa menggunakan beberapa metode untuk mencari keuntungan.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan jumlah tindak pidana kasus penipuan (fraud) meningkat selama pandemi Covid-19. Kasus penipuan saat ini marak di ranah pengadaan alat kesehatan.
"Penipuan itu agak meningkat cukup signifikan saat pandemi sekarang. Karena ini terkait dengan beberapa hal. Pertama meningkatnya transaksi terkait alat-alat kesehatan, kemudian ini karena pemanfaatan teknologi," ujar Kepala PPATK, Dian Ediana Rae.
-
Apa saja yang ditemukan dalam penelitian Kaspersky? Pakar Kaspersky melakukan penelitian skala besar mengenai ketahanan 193 juta kata sandi, yang disusupi oleh infostealers dan tersedia di darknet, terhadap serangan brute force dan tebakan cerdas (smart guessing attacks).
-
Apa yang dilakukan oleh penjahat siber untuk menipu pengguna? Serangan ini menggunakan teknik penipuan seperti Captcha palsu dan pesan kesalahan dari Chrome untuk menipu pengguna agar mengunduh malware yang dikenal sebagai stealer.
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
-
Apa contoh jenis kejahatan siber? Jenis malware yang mengenkripsi data pada komputer korban dan meminta pembayaran tebusan untuk mendapatkan kunci dekripsi.
-
Siapa yang mengungkapkan modus penipuan digital? Salah satu agen Brilink di Kecamatan Sanden bernama Supri Suharsana membongkar modus yang kerap dialami para korban.
-
Bagaimana cara kejahatan siber mendapatkan informasi sensitif? Beberapa pemateri juga menjelaskan mengenai social engineering atau praktik manipulasi psikologis yang dilakukan oleh penyerang (pelaku kejahatan siber) untuk memperoleh informasi sensitif, mendapatkan akses ke sistem atau sumber data yang seharusnya terbatas.
Dian menyatakan, modus penipuan ini banyak bermula dari peretasan email dalam transaksi alat kesehatan. Pasca email diretas, akhirnya dana yang seharusnya dibayarkan ke pihak penjual malah dialihkan ke orang lain yang tidak berhak.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah, mewanti-wanti agar masyarakat juga lebih hati-hati dalam berbelanja daring. Benar-benar mencermati setiap prosedur saat berbelanja, agar tidak dirugikan.
Sebab, di tengah wabah Covid-19, di mana masyarakat membutuhkan banyak alat kesehatan untuk melindungi diri dan keluarga, muncul pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan penipuan memanfaatkan kepanikan.
Modus penipuan beragam, termasuk melalui pengiriman barang bodong dan juga melalui phising. Phising menjadi salah satu andalan penipu di tengah timbulnya permintaan tinggi dan kepanikan masyarakat untuk mencari alat kesehatan.
Diketahui, melalui phising seorang peretas bisa menjebak untuk memberikan data-data penting secara tanpa disadari melalui jaringan internet, yang berujung peretasan.
Piter menjelaskan, untuk mengurangi penipuan di perdagangan online memang tidak mudah. Menghilangkan sama sekali rasanya tidak mungkin. Karena itu, dia mendorong agar marketlpace lebih gencar meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang bagaimana belanja online secara aman.
"Salah satunya hanya belanja online di marketplace yang sudah teruji dan kredible serta pergunakan sistem yang mereka punya," ujar Piter.
Modus Penipuan Lain
Direktur Global Research and Analysis Team wilayah APAC Kaspersky Lab, Vitaly Kamluk, membeberkan hasil penelitian pihaknya kepada publik. Salah satu metode yang banyak digunakan adalah mengirim surat elektronik atau email penipuan.
Banyak email penipuan terkait Covid-19 yang mengatasnamakan pemerintah dan/atau lembaga kesehatan, misalnya World Health Organization (WHO) atau Lembaga Kesehatan Dunia. Sebuah email yang mengatasnamakan WHO menjanjikan vaksin Covid-19 dengan meminta pengguna untuk mengunduhnya.
Kendati terdengar tidak masuk akal, tetapi begitulah adanya. Modus ini digunakan oleh para penjahat siber untuk melancarkan aksinya.
Selain menjanjikan vaksin Covid-19 dengan cara mengunduh file di email, penjahat siber juga memakai motif lain dengan menawarkan home test kit kepada targetnya.
Para penjahat siber pun berpura-pura memberikan penawaran klaim pengembalian uang (money reimbursement) sebagai garansi atas produk-produk yang ditawarkan. Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, email-email semacam itu sangat potensial memakan korban. Sebagaimana dikatakan oleh Vitaly Kamluk dari Karpersky Lab.
Banyaknya penggalangan dana atau donasi terkait Covid-19 juga dimanfaatkan oleh para penjahat siber. Mereka biasanya menggalang dana dari targetnya dan mengaku akan menyumbangkan hasil donasi untuk penanganan pandemi Covid-19. Sebelum berdonasi pastikan si penggalang dana ini bisa dipercaya dan akan memanfaatkan hasil donasi untuk sebenar-benarnya penanganan Covid-19.
Ada juga penjahat siber yang menggunakan topik aplikasi pelacak virus corona. Topik ini cukup masuk akal digunakan sebagai modus penipuan. Sebab, beberapa negara merilis aplikasi pelacak vitus seperti PeduliLindungi yang ada di Indonesia.
Topik seputar alat medis juga diolah sedemikian rupa oleh para penjahat siber. Diketahui bersama, sejumlah alat medis menjadi kebutuhan pokok dalam penanganan pandemi Covid-19.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, berharap masyarakat juga lebih hati-hati. Jika memungkinkan, lakukan perbandingan harga, dan juga mencari produk seperti masker di apotik-apotik, atau aplikasi yang spesifik untuk kesehatan.
Adapun untuk kasus-kasus phising, kata Semuel, secara khusus ditangani Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) karena terkait dengan keamanan informasi. Namun Kominfo juga aktif, mengedukasi publik, agar hati-hati. Misal agar tidak mengklik link atau url website yang mencurigakan.
"Masyarakat jangan mudah klik link website yang mencurigakan, seringkali link misal menambahkan satu dua huruf satu dua kata, seperti aslinya, padahal ulr website tidak benar, Kominfo kami fokus mengedukasi dan mengawasi agar tidak terjadi kasus-kasus seperti itu," ujar Semuel.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada Q3 tahun 2024, para ahli Kaspersky menemukan bahwa jumlah pengguna yang mendapati aplikasi VPN gratis palsu meningkat.
Baca SelengkapnyaPenipu menggunakan wajah seseorang yang dikenal oleh korban .
Baca SelengkapnyaMemiliki pendidikan lebih baik dan kepintaran tidak membuat seseorang dijamin kebal dari penipuan. Kenali mengapa mereka tetap rentan menjadi korban tipuan ini:
Baca SelengkapnyaPelanggaran data dan ransomware merajalela, AI jadi senjata baru. Bagaimana Indonesia?
Baca SelengkapnyaOJK akan membuat anti scam center sebagai upaya memutus rantai tindakan penipuan.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaLaporan Microsoft ini menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaHampir sepertiga insiden serangan siber didominasi oleh ransomware.
Baca SelengkapnyaMenurut laporan Kaspersky, hacker mulai menyerang permainan game anak muda.
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaBadan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca Selengkapnya