WHO akan Siapkan Dana Kompensasi Efek Samping Vaksin Covid-19 di Negara Miskin
Merdeka.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sedang menyiapkan dana kompensasi untuk orang-orang di negara-negara miskin yang mungkin menderita efek samping dari vaksin Covid-19. Ini untuk menghindari pengulangan penundaan yang dialami satu dekade lalu selama pandemi flu babi H1N1, ketika penyuntikan diperlambat puluhan negara berpenghasilan rendah karena tidak ada kewajiban yang jelas.
Dilansir dari Reuters, skema ini disiapkan oleh promotor fasilitas vaksin COVAX, yang dipimpin bersama oleh WHO dan Aliansi Vaksin Global, GAVI. COVAX mendistribusikan setidaknya 2 miliar jepretan efektif di seluruh dunia pada akhir tahun depan.
Skema ini dapat membayar tagihan untuk 92 negara berpenghasilan rendah, sebagian besar di Afrika dan Asia Tenggara, yang berarti pemerintah mereka akan dikenai sedikit atau tanpa biaya dari klaim yang diajukan oleh pasien, jika terjadi kesalahan yang tidak terduga setelah vaksin yang didistribusikan COVAX disuntikkan.
-
Bagaimana cara mengatasi keterlambatan imunisasi? Apabila imunisasi terlewat, langkah yang harus diambil adalah segera menjadwalkan imunisasi susulan. Dalam beberapa situasi, vaksinasi masih dapat diberikan dalam rentang waktu tertentu sesuai dengan panduan medis yang berlaku. Sebagai contoh, vaksin pentavalen masih bisa diberikan sebelum anak mencapai usia satu tahun. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter guna mengetahui jenis vaksin yang bisa diberikan segera tanpa mengurangi efektivitasnya.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana cara orang tua melanjutkan imunisasi anak yang terlambat? Orang tua tetap bisa melanjutkan imunisasi anak dengan langkah-langkah yang tepat sesuai panduan dokter. Dengan demikian, menjaga kesehatan anak tetap menjadi prioritas utama, dan imunisasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapainya.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
Namun lusinan negara berpenghasilan menengah, seperti Afrika Selatan, Lebanon, Gabon, Iran, dan sebagian besar negara Amerika Latin, tidak akan ditawari perlindungan ini. Meski demikian, tidak diketahui kriteria apa yang digunakan untuk memilih 92 negara itu.
"Fasilitas COVAX sedang mengembangkan sistem untuk memberikan kompensasi kepada orang-orang di salah satu dari 92 negara yang menderita kejadian buruk yang serius yang tak teduga terkait dengan vaksin tersebut," kata COVAX.
Sebelumnya, belum ada vaksin COVID-19 yang disetujui secara internasional, tetapi WHO memperkirakan yang pertama bisa siap pada Desember, hampir setahun setelah virus pertama kali muncul di China. Biasanya dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan vaksin.
Di bawah skema kompensasi, negara-negara yang menggunakan vaksin COVAX akan memberi ganti rugi kepada pembuat obat setidaknya hingga Juli 2022. COVAX mengatakan pembuat vaksin enggan menyediakan vaksin untuk didistribusikan di negara-negara yang tidak menawarkan perlindungan tanggung jawab.
Reporter Magang : Brigitta Belia
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaIntroduksi vaksin dengue bertujuan mencegah penyebaran demam berdarah.
Baca SelengkapnyaDana yang disalurkan Pandemic Fund digunakan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons menghadapi pandemi berikutnya.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/8) menyatakan situasi penyakit Mpox terkini sebagai “kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia".
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaAngka kemiskinan nasional berdasar data BPS masih 9,36 persen, jauh di atas target pada RPJMN 2020-2024 sebesar 6,5 – 7,5 persen.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca Selengkapnya