Profil
Abdullah Faqih
Nama besar KH Abdullah Faqih sangat dikenal di kalangan pesantren Indonesia. Putra dari KH Rofi'i Zahid ini pernah mondok di pesantren al-Hidayat, Lasem, sekitar tahun 1950-an setelah sejak kecil lebih banyak belajar kepada ayahnya sendiri di Pesantren Langitan.
Menurut KH Zaim Ma'shoem, pengasuh pesantren Kauman, Lasem, Rembang, saat masih menjadi santri, kepandaian Abdullah Faqih sudah terlihat menonjol di antara santri-santri lain. Karenanya, Mbah Kyai Bisri, pembina pesantren Al-Hidayat menunjuk Abdullah Faqih muda sebagai lurah pondok. Lebih dari itu, akhirnya beliau juga dijodohkan dengan putri Kiai Bisri yang bernama Nyai Khunainah. Pernikahannya mereka dikaruniai 10 orang anak. Kyai Faqih juga pernah tinggal di Makkah, Arab Saudi. Di sana ia berguru pada Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ayah dari Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Setiap kali tokoh yang amat dihormati kalangan kiai di NU itu berkunjung ke Indonesia, selalu mampir ke Pesantren Langitan.
Sekembali dari Mekkah pada tahun 1971 Kiai Faqih memimpin Pesantren Langitan sebagai generasi kelima menggantikan pamannya, Kiai Abdul Hadi Zahid. Di mata para santri, Kiai Faqih adalah sosok yang sederhana, istiqomah dan alim.Selain pandai mengajar, beliau juga selalu menjadi teladan seluruh santri. Tak hanya selalu memimpin shalat 5 waktu berjamaah, beliau juga selalu memberi teladan dalam hal kebersihan. Meski tetap mempertahankan kesalafannya, pada era Kiai Faqih inilah Pesantren Langitan lebih terbuka dengan didirikannya Pusat Pelatihan Bahasa Arab, kursus komputer, Taman Kanak-Kanak (TK) dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Dalam hal penggalian dana, ia membentuk Badan Usaha Milik Pondok berupa toko induk, kantin, dan wartel.
Didapuk sebagai guru spiritual KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Kiai Faqih berperan besar dalam kekacauan politik pasca reformasi, terutama saat almarhum Gus Dur dicalonkan sebagai presiden. Atas perannya itu, muncul istilah "Poros Langitan" yang kemudian mendamaikan dua kutub politik yang saling bertentangan saat itu. Beliau pernah berpesan, "Jika seluruh bangsa ini beriman dan bertakwa akan tercipta rasa keamanan dan ketentraman." Menurut almarhum Gus Dur, KH Faqih termasuk seorang wali yang kewaliannya bukan lewat tariqat atau tasawuf, tetapi karena kedalaman ilmu fiqihnya sehingga Gus Dur sangat hormat dan patuh kepada Kiai Faqih. Beliau tutup usia pada umur 82 tahun pada 29 Februari 2012 lalu karena sakit.
Oleh: Swasti