Profil
Adi Panuntun
Meraih berbagai penghargaan atas ide-ide kreatif yang seringkali out of the box sebagai bentuk apresiasi adalah suatu kewajaran. Sebagai contoh meraih penghargaan atas pencapaian hasil karya yang telah ditelurkan oleh Muhammad Adi Panuntun, CEO and Creative Head PT Sembilan Matahari, atas filmnya yang berjudul Cin(T)a, sebuah kisah cinta antara dua muda-mudi dari agama dan kelompok etnis yang berbeda, yang berhasil meraih penghargaan sebagai film dengan naskah terbaik di Festival Film Indonesia pada 2009 lalu. Tak hanya itu, film berdurasi 79 menit tersebut juga diputar di berbagai negara seperti Inggris, Australia, Malaysia, dan Thailand.
Tak hanya sebagai film maker, pria yang akrab disapa Adi ini juga menjadi dosen di almamaternya, FSRD ITB, dan menjadi narasumber di berbagai seminar. Selama menjadi narasumber, pria kelahiran 1978 ini seringkali menegaskan pentingnya konsep design thinking yang dapat mengajak pikiran kita untuk berpikir secara analitik dan kreatif, tidak hanya sekedar berpikir secara kreatif, tapi juga berpikir bagaimana manfaat buah pikir kita bagi orang lain. Selain itu, melihat dari sudut pandang orang lain tentang buah pikir kita bukanlah sesuatu yang salah, justru hal itu akan memudahkan kita untuk berpikir cepat.
Memperhatikan saran dan kritik memang sangat perlu sebagai koreksi sejauh mana kita berkreasi, tapi jika kita terlalu sibuk dengan asumsi-asumsi yang bisa jadi itu hanya ketakutan yang ada pada diri kita, hal itulah yang justru akan menghambat daya imajinasi kita, jelas Finalist of International Young Creative Entrepreneur 2008 yang diadakan British Council ini. Lebih lanjut, ia memaparkan konsep hidup Steve Jobs yang menurutnya banyak melakukan eksplorasi dibandingkan dengan eksploitasi. Eksplorasi ini dilakukan untuk selalu memperbaiki dan mengembangkan hal-hal baru berdasarkan kesalahan yang dilakukan.
Bersama dengan Sembilan Matahari Production, Sembilan Matahari University, dan ITB, Adi menciptakan komunitas film maker dan video artis. Selain itu, mereka juga menciptakan program ekosistem berkelanjutan melalui study exchange yang menghubungkan antara organisasi, struktur, dan konstruksi pemahaman interdisipliner melalui kemitraan di media, seni dan sektor teknologi.
Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.