6 Film Legendaris Karya Bobby Sandy, Ada yang Pernah Dikawal Ketat Pemerintah Orde Baru
Sineas terkemuka Indonesia, Bobby Sandy meninggal dunia pada 7 Januari 2025.
Pekan ini, dunia perfilman Indonesia berduka atas kehilangan salah satu seniman terbaiknya Bobby Sandy yang telah berkontribusi sejak masa Generasi Bunga. Ia mengembuskan napas terakhirnya dalam tidur pada usia 82 tahun, tepatnya pada 7 Januari 2025.
Jenazahnya dimakamkan di TPU Pedurenan Bekasi, Jawa Barat, dalam suasana yang khidmat dan sederhana, dihadiri oleh keluarga serta sahabat terdekat. Bobby Sandy dikenal luas melalui berbagai film berkualitas, salah satunya adalah Gaun Pengantin.
- Bobby Ngotot Tagih Janji Edy Selesaikan Banjir pada 2022, Cagub Edy: Tahun 2020-2022 Kita Covid Pak Bobby
- VIDEO: Wajah Kesal Bobby Disoraki, Tatap Tajam Penonton Ingatkan Tata Tertib!
- Sandiaga Uno Dukung Bobby Nasution Maju di Pilkada Sumut
- Blak-blakan Bobby Nasution Tunjuk Pamannya jadi Plh Sekda Medan
Film Gaun Pengantin yang dirilis pada tahun 1974 mempertemukan dua aktris legendaris, Christine Hakim dan Widyawati. Karya-karyanya melintasi generasi, termasuk di era Meriam Bellina lewat film Cinta di Balik Noda dan Ketika Musim Semi Tiba.
Bahkan ketika industri film Indonesia mengalami masa suram dan mengandalkan adegan-adegan yang kurang pantas, Bobby Sandy tetap mampu memberikan kontribusi dengan film Gadis Metropolis yang meraih kesuksesan di box office.
Berikut ini 6 film terbaik yang karya Bobby Sandy.
Gaun Pengantin (1974)
Mustahil untuk membahas karya Bobby Sandy tanpa menyebutkan Gaun Pengantin, yang diadaptasi dari naskah Narto Erawan. Film ini menceritakan perjalanan Ira (Widyawati) yang pergi ke Roma untuk mendalami dunia mode dan bertemu dengan Indra (Sophan Sophiaan).
Seiring waktu, hubungan mereka semakin dekat, meskipun Indra sebenarnya telah dijodohkan ayahnya dengan Julia (Christine Hakim). Di tangan sutradara Bobby Sandy, Gaun Pengantin berhasil menjadi sebuah kisah cinta yang manis dan klasik, ditutup dengan ending yang mengesankan. Film ini juga menandai penampilan terakhir aktris Fifi Young.
Mencari Cinta (1979)
Ini adalah salah satu karya dari Bobby Sandy yang mendapatkan "pengawalan ketat" dari Pemerintah Orde Baru. Film ini merupakan adaptasi dari novel Arjuna Mencari Cinta yang ditulis Yudhistira ANM Massardi.
Konon, penggunaan judul Arjuna Mencari Cinta ditolak Departemen Penerangan RI. Selain itu, penggunaan nama wayang untuk karakter dalam film juga dilarang karena alasan tertentu.
Oleh karena itu, judul film ini diubah menjadi Mencari Cinta. Dalam produksi film ini, Bobby Sandy menggandeng Lydia Kandou dan Herman Felani sebagai pemeran utama di bawah naungan Garuda Film.
Cinta di Balik Noda (1984)
Meski terdapat perdebatan mengenai tidak adanya pemenang untuk kategori Film Terbaik, Festival Film Indonesia (FFI) 1984 menjadi momen penting dalam perjalanan karier Meriam Bellina. Pada tahun tersebut, ia berhasil meraih Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik berkat perannya sebagai Atika, seorang remaja yang terjerat dalam dunia narkoba dalam film Cinta di Balik Noda.
Di ajang tersebut, ia harus bersaing dengan para aktris hebat seperti Christine Hakim yang membintangi Ponirah Terpidana, Jenny Rachman dari film Budak Nafsu, Lydia Kandou dalam Untukmu Kuserahkan Segalanya, dan Soraya Perucha yang tampil dalam Yang. Dalam arahan sutradara Bobby Sandy, Meriam Bellina berhasil meraih Piala Citra pertamanya, menandai pencapaian penting dalam kariernya.
Selamat tinggal, Jeanette (1988)
Film ini mengangkat tema cinta antar benua, menceritakan kisah Suryono (Mathias Muchus), seorang keturunan ningrat dari Solo, yang menikahi Jeanette (Meriam Bellina), seorang wanita asal Prancis. Sayangnya, pernikahan yang tidak mendapatkan restu tersebut mengalami keretakan dan berakhir dengan Jeanette kembali ke Prancis.
Suryono, yang merasa kesepian setelah ditinggal istrinya, kemudian melampiaskan hasratnya kepada pembantunya, Trimah (Ria Irawan). Penampilan para aktor dalam film ini sangat meyakinkan berkat sentuhan sutradara Bobby Sandy.
Ria Irawan berhasil meraih Piala Citra sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Wow!
Kulihat Cinta di Matanya (1985)
Melanjutkan kisah yang mengesankan dari Cinta di Balik Noda, film Kulihat Cinta Di Matanya menggambarkan perjuangan Atika untuk bangkit dari jeratan narkoba. Meskipun ibunya merekomendasikan untuk pindah ke Yogyakarta, Atika tetap memilih untuk tinggal di Jakarta.
Dalam film ini, penonton disuguhkan dengan momen langka yang memperlihatkan adu akting antara Meriam Bellina dan Ikang Fawzi. Bobby Sandy berhasil menyajikan cerita dengan emosi yang tepat, dilengkapi dengan musik yang indah dari maestro Billy J. Budiarjo.
Ketika Musim Semi Tiba (1986)
Awang (diperankan oleh Rico Tampatty) mengikuti pelatihan pertelevisian di Roma berkat dukungan dari ayah Margie (Paramitha Rusady). Sayangnya, Awang terlibat cinta dengan Margie yang sudah bertunangan dan hubungan mereka ditentang oleh orang tua Margie.
Dalam keadaan frustrasi, Awang kemudian mencari pelarian dalam pelukan seorang penari bernama Vivienne (Meriam Bellina). Ketika film ini dirilis, banyak adegan yang dianggap berani dan menuai kontroversi.
Pada awal dekade 1990-an, film Ketika Musim Semi Tiba masih diputar di beberapa bioskop kelas B di berbagai daerah, sehingga menjadi perbincangan hangat di kalangan penonton.