Tak Banyak yang Tahu, Artis Cantik Ariel Tatum Pernah Didiagnosis Alami Gangguan Kesehatan Mental saat Usia 13 Tahun
Ariel Tatum sempat didiagnosis mengidap Borderline Personality Disorder atau BPD saat remaja.
Di balik kilau dunia hiburan, kehidupan Ariel Tatum menyimpan kisah yang sarat makna. Di usia 27 tahun, artis ini tidak hanya bersinar di layar televisi, tetapi juga menjadi suara bagi isu kesehatan mental.
Ariel dengan berani menceritakan pengalaman sulit yang pernah dilaluinya. Dalam acara 'Mendengar Jiwa' yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Ariel tampil dengan ketulusan yang mengesankan.
- Kenali 3 Jenis Bipolar yang Bisa Dialami Seseorang Sepanjang Hidup
- Ini Tanda-Tanda Seseorang Wajib Konsultasi ke Psikiater
- Kasus Briptu FN Bakar Suami, Evaluasi Mental Anggota Polri jadi Sorotan
- Kerap Dianggap Gangguan Mental yang Sama, Kenali Perbedaan Antara Borderline Personality Disorder dan Bipolar
Di hadapan penonton, ia menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental. Dengan penuh empati, ia membagikan perjalanan panjangnya menghadapi gangguan kepribadian yang sudah dialaminya sejak remaja. Dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, Ariel menemukan panduan dalam filosofi Stoikisme.
Cerita dan nasihat dari Ariel Tatum menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang dalam menangani masalah kesehatan mental. Dari praktik mencintai diri sendiri hingga kebiasaan sehari-hari yang ia jalani. Ariel berharap pengalamannya dapat membantu orang lain.
Ariel Tatum Belajar Prinsip Stoikisme
Ariel Tatum mempelajari dan menerapkan Stoikisme, sebuah filosofi yang menekankan pengendalian diri. Ia berpendapat Stoikisme merupakan pedoman yang membantunya lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai rintangan.
Dengan filosofi ini, Ariel percaya kita perlu berusaha seoptimal mungkin dalam hidup, tetapi jika hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan, hal tersebut merupakan sesuatu yang di luar kendali kita.
Sebagai informasi, prinsip stoikisme dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu mengelola emosi dan menghadapi berbagai tantangan. Prinsip ini mengembangkan kebiasaan untuk menerima kenyataan, berlatih bersyukur, dan menjaga ketenangan pikiran adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengimplementasikan Stoikisme. Selain itu, refleksi diri dan menghindari reaksi impulsif juga merupakan bagian penting dari penerapan ajaran ini dalam rutinitas harian.
Didiagnosis Alami BPD di Usia 13 Tahun
Pada usia 13 tahun, Ariel menerima diagnosis Borderline Personality Disorder (BPD). Ia mengungkapkan proses pemulihan sangatlah sulit dan membutuhkan terapi yang berlangsung lama.
Meskipun demikian, berkat dukungan dari orang-orang terkasih dan semangat untuk terus berjuang, Ariel mampu bertahan dan menjadi pribadi yang lebih kuat daripada sebelumnya.
Rajin Kampanye Isu Kesehatan Mental
Dalam lima tahun terakhir, Ariel aktif mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental. Berdasarkan pengalaman pribadinya, ia sering memberikan tips untuk menghadapi tantangan mental, seperti menerapkan konsep cinta diri (self love) dan menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan waktu pribadi (work life balance).
Ariel meyakini menjaga kesehatan mental merupakan sebuah proses yang berkesinambungan.
Rajin Menulis Buku Harian
Ariel memiliki kebiasaan menulis jurnal sebagai cara untuk mengatasi stres. Ia mencatat semua aktivitasnya, mulai dari pekerjaan hingga perasaan yang dirasakannya selama hari-hari yang sibuk.
Menurut Ariel, menulis jurnal membantunya memahami dirinya lebih baik dan mengelola emosinya dengan lebih efisien.
Selalu Ambil Libur Tiap Pekan
Ariel selalu menyisihkan waktu untuk beristirahat setiap hari Minggu. Meskipun jadwalnya padat, ia memilih untuk tidak menerima pekerjaan pada hari tersebut dan menggunakannya untuk melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan suasana hatinya, seperti berlatih yoga atau bermain piano.
Baginya, merawat diri sendiri merupakan hal yang penting untuk menjaga kesehatan mental.
Selalu Merasa Kuat Usai Menghadapi Masalah
Ariel mengungkapkan hidupnya dipenuhi dengan momen-momen perubahan yang sering kali menuntut emosinya. Namun, di setiap masa sulit yang dilalui, ia merasa semakin kuat dan lebih mengenal dirinya.
Ia percaya setiap tantangan yang dihadapinya memberikan pelajaran berharga yang telah membentuk dirinya hingga kini.