Cara Twitter Perangi Hoaks di Media Sosial
Twitter menyiapkan empat cara untuk menangkal hoaks di platform medianya
Sebaran berita bohong atau hoaks kian merajalela di media sosial. Twitter salah satunya. Twitter menyiapkan sejumlah cara untuk menangkal berita hoaks di platform medianya.
Cara pertama dengan menyiapkan tiga label baru untuk menandai konten misinformasi atau hoaks. Tiga label tersebut di antaranya "Get The Latest", "Stay Informed", dan "Misleading".
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang diklaim sebagai tersangka yang dilepaskan dalam berita hoaks? Berita yang beredar mengenai kepolisian yang membebaskan tersangka pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi karena salah tangkap adalah berita bohong.
-
Bagaimana cara mengecek kebenaran berita hoaks tersebut? Penelusuran Mula-mula dilakukan dengan memasukkan kata kunci "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina" di situs Liputan6.com.Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Siapa yang dipolisikan terkait dugaan penyebaran hoaks? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Bagaimana Cek Fakta Merdeka.com melakukan penelusuran terhadap berita hoaks tersebut? Penelusuran Cek Fakta Merdeka.com melakukan penelusuran melalui fitur Google Image. Menemukan bahwa thumbnail video Youtube merupakan foto dari berita Antaranews.com berjudul “Polisi bebaskan perawat DN tersangka gunting jari bayi di Palembang” yang diunggah pada 13 Februari 2023.
-
Bagaimana Gatotkaca dari Sukoharjo melawan hoaks? Danar mengatakan, tempat paling tepat untuk menanyakan kebenaran terkait berita yang mereka peroleh adalah tempat di mana mereka menuntut ilmu, seperti melakukan diskusi atau sharing dengan guru terkait berita yang mereka dapatkan.
Dijelaskan masing-masing peran tiga label tersebut.
Misalnya, jika seseorang men-tweet “Dalam 12 jam, kegelapan akan naik di beberapa bagian dunia. Tetap disini,” lalu Twitter akan menambahkan label "Get The Latest" untuk memberi Anda informasi lebih lanjut tentang konsep zona waktu.
Wong mengatakan jika sebuah tweet mengatakan "Menghirup 60 gram dihidrogen monoksida dan saya merasa tidak enak badan sekarang," maka situs tersebut akan menampilkan label "Stay Informed" untuk menawarkan informasi lebih lanjut.
Contoh ketiga yang dibagikan oleh Wong menunjukkan bahwa jika postingan Anda berisi informasi yang menipu, maka perusahaan akan mengeluarkan label peringatan "Misleading".
Kemudian Twitter juga meluncurkan catatan Birdwatch. Versi contoh ini telah lebih dahulu luncur pada 25 Januari 2021.
Dalam unggahan blog resmi milik Twitter, Keith Coleman selaku Wakil Presiden Produk mengatakan bahwa Birdwatch memungkinkan orang untuk mengidentifikasi informasi dalam tweet yang diyakini sebagai hoaks.
"Birdwatch memungkinkan orang untuk mengidentifikasi informasi dalam tweet yang mereka yakini menyesatkan dan menulis catatan yang memberikan konteks informatif. Kami percaya pendekatan ini memiliki potensi untuk merespons dengan cepat ketika informasi yang menyesatkan menyebar, menambahkan konteks yang dipercaya dan dianggap berharga oleh orang-orang," ungkap Keith dalam unggahan blog resmi Twitter, (25/1).
Dengan menggunakan fitur-fitur baru ini, Twitter diharapkan bisa mengurangi berita hoaks yang beredar, seperti video atau foto.
Sumber: Liputan6
(mdk/lia)