CEK FAKTA: Benarkah Klaim Jokowi Soal Kalsel Terakhir Banjir Besar 50 Tahun Lalu?
Tim Cek Fakta merdeka.com menemukan data dan fakta, sebelum 2021 banjir besar sudah melanda wilayah Kalimantan Selatan dalam beberapa tahun terakhir.
Januari 2021, sebanyak 10 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan mengalami bencana banjir. Antara lain Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Batola. Hingga Senin (18/1), jumlah korban meninggal akibat banjir di Kalsel mencapai 15 orang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (18/1) meninjau banjir di Kalimantan Selatan. Jokowi mengatakan ini kali pertama dalam 50 tahun terakhir provinsi Kalimantan Selatan mengalami banjir besar.
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Apa yang terjadi di Bukber Kabinet Jokowi? Bukber Kabinet Jokowi Tak Dihadiri Semua Menteri 01 & 03, Sri Mulyani: Sangat Terbatas
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Apa isi dari gugatan terhadap Presiden Jokowi? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Kenapa sapi Presiden Jokowi di Blora mengamuk? Diketahui, sapi tersebut mengamuk saat warga berupaya menjatuhkannya untuk kemudian disembelih.
"Hari ini saya meninjau banjir ke Provinsi Kalimantan Selatan yang terjadi di hampir 10 kabupaten dan kota ini adalah sebuah banjir besar yang mungkin sudah lebih dari 50 tahun tidak terjadi di provinsi Kalimantan Selatan," katanya saat memberikan keterangan pers dalam channel Youtube Sekretariat Presiden, Senin (18/1).
Benarkah klaim Jokowi mengenai wilayah Kalsel yang terakhir alami mengalami banjir besar 50 tahun lalu? Berikut penelusurannya.
Penelusuran
Tim Cek Fakta merdeka.com menelusuri data dan fakta terkait banjir di Kalimantan Selatan. Data yang ditemukan menunjukkan, banjir di Kalimantan Selatan tidak hanya terjadi pada 2021, tapi beberapa tahun sebelumnya juga sudah terjadi bencana banjir.
- Tahun 2004
Pada Desember 2004, banjir besar melanda Kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Banjir di Amuntai, Kalsel, menyebabkan sekitar 244.890 jiwa terdampak. Sekurangnya 122 sekolah terendam dan terpaksa para murid diliburkan. Ternak dan keramba ikan hanyut mengakibatkan kerugian ratusan juta rupiah.
Amuntai, ibu kota kabupaten menjadi salah satu wilayah yang paling parah tergenang air. Air bah juga menyebabkan sejumlah fasilitas umum seperti pasar, sekolah, dan kantor-kantor pemerintah Amuntai tak luput dari terjangan air. Kantor bupati serta sejumlah ruas jalan protokol bahkan terendam hingga setinggi satu meter.
Tiga kecamatan yakni Banjang, Amuntai Tengah, dan Amuntai Selatan, juga merupakan daerah yang tergenang air paling tinggi. Posisi kecamatan-kecamatan ini memang berada persis di bantaran sungai.
- Tahun 2006
Dilansir liputan6.com, pada tahun 2006, musibah banjir melanda sejumlah kabupaten di Kalimantan Selatan. Setelah merendam Desa Asam-Asam di Kabupaten Tanah Laut, belum lama, berselang banjir juga merendam dua desa di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.
Sedikitnya 500 rumah yang didiami 8.000 warga terendam air pasang setinggi dua sampai tiga meter. Tidak hanya itu, tempat ibadah, pasar dan sejumlah sekolah mengalami nasib yang sama. Sebagian warga memutuskan meninggalkan rumahnya untuk mengungsi.
Sebelumnya, banjir disertai tanah longsor menggerus Desa Lembur Beras, Kecamatan Hampang, Kabupaten Kota Baru, akhir pekan silam. Musibah ini menewaskan 11 orang, sementara belasan lainnya hilang. Sedikitnya 25 rumah warga juga hanyut.
- Tahun 2007
Kemudian pada tahun 2007, banjir juga Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Selasa (6/2/2007). Dilansir dari Liputan6.com, banjir akibat hujan deras ini kian meluas hingga menggenangi tujuh kecamatan. Sedikitnya 1.400 rumah warga terendam menyusul meluapnya Sungai Balangan dan Tabalong.
- Tahun 2010
Pada 2010, beberapa daerah Kalimantan Selatan kembali dilanda banjir. Terdiri dari, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Utara, Kotabaru maupun Tanah Bumbu.
Dilansir dari Kompas.com, banjir di Kabupaten Banjar terjadi setelah Sungai Martapura kembali meluap dan merendam sedikitnya 124 desa, 13.774 rumah yang dihuni oleh 57.289 orang pada sembilan kecamatan di Kabupaten Banjar. Ketinggian air rata-rata antara 20 sentimeter hingga 170 sentimeter, sehingga warga di beberapa desa antara lain desa di Kecamatan sungai Pinang terpaksa diungsikan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Pemprov Kalsel Zainal Ariffin saat itu mengatakan, dibanding sebelumnya, luapan sungai Martapura kali ini jauh lebih besar, sehingga desa yang terendam juga jauh lebih banyak. "Sebelumnya desa yang terendam tidak lebih dari 60 desa, tapi kini telah mencapai 124 desa," katanya.
Sembilan kecamatan yang terendam antara lain Kecamatan Sungai Pinang, Simpang Empat, Pengaron, Astambul, Mataraman, Martapura Timur, Martapura Barat dan Martapura Selatan hingga Gambut. Banjir kali ini, kata Zainal merupakan banjir terbesar setelah empat tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan karena semakin rusaknya kondisi alam Kalsel akibat pertambangan maupun alih fungsi lahan.
- Tahun 2012
Pada 2012, banjir menerjang wilayah Kalimantan Selatan setelah hujan lebat mengguyur selama satu minggu. Sungai Danau di Kalimantan Selatan meluap. Luapan air merendam Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan sejak Rabu (11/7/2012) pukul 05.00 WITA.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho kala itu menyatakan, banjir dengan ketinggian air 1,2 meter ini merendam enam desa yang terdiri atas 26 rukun tetangga (RT). Desa yang terendam yakni Desa Sungai Danau, Desa Sinar Bulan, Desa Bukit Baru, Desa Jombang, Desa Satui Timur dan Desa Satui Barat.
"Saat ini pengungsi sebanyak 171 kepala keluarga yang terdiri dari 629 jiwa, ditempatkan di SMP 4 dan gedung serbaguna Satui," tutur Sutopo dilansir KONTAN, Sabtu (14/7).
Sebanyak 3.816 kepala keluarga (KK) atau 14.091 jiwa terkena dampak banjir ini. Jumlah warga yang terkena dampak dari banjir ini di Desa Sungai Danau terdapat 2.240 KK yang terdiri dari 8.512 jiwa. Dari jumlah ini, masyarakat yang menjadi pengungsi sebanyak 77 KK yang terdiri dari 317 jiwa.
Untuk Desa Sinar Bulan terdapat 1.030 KK yang terdiri 3.658 jiwa dan yang mengungsi sebanyak 34 KK yang atau sama dengan 110 jiwa. Sementara itu, untuk Desa Jombang, terdapat 120 KK yang terdiri dari 402 jiwa, dan pengungsi sebanyak 60 KK atau sama dengan 202 jiwa.
Desa Bukit Baru terdapat 195 KK yang terdiri dari 749 jiwa. Sedangkan desa Satui Timur terdapat 120 KK yang terdiri dari 423 jiwa. Dan untuk desa Satui Barat terdapat 111 KK yang terdiri dari 347 jiwa.
Selain karena faktor curah hujan, banjir juga disebabkan karena kerusakan daerah aliran sungai. "Maraknya penambangan batubara dan mineral lain, serta pembangunan perkebunan kelapa sawit ikut berkontribusi makin rentannya daerah di Kalimantan Selatan terhadap bencana banjir," kata Sutopo.
- Tahun 2015
Pada 2015, banjir malanda Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, yang menyebabkan ribuan rumah yang tersebar pada delapan kecamatan di kabupaten itu terendam banjir.
Disebutkan, kecamatan yang sudah terendam air adalah Kecamatan Pengaron, Simpang Empat, Sungai Pinang, Cinta Puri, Mataraman dan Kecamatan Astambul Sambung Makmur dan Martapura Kota yang posisinya didataran rendah juga sudah dilanda banjir dengan ketinggian yang bervariasi.
Dilansir dari Republika, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjar, Noor Sunarto mengatakan, banjir akibat luapan air Sungai Riam Kiwa yang melintasi delapan kecamatan itu menyebabkan 1.742 rumah yang dihuni 3.949 kepala keluarga terendam.
"Jumlah jiwa yang terkena dampak banjir sebanyak 13.941 orang tetapi seluruhnya tidak ada yang mengungsi karena mereka memilih bertahan ke tempat yang lebih tinggi," ujarnya.
- Tahun 2017
Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan kembali dilanda banjir. Banjir merendam hampir 2.000 rumah warga di Kecamatan Satui. Sebagian warga terpaksa mengungsi dan harus di evakuasi. Banjir tidak hanya merendam permukiman warga tetapi juga telah melumpuhkan aktivitas warga setempat. Banjir juga menyebabkan sejumlah ruas jalan penghuhung antar desa terendam dan tidak bisa dilalui, demikian juga areal pertanian warga.
"Sepanjang tahun ini wilayah tersebut sudah beberapa kali dilanda banjir, karena berada di daerah dataran rendah di daerah aliran sungai," Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tanah Bumbu, Erno Rudi Handoko, Sabtu (15/7/2017) seperti dilansir mediaindonesia.com.
Erno yang saat itu menjabat Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Pemkab Tanah Bumbu menuturkan, banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Satui tersebut tidak separah banjir pada Juni 2017.
"Banjir merendam ratusan permukiman warga dengan ketinggian air sampai selutut orang dewasa, tidak separah banjir sebelumnya," ujar Erno.
Pada Juni lalu banjir melanda Kecamatan Satui akibat meluapnya Sungai Satui. Ketinggian banjir waktu itu antara 0,5 meter hingga satu meter lebih dan disebut terparah sejak 5 tahun terakhir.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalsel, Ikhlas mengatakan parahnya kondisi kerusakan DAS di Kalsel menjadi penyebab terjadinya banjir tahunan di sejumlah wilayah Kalsel.
"Wilayah Satui dan beberapa DAS di Kalsel sejak puluhan tahun lalu memang sering dilanda banjir tetapi tingkat keparahannya dari waktu ke waktu semakin meningkat," ungkap Ikhlas yang pernah bertugas di Dinas Kehutanan di wilayah Satui pada era 1980-an.
Dari data ini secara tegas disampaikan bahwa wilayah Kalsel selalu dilanda banjir.
- Tahun 2019
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan mencatat, sepanjang 2019 telah terjadi 31 bencana banjir di wilayah Kalsel dengan jumlah korban jiwa sebanyak 5 orang. Bencana banjir terbanyak terjadi di wilayah pertambangan.
"Kalsel masih dalam status darurat siaga bencana musim penghujan berupa banjir, tanah longsor dan angin ribut. Sepanjang Januari hingga awal Maret 2019 ini terjadi 31 kali bencana banjir," ungkap Kepala BPBD Kalsel, Wahyudin Ujud dilansir dari diskominfomc.kalselprov.go.id
Bencana banjir sebagian besar terjadi di wilayah kabupaten yang gencar mengeksploitasi SDA pertambangan. Tercatat banjir terparah terjadi di Kabupaten Tapin sebanyak 13 kali, Balangan tujuh kali, Tabalong dan Hulu Sungai Selatan tiga kali, serta Kabupaten Kotabaru dan Hulu Sungai Tengah satu kali.
BPBD Kalsel juga mencatat bencana banjir menyebabkan 1.015 rumah terendam dengan jumlah warga terdampak sebanyak 992 keluarga atau 3.673 jiwa. "Banjir menyebabkan lima orang meninggal di Kabupaten Tapin, termasuk rusaknya lima jembatan di wilayah tersebut," ujarnya.
- Tahun 2021
Sementara itu di awal tahun 2021, sebanyak 10 kabupaten dan kota terdampak banjir di Kalimantan Selatan. Antara lain Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Batola.
Selain itu, tercatat ada 24.379 rumah terendam banjir dan 39.549 warga mengungsi di Kalimantan Selatan. Rinciannya, Kabupaten Tapin sebanyak 582 rumah terdampak dan 382 jiwa mengungsi, Kabupaten Banjar 6.670 rumah terdampak dan 11.269 jiwa mengungsi, Kota Banjar Baru 2.156 terdampak dan 3.690 jiwa mengungsi, serta Kota Tanah Laut 8.506 rumah terdampak dengan 13.062 jiwa mengungsi.
Selanjutnya Kabupaten Balangan sebanyak 1.154 rumah terdampak dengan 17.501 jiwa mengungsi, Kabupaten Tabalong 407 rumah dengan 770 jiwa terdampak dan mengungsi, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 11.200 jiwa mengungsi dan 64.400 jiwa terdampak, Kabupaten Hulu Sungai Selatan 387 rumah terdampak dan 6.690 jiwa mengungsi, Kota Banjarmasin dengan 716 jiwa terdampak, Kabupaten Batola 517 rumah dan 28.400 jiwa terdampak.
Data ini berdasarkan laporan yang masuk pada 17 Januari 2021 pukul 14.00 WIB, sebanyak 15 orang meninggal dunia.
Kesimpulan
Tim Cek Fakta merdeka.com menemukan data dan fakta, sebelum 2021 banjir besar sudah melanda wilayah Kalimantan Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat pada tahun 2004 banjir melanda Kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara yang berdampak pada 200 jiwa.
Banjir juga melanda tahun 2006, 2007, 2010, 2012, 2015, 2017 hingga 2019. Tercatat sepanjang 2019 ini telah terjadi 31 bencana banjir di wilayah tersebut dengan jumlah korban jiwa sebanyak 5 orang.
(mdk/noe)