Asal-usul Pohon Natal, Dari Legenda hingga Cerita Aslinya
Kisah tentang asal-usul pohon Natal diliputi berbagai mitos dan tradisi populer.
Ada banyak mitos tentang asal-usul pohon Natal. Beberapa kisah berikut bisa menjawab rasa ingin tahu mengenai tradisi tahunan ini.
Orang-orang yang merayakan Natal biasanya mendekorasi pohon cemara mereka sendiri. Pohon Natal juga sering digunakan untuk menghias rumah dan membawa suasana liburan yang meriah.
-
Apa itu legenda? Legenda, di sisi lain, adalah cerita yang lebih berakar pada sejarah dan sering kali dianggap memiliki dasar faktual, meskipun detailnya mungkin telah diubah atau dilebih-lebihkan seiring waktu. Legenda biasanya berkaitan dengan tokoh-tokoh atau peristiwa tertentu yang penting bagi identitas suatu kelompok atau masyarakat. Tokoh-tokoh dalam legenda sering kali adalah pahlawan atau tokoh bersejarah yang kehidupannya telah diceritakan dari generasi ke generasi, dan kadang-kadang dikaitkan dengan situs atau peninggalan sejarah tertentu. Legenda sering kali digunakan untuk merekonstruksi sejarah atau untuk memberikan pelajaran moral.
-
Bagaimana Rawa Pening terbentuk dalam legenda tersebut? Ketika Baro Klinting mencabut lidi tersebut, muncul mata air yang mengalir deras dan menyebabkan banjir besar yang menenggelamkan desa. Hanya Baro Klinting dan Nyai Latung yang selamat, dan dari situlah terbentuk Rawa Pening.
-
Kapan cerita ini terjadi? Pada suatu pemilu, seorang calon kandidat datang ke desa untuk kampanye.
-
Kenapa cerita anekdot lucu biasanya menggunakan kejadian nyata? Anekdot merupakan cerita pendek yang biasanya didasarkan pada kejadian nyata yang lucu dan menggelitik.
-
Bagaimana anekdot dan cerita lucu bisa menghibur? Anekdot dan cerita lucu adalah dua bentuk narasi yang sering digunakan untuk menghibur dan menyampaikan pesan dengan cara yang menarik.
-
Kapan cerita lucu 2 kalimat ini bisa dibaca? Membaca cerita lucu 2 kalimat bisa menemani kalian di saat merasa kalut.
Kisah tentang pohon Natal yang asli maupun buatan sudah menjadi bagian dari tradisi populer. Penggunaan tanaman hijau dalam perayaan musim dingin sudah ada sebelum istilah "pohon Natal" dikenal luas.
Catatan dari gereja pedesaan Inggris abad ke-15 dan ke-16 menunjukkan bahwa tanaman seperti holly dan ivy digunakan saat musim dingin. Bahkan, ada lagu berbahasa Inggris berjudul "The Holly and the Ivy". Menurut buku "Christmas: A Biography" oleh Judith Flanders, rumah-rumah dan jalan-jalan saat itu juga dihiasi tanaman hijau.
Keabadian Kristus
Flanders menjelaskan bahwa tradisi pohon Natal mungkin berasal dari tiang yang dihias dengan holly dan ivy, mirip dengan tradisi Maypole. Salah satu legenda mengatakan bahwa Martin Luther, tokoh Reformasi Protestan, percaya pohon pinus melambangkan kebaikan Tuhan.
Ada juga mitos lain dari abad ke-15 tentang St. Bonifasius. Pada abad ke-8, ia menghentikan ritual pengorbanan manusia di bawah pohon ek dengan menebangnya. Pohon cemara kemudian tumbuh di tempat itu, cabangnya dianggap melambangkan keabadian Kristus.
Beberapa cerita tentang St. Bonifasius menyebut ia menggantung pohon cemara terbalik untuk mewakili Tritunggal Mahakudus. Pohon ini kadang dihiasi apel di puncaknya, bukan bintang. Kisah-kisah ini membantu menyebarkan tradisi pohon Natal.
- Mengungkap Tradisi Natal Unik di Seluruh Dunia yang Jarang Didengar Orang, dari Penyihir Baik hingga Menyembunyikan Sapu
- Alasan di Balik White Christmas dan Salju Jadi Ikon Natal, Ini Sejarah Panjangnya
- Cerita Legenda Seputar Natal yang Ada Sejak Zaman Dulu, Belsnickel Hingga Krampus
- Unik! Pohon Natal di Semarang Dibuat dari Tanaman Eceng Gondong, Raih Rekor Muri
Namun, asal usul pohon Natal sebenarnya berasal dari Jerman pada Abad Pertengahan. Pada tahun 1419, sebuah serikat pekerja di Freiburg menghias pohon dengan apel, wafer, perada, dan roti jahe.
Dalam pertunjukan "Firdaus Firdaus" untuk memperingati hari raya Adam dan Hawa yang jatuh pada malam Natal, pohon cemara yang selalu hijau dengan apel melambangkan pohon pengetahuan. Dokumentasi menunjukkan pohon dihiasi dengan benang wol, jerami, apel, kacang, dan pretzel.
Pasar pohon Natal tertua diduga ada di Strasbourg, Alsace, yang saat itu bagian dari Jerman barat daya. Di sana, pohon Natal tanpa hiasan dijual pada abad ke-17 sebagai "Weihnachtsbaum". Flanders mencatat pohon yang dihias di dalam rumah pertama kali muncul pada 1605, dihiasi dengan mawar, apel, wafer, dan permen.
Pada abad ke-15, permintaan pohon Natal sangat tinggi sehingga aturan dibuat di Strasbourg untuk mencegah penebangan liar. Pada 1530-an, setiap rumah tangga hanya diizinkan memiliki satu pohon.
Bagaimana pohon Natal menjadi populer di Amerika? Catatan menunjukkan pohon Natal mulai muncul di rumah-rumah di Amerika Utara pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Flanders menyebut pohon pinus ditemukan di Carolina Utara pada tahun 1786.
Pada tahun 1805, sebuah sekolah untuk orang Indian Amerika meminta siswa mengambil pohon kecil untuk Natal. Tradisi serupa terlihat di Midwest dan wilayah Barat, seperti imigran Jerman di Texas yang menghias pohon dengan lumut, kapas, pecan, paprika merah, dan berondong jagung.
Namun, pohon Natal yang dihias dengan hadiah di bawahnya menjadi terkenal berkat ukiran Ratu Victoria, Pangeran Albert, dan anak-anak mereka yang diterbitkan di Illustrated London News tahun 1848. Majalah wanita Amerika, Godey's Lady's Book, mencetak ulang gambar tersebut beberapa tahun kemudian sebagai "Pohon Natal".
"Gambar ini memperkuat tradisi pohon Natal dalam budaya populer. Bahkan, pada tahun 1861, saat Albert meninggal, banyak yang percaya bahwa tradisi ini dibawa olehnya ke Inggris ketika ia menikah," tulis Flanders.
Tradisi pohon Natal raksasa di tempat umum dimulai di Amerika pada akhir abad ke-19. Pohon "Pohon Natal Nasional" pertama di Gedung Putih adalah cemara balsam setinggi hampir 60 kaki dengan 2.500 bola lampu sebagai promosi listrik.
Pohon Natal di Rockefeller Center pertama kali didirikan pada tahun 1931 selama Depresi Hebat, memberikan harapan bagi orang-orang yang menganggur. Pada Desember 1964, majalah TIME memperkenalkan tren baru, pohon Natal palsu.
Pohon buatan dari bahan Polyvinyl terlihat lebih realistis dan pada saat itu menghasilkan 35 persen dari bisnis pohon Natal senilai 155 juta dolar di AS. Lima puluh tahun kemudian, pohon buatan masih mendominasi pasar.
Pada tahun 2018, sekitar 95 juta rumah tangga Amerika memiliki pohon Natal. Sebanyak 82 persen di antaranya adalah pohon buatan, sementara 18 persen asli. Perubahan iklim, masa tumbuh pohon yang lama, serta kurangnya petani muda menjadi faktor berkurangnya pohon asli. Pohon buatan juga dianggap lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan transportasi ke toko ritel.