Bayi lima bulan di Saudi tewas kena peluru nyasar
Peluru itu diyakini berasal dari tembakan sukacita yang menjadi tradisi di Saudi saat merayakan sesuatu.
Seorang bayi perempuan berusia lima bulan di Arab Saudi tewas akibat peluru nyasar. Pihak berwenang khawatir peluru itu ditembakkan ke udara sebagai bentuk perayaan biasa dipraktikkan di Saudi.
Arab Saudi telah melarang 'tembakan sukacita' dua tahun lalu. Namun praktik itu terus terjadi meskipun tindakan keras nyata dan kecelakaan lain yang menewaskan 23 tamu pernikahan, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Selasa (26/8).
Bayi itu kemudian dibawa ke rumah sakit di Kota Khamis Mushayt tetapi meninggal setelah menghabiskan waktu 24 jam pada mesin pendukung kehidupan. Ini kata ayah bayi itu kepada media lokal.
Koran Arab News melaporkan bayi itu, warga Maroko bernama Tufaha, sedang bersama ibunya di trotoar di luar sebuah kantor agen perjalanan di mana ayahnya, Saeed, sedang membeli tiket ke Maroko.
Peluru itu dikatakan turun secara vertikal dari langit, mengenai bagian dahi bayi itu dan menghancurkan tengkoraknya.
"Istri saya lalu menemukan Tufaha berlumuran darah," kata Saeed kepada Arab News. "Seorang pemuda Saudi kemudian membantu membawa bayi saya ke Al-Hayat National Hospital Asir, sementara saya masih berada di dalam kantor agen, tidak menyadari apa yang telah terjadi."
Ayah bayi itu mengatakan dia kemudian menerima telepon dari istrinya berteriak dan menjerit, dan bergegas ke unit perawatan intensif rumah sakit.
Dia diikuti oleh detektif, ahli forensik dan agen keamanan, yang dia katakan mencoba untuk menghentikan dirinya melihat tubuh putrinya itu.
"Polisi kemudian mengatakan kepada saya peluru nyasar yang berasal dari jarak sekitar satu kilometer persegi telah bersarang di dahi anak saya," jelas Saeed. Dia mengatakan petugas akan menyebarkan peringatan melalui masjid kota itu.
Setelah insiden di pesta pernikahan, 'tembakan perayaan' dilarang oleh pemerintah Saudi pada tahun 2012 karena khawatir tindakan itu dapat menewaskan warga. Tetapi beberapa orang terus melakukan praktik itu meskipun bahaya.
Hanya sebulan setelah larangan tersebut diberlakukan, 23 orang tewas di dekat kawasan minyak Saudi di Abqaiq ketika tembakan perayaan menjatuhkan sebuah kabel listrik yang mendarat di pintu logam dan menyetrum tamu pesta pernikahan.
Peluru nyasar bukanlah hal baru. Tindakan ini menjadi penyebab kematian 20 orang pada tahun 1991 ketika warga Kuwait menembakkan senjata mereka ke langit untuk merayakan akhir Perang Teluk.
Tiga kematian lain dilaporkan terjadi ketika penggemar sepak bola Irak menembakkan senjata ke udara di Ibu Kota Baghdad untuk merayakan kemenangan saat tim mereka mengalahkan Vietnam di Piala Asia 2007.
Praktik tembakan perayaan tidak hanya terjadi di dunia Arab. Bulan lalu media India melaporkan seorang gadis berusia delapan tahun tewas di sebuah pernikahan, setelah ayah dari sang pengantin laki-laki menembakkan pistolnya ke udara sebagai bentuk perayaan.