Berakhirnya dominasi kulit putih di Vatikan
Calon kuat banyak datang dari luar Eropa.
Paus Benediktus XVI meletakkan jabatannya kemarin dengan sebuah upacara perpisahan cukup mengharukan. Beberapa pastur nampak tidak bisa menahan kesedihan mereka dan menitikkan air mata saat Paus 85 tahun ini lirih dalam memberikan sambutan terakhir.
Selain memberi perhatian pada desas desus konspirasi halus menyingkirkan Paus, sejagat juga memberi perhatian pada nama calon penggantinya untuk memimpin Vatikan. Dilansir dari BBC (11/2) pihak Takhta Suci memastikan Paus baru bakal dipilih sebelum Maret berakhir.
Sejumlah nama kandidat mulai bermunculan. Ini mungkin pertama kali dalam sejarah lantaran beberapa calon justru mempunyai kulit berwarna. Peter Turkson merupakan nama yang langsung menguasai bursa pemilihan Paus. Lelaki menjabat kardinal bertugas di wilayah Nsuta-Wassaw, Ghana, ini sudah diperbincangkan sejak pertengahan tahun lalu lantaran lewat usahanya Katolik berkembang pesat di negara itu.
Kardinal kulit hitam dikenal beraliran konservatif namun mempunyai sisi humanis tinggi. Lantaran Turkson pula tingkat aborsi di Ghana bisa ditekan. Dia juga memberi penyuluhan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi. Usahanya menyebarkan ajaran Kristus juga didukung stasiun televisi miliknya sendiri.
Kandidat lain juga berkulit gelap yakni Francis Arinze. Kardinal asal Nigeria ini telah menjadi bagian dari Vatikan sejak zaman Yohanes Paulus II. Dia pula bersaing dengan Benediktus XVI pada 2005 di kursi pemimpin Vatikan.
Arinze terkenal berhati mulia. Dia mengatur distribusi makanan dan obat-obatan untuk wilayah konflik di negaranya. Toleransinya pada keyakinan tradisional sangat tinggi. Meski banyak orang Nigeria memeluk Katolik, nyatanya agama tradisi sulit dihilangkan.
Sementara umat Katolik Filipina khusyuk berdoa agar Kardinal mereka Luis Antonio Tangle bisa menempati posisi Paus. Harapan itu banyak disampaikan melalui jejaring sosial. Di Asia, Filipina memang merupakan negara dengan komunitas Katolik terbesar.
Secara kapabilitas kardinal dari luar Eropa punya prestasi dan nama baik, namun secara kuantitas nampaknya hal itu masih samar dan bisa jadi pemimpin umat Katolik selanjutnya masih dari kulit putih. Benediktus XVI merupakan seorang Jerman, sementara pendahulunya Yohanes Paulus II berasal dari Polandia.
Melihat dari pemetaan kardinal surat kabar the Guardian melaporkan (14/2) sebanyak 85 kardinal dari 117 ada di Eropa, sisanya menyebar ke Afrika, Asia, Australia, dan Amerika. Paus baru hanya akan terpilih atas suara para kardinal dengan melihat kelayakan dan bisa jadi subyektifitas.
Paus baru selain mempunyai standar tinggi untuk memimpin Vatikan juga disetujui 117 kardinal berusia di bawah 80 tahun.
Demi melihat calon kuat ketua Takhta Suci nampaknya tahun ini dominasi kulit putih Eropa di Vatikan bakal berakhir. Itu pun jika para kardinal memang murni memilih sebab kemampuannya bukan berdasarkan warna kulit.