Duterte minta maaf tentaranya gempur Marawi & bikin warga mengungsi
Duterte minta maaf tentaranya gempur Marawi & bikin warga mengungsi. Duterte menyampaikan permohonan maafnya kepada warga pengungsi. Saat ini ada sekitar 40 ribu jiwa mengungsi di daerah sekitar Marawi.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta maaf kepada para pengungsi dari Marawi lantaran militernya menggempur tempat tinggal mereka. Hal ini disampaikan Duterte di tempat evakuasi dekat Marawi.
"Saya sangat sangat menyesal hal ini terjadi pada kita. Saya minta maaf kepada kalian semua. Saya harap nantinya dalam hati kalian memaafkan pasukan saya, pemerintah dan bahkan saya sendiri," tuturnya, seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (21/6).
Pertempuran di Marawi terjadi antara militer Filipina dengan militan kelompok radikal berbaiat ke Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), Maute. Akibat pertempuran tersebut, beberapa nyawa warga sipil dan militer melayang, serta ratusan dari para militan.
Sementara itu, sekitar 40 ribu jiwa mengungsi di daerah sekitar Marawi. Sayangnya, tempat pengungsian kurang bersih sehingga mulai banyak warga yang sakit bahkan meninggal dunia.
Salah seorang pengungsi, Tarhata Mostare menyebutkan tempat pengungsian kini sudah sangat penuh. Keluarga yang terdiri dari belasan orang terpaksa tidur bersama di lantai kotor. Sementara itu, mereka juga harus berbagi satu toilet dengan puluhan pengungsi lainnya.
"Anak-anak saya sakit. Satu kena diare, satu lagi alergi kulit. Air yang kami gunakan di sini tidak bagus," serunya.
Pertempuran di Marawi bermula dari penembakan yang dilakukan kelompok Maute secara acak. Status darurat militer telah ditetapkan. Ribuan pasukan sudah dikerahkan. Pasukan Amerika Serikat pun ikut terlibat dalam operasi. Korban jiwa di pihak Filipina bahkan kini sudah mencapai puluhan, kabar terakhir mencapai 58 tentara yang tewas di tangan ISIS.
Saat ini hampir 30 persen Kota Marawi masih dikuasai ISIS. Bagian kota di sebelah timur, jantung ekonomi kota dan yang dipertahankan ISIS sejak awal Juni lalu, belum juga direbut kembali oleh pasukan Filipina.
Kepolisian Filipina (AFP) kesulitan untuk merebut dua jembatan utama penghubung kota bagian barat dan timur di jembatan Mayapandi dan Bayabao. Kecenderungan serangan dilakukan lewat udara dengan pesawat usang OV-10 Branco. Bombardir udara membikin bangunan seantero kota luluh lantak mirip seperti di Suriah.
Pada 22 Juni 2017 di Manila akan digelar pertemuan trilateral antara Filipina, Indonesia dan Malaysia. Pertemuan yang melibatkan menteri luar negeri, Panglima Militer, Kepala Kepolisian, Kepala Intelijen dan Kepala Badan Penanggulangan Terorisme ini akan membahas mengenai keamanan pasca pertempuran Marawi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir menyebutkan pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas keamanan di Marawi dan dampak ke sub kawasan baik di Indonesia, atau pun Malaysia, negara tetangga Filipina.
"Pertemuan ini tidak bisa terpisahkan dari pertemuan trilateral di Yogyakarta. Kalau di Yogya fokusnya keamanan negara di laut, ini kita akan lebih dari itu dengan melakukan pencegahan masalah keamanan di Filipina berkembang ke sub kawasan kita," pungkas pria kerap disapa Tata tersebut.