Duterte sebut tak pernah mau berunding dengan militan di Marawi
Juru bicara kepresidenan Filipina menyatakan Duterte tidak akan berunding dengan pihak yang berbuat makar.
Pemerintah Filipina akhirnya buka mulut soal tudingan sikap Presiden Rodrigo Duterte yang dianggap labil, dan membikin perundingan dengan kelompok militan di Marawi terhenti. Mereka ngotot sejak awal tidak pernah ada perundingan dengan kelompok bersenjata yang mengaku pro Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dilansir dari laman benarnews, Jumat (7/7), juru bicara kepresidenan, Ernesto Abella, mengatakan mereka tidak mendapat laporan apapun tentang upaya seorang tokoh masyarakat muslim Mindanao, Agakhan Syarief, yang konon diminta menjadi penengah perundingan antara Duterte dan kelompok militan.
"Saya tegaskan, istana dan Presiden (Duterte) tidak berunding dengan teroris, termasuk kelompok teroris lokal ini, yang memang berniat mendirikan negara di dalam Filipina, serta melepaskan segala hubungan pemerintahan antara Filipina dan Kota Marawi beserta penduduknya," ujar Abella.
Pada Rabu lalu Agakhan Sharief mengatakan, setelah kelompok bersenjata pro ISIS pimpinan Maute bersaudara menyerbu Kota Marawi pada 23 Mei, seorang penasihat senior Duterte menghubunginya. Dia meminta supaya Sharief bisa menjembatani dialog karena mengenal Abdullah Maute dan Omarkhayam Maute. Pengakuan Sharief juga dibenarkan oleh dua orang sumber lain di Marawi.
Sharief yang dijuluki Bin Laden karena wajahnya mirip enggan mengungkap siapa penasihat senior Duterte mengontaknya. Mulanya, lanjut Sharief, setelah diyakinkan, Duterte sepakat akan bertemu dengan ibu dari Maute bersaudara, Ominta 'Farhana' Romato, di dekat Cagayan De Oro atau Kota Davao.
Sharief mengatakan kedua anak Farhana mempercayakan ibu mereka menjadi juru runding dengan Duterte.
"Dia (penasihat Duterte) mempersiapkan segala yang saya minta. Saya bilang kepadanya supaya disediakan helikopter buat menjemput ibu Maute bersaudara dan mengantarnya ke presiden. Dia siapkan itu," kata Sharief.
Sharief juga sebelumnya meyakinkan Maute bersaudara dan Farhana soal perundingan. Dia mengatakan, Duterte bersiap menawarkan pilihan supaya trah Maute bisa menerapkan hukum Islam di kampung halaman mereka, Butig, jika dia bisa meloloskan usulan sistem negara federal di Filipina.
Mendadak perundingan menjadi berantakan, karena pada 31 Mei Duterte malah menyatakan tidak bakal berunding dengan teroris. Lantas, pasukan Filipina menangkap ayah Maute bersaudara, Cayamora Maute, pada 6 Juni. Tiga hari kemudian giliran Farhana dibekuk. Padahal, kata Sharief, Maute bersaudara sudah siap menyingkir dari Marawi dan mengakhiri konflik jika Duterte menepati janji.
"Masalahnya ada di presiden kita. Pikirannya selalu berubah. Dia mengatakan tidak bakal berunding dengan teroris dan hal itu yang menyebabkan perundingan berhenti," ucap Sharief.
Sharief bukan sekali ini saja menjadi penengah konflik. Dia sudah sering diminta mendamaikan pertikaian bersenjata di wilayah selatan Filipina itu.
Saat dikonfirmasi, baik penasihat maupun juru bicara kepresidenan Duterte tak ada yang memberikan komentar. Wali Kota Marawi, Majul Usman Gandamra, mengakui soal adanya negosiasi itu. Namun, dia menyatakan kesalahan justru ada pada pihak kelompok bersenjata. Sebab, mereka tidak mengendurkan serangan ketika diberi pilihan.
"Saat itu memang ada kesempatan, tetapi mereka tidak memperlihatkan niat baik," kata Usman.
Sharief terakhir bertemu dengan Abdullah pada 25 Juni lalu, saat dia memimpin kelompok ulama menuju sarang kelompok Maute demi membebaskan beberapa sandera menjelang Idul Fitri. Dia juga mengaku tidak sepakat dengan ideologi ISIS. Namun, dia tidak bisa mengungkapkan hal itu karena merasa masih bisa meyakinkan trah Maute supaya mengakhiri pertempuran.
"Saya ini pendamai. Saya tidak bisa berunding kalau bicara melawan mereka," ucap Sharief.
Sayangnya, reputasi Duterte dikenal buruk soal perjanjian damai. Dia kerap melanggarnya. Sebab, dia berjanji berulang-ulang bakal menggempur seluruh kelompok militan. Padahal, ketika dia menjabat sebagai Wali Kota Davao selama 22 tahun, dia sudah meneken perjanjian dengan kelompok pemberontak Marxist. Wilayah Mindanao dengan 22 juta penduduk memang tidak pernah tenang dari pertikaian bersenjata.
Hingga kini, konflik di Marawi masih berlangsung. Sudah 400 meregang nyawa. Terdiri dari 337 militan, 85 prajurit, dan 44 warga sipil. Sedangkan sekitar 260 ribu warga terpaksa mengungsi karena khawatir ISIS bakal menjadikan selatan Filipina sebagai markas besar di Asia Tenggara.
Baca juga:
Pasukan Filipina bekuk bendahara pengganti kelompok Maute di Marawi
Duterte dianggap labil dan bikin konflik Marawi berkepanjangan
Konflik tak kunjung selesai, 31 warga Marawi tewas di pengungsian
China pasok persenjataan ke Duterte untuk habisi militan Maute
MILF terbitkan fatwa perangi ISIS
-
Kenapa elang Filipina terancam punah? Ancaman utama mereka adalah kehilangan habitat akibat pertanian, pertambangan, perburuan, penebangan, dan perubahan iklim.
-
Di mana Tiongkok dikabarkan melakukan tindakan pengadangan terhadap Filipina? Hal ini dapat tergambarkan dalam konflik perseteruan belum lama ini di Desember 2023, ketika Angkatan Laut (AL) Filipina dihambat dan dihalang-halangi oleh Tiongkok saat melakukan operasi pengiriman logistik ke basis militer Filipina di area Second Thomas Shoal (Pollock & Symon, 2024).
-
Bagaimana Filipina menjadi negara merdeka? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika. Manuel Roxas mengambil kembali sumpahnya sebagai Presiden pertama Republik Filipina, setelah menyepakati perjanjian dengan Amerika Serikat.
-
Bagaimana cara elang Filipina berburu monyet? Untuk berhasil mengejar monyet, dibutuhkan kerja sama antara sepasang elang Filipina. Salah satu elang akan mengalihkan perhatian kera sementara elang yang lain akan menyergap dari atas dan menangkap kera tersebut.
-
Di mana elang Filipina yang terlihat di video ini mendiami? Dikenal dengan sebutan 'elang pemakan monyet' di wilayahnya, burung ini memiliki reputasi yang legendaris di dalam hutan hujan yang lembab di kepulauan Filipina.
-
Kapan Alice Guo meninggalkan Filipina? Diawali pada 18 Juli 2024 meninggalkan Filipina, lalu menuju Malaysia, kemudian ke Singapura pada 21 Juli, dan melakukan perjalanan ke Indonesia pada 18 Agustus.