Kazakhstan dukung Indonesia jadi anggota tidak tetap DK PBB
Kazakhstan dukung Indonesia jadi anggota tidak tetap DK PBB. Kazakhstan yang merupakan salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan Peserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan berharap Indonesia bisa mengambil alih posisi mereka untuk kawasan Asia Pasifik.
Sudah 25 tahun Indonesia dan Kazakhstan menjalin hubungan diplomatik. Negara pecahan Soviet ini memang masih terbilang muda, namun memiliki pendapatan per kapita tertinggi di kawasannya, Asia Tengah.
Kazakhstan yang merupakan salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan Peserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan berharap Indonesia bisa mengambil alih posisi mereka untuk kawasan Asia Pasifik. Hal ini menunjukkan Kazakhstan mendukung Indonesia untuk maju sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020.
"Kami tahu Indonesia tengah mempromosikan negaranya untuk mencalonkan diri sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Jika Indonesia menang, yang mana sangat kami harapkan hal tersebut terjadi, maka dengan senang hati kami akan menyerahkan kedudukan kami ini," ucap Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia Ashkat Orazbay, dalam perayaan 25 Tahun Pelayanan Hubungan Diplomatik Kazakhstan di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (2/8).
Dubes Orazbay menuturkan, per akhir tahun ini negaranya akan menyelesaikan kerja keras mereka sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Sementara itu, Direktur Asia Tengah dan Selatan Kementerian Luar Negeri Ferdy Piay membenarkan adanya dukungan Kazakhstan untuk Indonesia di DK PBB.
"Kazakhstan juga salah satu negara yang mendukung kita (Indonesia) di DK PBB juga. Dia sangat berharap kita bisa mengambil alih. Ada beberapa hal yang mereka sampaikan, termasuk jejak kami di DK PBB untuk bisa ditindaklanjuti," imbuh Ferdy di kesempatan yang sama.
Sebagai anggota tidak tetap DK PBB, Kazakhstan memperlihatkan kontribusinya di bidang perdamaian. Negara itu sempat menjadi tuan rumah perundingan mengenai Suriah, antara Iran, Rusia dan Turki.
Hubungan Indonesia dan Kazakhstan belum cukup kuat. Menurut Ferdy, hal tersebut didasarkan sedikitnya kerja sama yang terjalin antara kedua negara.
Namun, Indonesia mulai melihat potensi besar Kazakhstan, terutama di bidang energi. Karenanya, Ferdy berharap akan ada pertemuan kedua kepala negara dan membicarakan masalah ini.
Pada 2016 tercatat nilai perdagangan sebesar USD 22,1 juta, dengan defisit bagi Indonesia sebesar USD 7,769 juta. Namun, nilai perdagangan meningkat pesat pada tahun 2017, yaitu tercatat senilai USD 21 juta hanya untuk periode Januari - Mei 2017 saja.
Ekspor Indonesia ke Kazakhstan jauh lebih kecil dibandingkan dengan impor Indonesia dari Kazakhstan. Pada periode tersebut, Indonesia mengalami defisit perdagangan senilai USD 13,1 juta.