Playboy eksis di negara banyak penganut Islam
Libanon dan Turki, dua negara paling banyak muslim yang mengizinkan beredarnya majalah vulgar itu.
Majalah khusus dewasa Playboy kemarin melansir edisi Israel. Padahal edisi cetaknya mengalami penurunan lantaran kehadiran internet. Seolah tak takut bangkrut Hugh Hefner tetap mengeluarkan majalah dengan bahasa Ibrani pertama itu.
Pemilik dan penerbit Playboy Israel Daniel Pomerantz meluncurkan majalah itu di Ibu Kota Tel Aviv awal bulan ini, seperti dilansir surat kabar the Huffington Post. "Tujuan kami adalah memenuhi selera kaum lelaki akan perempuan dalam kehidupan mereka," kata dia. Pomeratnz menyatakan dia cukup yakin majalah ini akan sukses di Israel sebab ini negara yang kompleks dengan tradisi dan modernitasnya sendiri.
Model Nataly Dadon dalam acara peluncuran itu ikut berpose di samping poster besar majalah Playboy bersampul depan gambar dirinya yang bertelanjang dada. Dia mengatakan sangat senang dirinya bisa tampil di edisi perdana Playboy Israel.
Ternyata bukan hanya di negara sekuler Playboy berkembang. Di negara penduduknya paling banyak muslim, majalah dewasa ini laris manis seperti di Libanon dan Turki. Bahkan di Libanon Playboy sudah berusia lebih dari 30 tahun seperti dikutip situs albawaba.com. Padahal atas alasan budaya dan tentu saja agama di negara-negara Arab telah melarang segala hal berbau pornografi, seperti gambar dan tulisan serta visual lain.
Namun nampaknya masyarakat Libanon tidak ada masalah dengan majalah yang didalamnya memuat gambar vulgar selebritas dunia. Media cetak ini bahkan mudah di dapat di pelbagai toko buku. "Para lelaki Ibu Kota Beirut sudah menjadi langganan tetap," ujar Pengawas publikasi senior Libanon, Colonel Antoinette Babi.
Antoinette juga mengakui pihaknya memberikan izin jualan Playboy di Libanon namun dengan syarat ditutup plastik hitam dan dijual hany kepada mereka yang dewasa usia 18 tahun ke atas. "Lembaga sensor akan mengawasi secara ketat peredarannya, dan tak segan memberikan sanksi pada pengedar yang melanggarnya," ujar dia.
Playboy mengatakan penikmat majalah itu harus bisa membedakan media pembangkit syahwat dan majalah porno. Majalah porno dilarang di Libanon. Namun tidak Playboy sebab ini bukan majalah esek-esek. "Ada beberapa konten yang menarik dibanding dari majalah lain, termasuk isi artikel menarik dan edukatif.