PM Libanon mundur karena khawatir dihabisi Hizbullah
Ayah Saad Hariri yang juga mantan Pm Libanon, Rafik Hariri, tewas dalam ledakan bom mobil pada 2005 setelah menyatakan Iran dan sekutunya, Hizbullah, hendak menguasai Libanon. Diduga Hizbullah ada di balik insiden itu.
Perdana Menteri Libanon, Saad Hariri, mendadak mengundurkan diri pada Sabtu kemarin. Dia beralasan mulai khawatir akan luasnya pengaruh Iran di negara itu, dan merasa takut bakal dibunuh.
Dilansir dari laman AFP, Minggu (5/11), Saad merupakan muslim beraliran Sunni. Politikus berusia 47 tahun itu belum setahun bertugas di masa jabatannya yang kedua, dan mundur setelah dia harus bersanding dengan sayap politik Hizbullah buat membentuk pemerintahan.
"Saya menyatakan mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri. Saya merasa diam-diam ada rencana buat menghabisi saya," kata Saad.
Nampaknya Saad berkaca dari sang ayah sekaligus mendiang mantan PM Libanon sebelumnya, Rafik Hariri. Rafik dibunuh dengan bom mobil pada 2005 setelah menyatakan Iran dan sekutunya, Hizbullah, hendak menguasai Libanon. Diduga Hizbullah ada di balik insiden itu.
Rafik adalah pengusaha berbisnis di Arab Saudi. Sedangkan Saad lahir di Ibu Kota Riyadh.
"Cengkeraman Iran di negara ini sangat kuat. Mulai dari Hizbullah yang dipersenjatai Iran, dan itu bukan terasa di Libanon saja, tetapi di seluruh negara Jazirah Arab," ujar Saad.
Menurut Saad, beberapa tahun belakangan Hizbullah tidak segan menggunakan kekerasan dan senjata demi mencapai tujuan.
Menteri Urusan Teluk Kerajaan Arab Saudi, Thamer al-Sabhan, mengklaim kalau dia yang mengungkap adanya rencana pembunuhan kepada Saad beberapa hari lalu. Dia mengatakan Saad saat ini dalam keadaan aman di Riyadh.
Iran justru menanggapi miring keputusan Saad mengundurkan diri dari jabatannya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi, menilai hal itu justru bakal menimbulkan polemik baru di kawasan teluk, dan menyangkal seluruh tuduhan Saad.
"Pengunduran diri itu adalah skenario baru buat memantik ketegangan di Libanon dan kawasan itu. Hal ini adalah indikasi dia berada dalam permainan buat merusak kawasan teluk," kata Qassemi.
Hizbullah adalah organisasi politik perlawanan Syiah didukung Iran dalam perang sipil pada 1975 sampai 1990. Mereka adalah satu-satunya partai politik yang sampai saat ini masih memelihara sayap militer. Jumlah dan jenis persenjataan mereka miliki juga terus bertambah, bahkan menyalip militer Libanon.
Hizbullah beralasan sengaja menyimpan persenjataan buat menghadapi Israel. Mereka membantu rezim Presiden Basyar al-Assad dengan menerjunkan bantuan persenjataan dan tenaga dalam melawan kelompok oposisi serta Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di Suriah.