Perang Hizbullah-Israel Meluas, KBRI Imbau WNI di Lebanon Tetap Waspada
Serangan udara Israel di Lebanon telah membunuh hampir 500 warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
Serangan Israel di Lebanon semakin brutal. Menurut data otoritas kesehatan Lebanon, Israel telah membunuh lebih dari 490 orang. Perang antara Israel dan Hizbullah ini disebut yang terburuk sejak 2006.
Militer Israel juga dilaporkan telah mengeluarkan peringatan kepada penduduk di wilayah selatan dan timur Lebanon untuk meninggalkan rumah mereka sebelum serangan udara yang lebih luas terhadap Hizbullah.
Mengingat situasi ini, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) dan Kedutaan Besar RI di Beirut (KBRI) menyatakan bahwa mereka terus memantau perkembangan di Lebanon.
"Sejak Agustus 2024, KBRI Beirut telah meningkatkan status kewaspadaan menjadi Siaga 1 untuk seluruh Lebanon. Sebelumnya, status Siaga 1 hanya berlaku untuk wilayah selatan Lebanon sejak Oktober 2023," ungkap Direktur Jenderal Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI, Judha Nugraha, dalam pernyataan tertulis yang diterima pada Selasa (24/9).
Berdasarkan informasi dari KBRI, saat ini terdapat 159 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Lebanon.
"Sejak status Siaga 1 ditetapkan, Kemlu dan KBRI Beirut telah membantu evakuasi 25 WNI dari Lebanon. Sementara itu, sebagian besar lainnya memilih untuk tetap tinggal karena alasan pribadi. Mereka umumnya adalah mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga lokal," jelas Judha.
"Kemlu dan KBRI kembali mengimbau agar WNI meningkatkan kewaspadaan, menghindari daerah berisiko, dan membatasi perjalanan yang tidak penting. Bagi WNI yang berencana untuk bepergian ke Lebanon, Iran, Israel, dan Palestina, diminta untuk menunda perjalanan hingga situasi kembali aman," tegas Judha.
Konflik Terburuk Sejak 2006
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan Israel pada Senin (23/9) lalu mengakibatkan 492 orang tewas, termasuk 35 anak dan 58 wanita, serta melukai 1.645 orang. Ini merupakan jumlah korban harian yang mengejutkan bagi Lebanon, yang masih merasakan dampak dari serangan teror pager dan walkie talkie pekan lalu, yang diduga didalangi Israel.
Otoritas Lebanon menyatakan bahwa insiden ini adalah yang paling mematikan sejak konflik antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006. Militer Israel telah memperingatkan penduduk di wilayah selatan dan timur Lebanon untuk meninggalkan rumah mereka seiring dengan rencana perluasan serangan udara terhadap Hizbullah. Ribuan warga Lebanon kini mengungsi ke selatan, dan jalan utama yang menghubungkan Kota pelabuhan Sidon dengan Beirut dipenuhi kendaraan, menandakan eksodus terbesar sejak tahun 2006.
Dalam sebuah rekaman, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta warga sipil Lebanon untuk mematuhi peringatan Israel untuk mengungsi, dengan menyatakan "anggaplah peringatan ini dengan serius."