"Politisi Datang Hanya untuk Berfoto Lalu Pergi, Tak ada yang Menolong Kami"
Bencana banjir bandang yang dialami Pakistan telah merenggut korban jiwa lebih dari seribu orang dan merusak lebih dari 700 ribu rumah.
Bencana banjir bandang yang dialami Pakistan telah merenggut korban jiwa lebih dari seribu orang dan merusak lebih dari 700 ribu rumah. Bencana itu membawa pilu warga Lembah Manoor, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.
“Kami membutuhkan persediaan, kami membutuhkan obat-obatan dan tolong bangun kembali jembatan, kami tidak punya apa-apa sekarang”. Itu ada pesan tertulis salah seorang korban banjir yang dilemparkan kepada tim bantuan di Lembah Manoor, seperti dikutip dari laman BBC, Senin (29/8).
-
Bagaimana banjir terjadi di Kota Padang? Hujan tidak berhenti dari Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari. Saat ini air di dalam rumah sudah setinggi 7 centimeter,” tuturnya.
-
Di mana banjir bandang ini terjadi? Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi meminta bantuan dana Rp1,5 triliun untuk penanganan bencana alam banjir bandang di daerahnya.
-
Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Pertanian, yang sangat bergantung pada kondisi cuaca, sering kali paling terdampak.
-
Apa itu Bingka khas Banjar? Kue tersebut disebut dengan Bingka yang secara kasat mata mirip seperti kue lumpur.
-
Di mana banjir perkotaan sering terjadi? Urbanisasi yang cepat sering kali memperburuk masalah banjir. Pembangunan di daerah perkotaan mengurangi area resapan air alami karena permukaan yang ditutupi oleh aspal dan beton. Sistem drainase yang tidak memadai dan tersumbat juga menjadi penyebab umum banjir di kota-kota besar, terutama saat hujan lebat.
-
Dimana saja lokasi rawan banjir di Kabupaten Banyumas? Wilayah rawan longsor di Kabupaten Banyumas, antara lain Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Gumelar, Pekuncen, Lumbir, Banyumas, Ajibarang, dan Kedungbanteng. Sementara wilayah rawan banjir di antaranya Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, Lumbir, dan Wangon,"
Hingga saat ini, warga Lembah Manoor telah kehilangan anggota keluarga, tempat tinggal, hingga akses ke kota terdekat. Mereka seakan-akan ditinggal sendirian untuk bertahan hidup di tengah bencana yang sedang dialami.
Mereka membangun jembatan kayu sementara karena satu-satunya jembatan yang menghubungkan ke kota terdekat runtuh akibat banjir. Jembatan sementara akhirnya menjadi satu-satunya jalan bagi harapan akan datangnya bala bantuan.
Seorang ibu duduk dekat jembatan kayu itu. Dia bisa melihat rumahnya tapi dia tidak dapat menyeberangi jembatan itu.
"Rumah saya dan anak-anak saya berada di seberang sungai. Saya sudah menunggu di sini selama dua hari dan berpikir pemerintah mungkin akan datang dan memperbaiki jembatan. Tetapi pihak berwenang mengatakan kami harus mulai berjalan di sisi lain untuk mencapai rumah. Itu memakan hingga delapan sampai sepuluh jam. Saya seorang wanita tua. Bagaimana saya bisa berjalan sejauh itu?” kata ibu itu.
Jerit pilu lain mereka tuliskan di kertas-kertas. Namun, suara hati mereka seakan-akan tidak didengar pemerintah Pakistan.
“Pihak berwenang dan politisi datang ke sini hanya untuk berfoto dan bergembira. Mereka datang, mengambil foto dan pergi. Tidak ada seorang yang membantu kami,” ungkap Abdul Rasheed yang berumur 60 tahun.
“Kami membutuhkan barang-barang. Kami membutuhkan jalanan,” ujar dia. “Sudah banyak orang yang kehilangan bangunan dan sumber pendapatan mereka,” lanjut dia.
Bagi pemerintah Pakistan, bencana ini terjadi karena perubahan iklim. Namun warga sekitar mengkritisi tindakan pemerintah yang mengizinkan pembangunan hotel di pinggir sungai sehingga mengganggu arus air.
Hingga kini jutaan orang yang membutuhkan bantuan harus menunggu pihak berwenang.
Pihak militer Pakistan turut membantu korban banjir. Pemerintah juga memohon bantuan dari negara-negara sahabat agar dapat meredakan bencana yang sedang dihadapi.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)