Presiden Peru Terancam Dipecat Setelah Ketahuan Operasi Plastik
Komisi pengawas kongres Peru tengah melakukan investigasi terkait hal ini.
Kontroversi muncul terkait operasi hidung yang dilakukan oleh Presiden Peru, Dina Boluarte. Sejumlah anggota parlemen mengajukan tuntutan agar dia dipecat dari jabatannya, dengan alasan bahwa dia tidak mendelegasikan tanggung jawabnya selama proses tersebut. Prosedur yang diikuti Boluarte (62) pada musim panas tahun 2023 menjadi perbincangan hangat di media sosial dan di berbagai outlet berita lokal, seperti yang dilaporkan South China Morning Post pada Rabu (4/12).
"Dia mengatakan kepada saya bahwa dia akan menjalani operasi hidung untuk mengatasi masalah pernapasan," ungkap Otarola saat memberikan keterangan kepada anggota parlemen yang menyelidiki isu ini.
Komisi pengawasan kongres kini tengah menyelidiki keberadaan Boluarte antara tanggal 28 Juni dan 10 Juli 2023, saat dia tidak terlihat di publik. Selama periode tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh media setempat, Boluarte menjalani operasi di sebuah klinik di Lima tanpa menginformasikan kepada publik atau mendelegasikan kewenangan kepada Kongres.
Otarola menambahkan, selama masa pemulihan, Dina Boluarte tetap menjalankan tugasnya meskipun secara virtual.
"Tidak ada kekurangan tenaga saat itu, karena prosedur pembedahan tidak mengalami komplikasi besar," jelas Otarola, yang kemudian dipecat oleh Boluarte pada Maret 2024.
Namun, beberapa anggota parlemen dan pakar hukum kini menilai bahwa tindakan Boluarte merupakan pelanggaran konstitusi dan mendesak agar dia diberhentikan.
"Itu akan menjadi alasan pemecatan karena presiden seharusnya meminta izin dari Kongres," tegas anggota parlemen Juan Burgos, yang memimpin komisi pengawasan, kepada para wartawan.
Wakil Presiden Kongres, Patricia Juarez, berupaya menenangkan situasi yang memanas dengan menyebutnya sebagai "badai dalam segelas air". Selama beberapa bulan terakhir, Boluarte telah terlibat dalam berbagai kontroversi.
Jaksa menuduhnya menerima suap berupa jam tangan merek Rolex. Selain itu, ia juga dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 50 pengunjuk rasa yang terjadi selama penindakan terhadap demonstrasi yang menuntut pengunduran dirinya dan pemilihan umum baru pada tahun 2022.
Saat ini, Boluarte tidak memiliki partai politik yang mendukungnya di Kongres, dan tingkat ketidaksetujuan terhadapnya hampir mencapai 95 persen. Masa jabatannya sebagai presiden diperkirakan akan berakhir pada bulan Juli 2026.