Rusia Tak Hanya Perang dengan Pasukan Bersenjata, Tapi dengan Seluruh Rakyat Ukraina
Pada hari-hari pertama perang, perhatian lebih banyak tertuju pada kota-kota besar Ukraina, yang menjadi target utama pasukan Rusia. Tapi jauh di desa, gerakan akar rumput masif berlangsung di desa-desa.
Para penduduk desa tampak seperti siluet saat disorot lampu-lampu mobil dan truk, beberapa membawa senjata dan yang lainnya membawa pentungan, seperti para geng yang berkeliaran di jalan-jalan.
Mereka adalah para warga desa pria dan perempuan yang membentuk unit pertahanan diri di desa-desa wilayah Vinnytsya, Ukraina tengah, yang berubah senyap dan gelap ketika lampu-lampu jalan dimatikan. Mereka berdiri di pinggir jalan, di bawah langit yang dihiasai sinar bintang.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Di mana para ilmuwan Rusia menanam semangka di Antartika? Prestasi pertanian ini adalah bagian dari percobaan di Stasiun Vostok.
-
Kapan para ilmuwan Rusia menanam semangka di Antartika? Tepat 103 hari setelah benih ditanam, para peneliti disambut dengan delapan buah semangka yang tumbuh.
-
Bagaimana strategi yang akan diterapkan Ukraina untuk menghadapi Belgia? Tentu saja untuk meraih hasil maksimal, anak asuh Serhiy Rebrov harus tampil disiplin dan menghindari dominasi dari Belgia.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
"Saya sangat bangga dengan masyarakat kami," kata kepala desa Khomutyntsi, Oksana Mudryik, dikutip dari The New York Times, Senin (24/2).
Khomutyntsi terletak sekitar 140 kilometer barat daya Kiev, ibu kota Ukraina.
"Desa kami sangat kecil sehingga saya berpikir, 'Apakah kita punya orang yang berpatroli di jalan-jalan?'Saya pikir mungkin ada paling banyak ada tiga orang yang akan datang untuk berpatroli bersama kami. Tapi satu hari setelah perang dimulai di Kyiv, saya mencatat lebih dari 30 orang."
Pada hari-hari pertama perang, perhatian lebih banyak tertuju pada kota-kota besar Ukraina, yang menjadi target utama pasukan Rusia. Tapi jauh di desa, gerakan akar rumput masif berlangsung di desa-desa seperti Khomutyntsi ketika warga biasa seperi petani, pemilik toko, buruh harian, sopir taksi, mengangkat senjata untuk ikut bertempur yang tiba-tiba menjungkirbalikkan kehidupan mereka.
Mobilisasi warga sipil untuk melawan rintangan yang tampaknya mustahil telah menjadi salah satu ciri khas perlawanan sengit Ukraina yang tak terduga. Dan walaupun bisa berakhir nahas, para pejabat Ukraina sangat membanggakan upaya tersebut.
"Para pemimpin Rusia tidak memahami bahwa perang tidak hanya dengan angkatan bersenjata Ukraina, tapi dengan seluruh rakyat Ukraina," jelas Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal pada Minggu.
"Dan orang-orang ini telah bangkit untuk perjuangan pembebasan, perang pembebasan melawan penjajah."
Di Ukraina timur, di mana pasukan Rusia bersenjata berbaris memasuki kota dan desa-desa, beberapa penduduk lokal menghadapi para tentara dengan amarah. Di Ukraina utara, seorang pria bersimpuh di depan sebuah tank. Salah seorang perempuan Ukraina merekam dirinya menggunakan ponsel saat memarahi seorang tentara Rusia sembari memberinya biji bunga matahari dan memasukkannya ke saku agar nanti saat tentara itu mati di Ukraina, bunga matahari akan tumbuh.
Di Khomutyntsi, padang rumput luas membentang sepanjang Sungai Postolova yang biasanya menjadi tempat rekreasi. Para warga desa memancing di sungai itu sepanjang tahun dan berenang pada musim panas. Tapi pekan ini seluruh warga desa berkumpul di padang rumput untuk membangun parit, pos pemeriksaan, dan tempat perlindungan bawah tanah.
Patroli desa
Mudryk mengendarai mobilnya pada Sabtu malam untuk memeriksa para relawannya. Dia melakukan hal ini beberapa kali setiap malam, seperti patroli para penjaga keamanan di pinggir jalan mulai dari senja sampai fajar.
Akankah tentara Rusia datang ke Khomutyntsi, sebuah desa dengan penduduk hanya sekitar 400 orang, yang dikelilingi hutan dan ladang? Tampaknya tidak mungkin. Tapi jika tentara Rusia tiba di desa itu, mereka tidak akan luput dari perhatian orang-orang lokal yang berjaga-jaga.
"Saya menangis terus karena sangat sulit terbiasa dengan realitas baru kami," kata Mudryk.
"Tapi saya menundukkan kepala saya dengan takzim kepada rakyat kami. Hari ini, kami diminta membawa makanan untuk para tentara. Dalam dua jam, kami mengangkut satu mobil penuh makanan, hanya dari desa kami."
Ada keberanian, tapi ada juga ketakutan besar. Berdiri di pinggir jalan, Mudryk menunjuk sebuah bintang di langit yang tampak aneh, khawatir itu drone Rusia yang berada di atas desanya.
Serhiy Osavoliuk, yang mendaftar sebagai petugas patroli, mengatakan istrinya juga mengikuti jejaknya.
"Sekarang kami berpatroli bersama," ujarnya.
Pasangan ini berjalan ke sekeliling sembari membawa senter, menghentikan mobil-mobil, dan memeriksa siapa penumpangnya. Biasanya, hanya warga lokal.
Pemandangan seperti ini juga terjadi di desa-desa di wilayah pinggiran Ukraina. Ratusan warga lokal membantu membangun benteng, membawa karung dari rumah mereka dan mengisinya dengan pasir.
Turunkan rambu jalan
Badan jalan nasional Ukraina mengeluarkan perintah untuk menurunkan semua rambu jalan sehingga mempersulit pergerakan tentara Rusia.
Di jalan antara daerah Vinnytsia dan Kalynivka, proses penurunan rambu jalan telah dimulai. Rambu desa Pysarivka hilang hanya dalam lima menit. Petugas jalan, Volodymyr (55), yang menolak memberikan nama terakhirnya atas alasan keamanan, mengatakan dia berkendara di jalan-jalan untuk menurunkan rambu-rambu.
"Ini penting agar mereka (tentara Rusia) nyasar," ujarnya.
Di Kalynivka, yang dekat dengan gudang senjata besar yang menjadi sasaran pasukan Rusia, para sukarelawan lokal menenun potongan-potongan kecil kain untuk membentuk jaring kamuflase darurat di atas pos pemeriksaan mereka. Terlalu banyak orang berkerumun di sekitar tempat itu, kata mereka, menjadikannya target potensial. Lokasi yang mereka pilih adalah di sebelah tempat perlindungan bom, untuk bersembunyi jika bom mulai jatuh.
"Kami datang membantu tentara kami," kata Valentyna Rudenko.
"Sulit percaya ini terjadi pada kami."
Di beberapa tempat, seperti Hushchyntsi, upaya sukarelawan mencakup seluruh desa. Sekitar 50 orang menumpuk kayu gelondongan ke dalam bunker darurat, ketika anak-anak berlarian dan para perempuan datang membawakan makanan yang mereka masak sendiri.
Alun-alun kota dekat pusat rekrutmen militer di Kalynivka dipenuhi para pria dengan ransel, dan juga isteri serta anak-anak mereka yang datang untuk mengucapkan salam perpisahan. Para pria itu tengah menunggu senjata dan instruksi untuk mereka.
Mereka yang sedang menunggu itu telah terdaftar dan siap untuk dikerahkan. Tapi ada juga warga yang baru datang untuk mendaftar.
Orang-orang keluar masuk di pusat rekrutmen tersebut, dengan membawa kantong makanan, air, dan baju. Seorang perempuan dengan dua putra yang tampak berumur 20-an membawa putranya ke sebuah bangku dan memintanya duduk. Lalu perempuan itu membantu mereka memasang sepatu baru yang baru dia beli untuk kedua putranya.
Seorang kakek bernama Viktor datang untuk mengucapkan selamat tinggal pada putranya.
"Batinku gelisah," ujarnya.
"Bagaimana perasaan Anda mengirim putra Anda ke medan perang?"
(mdk/pan)