Tak Ada Keajaiban di Amerika, Covid-19 Masih Merajalela
Sebaliknya, Amerika Serikat kini tengah membara, memasuki fase kedua krisis covid-19 dengan jumlah kasus positif baru terus bertambah hingga sudah lebih dari 2 juta kasus dan lebih dari 113.000 kematian.
Sudah beberapa bulan sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump memprediksi bakal ada keajaiban. Pada waktu itu bulan Februari ketika masa-masa awal pandemi covid-19 Presiden Trump mengumumkan, pada bulan April nanti ketika cuaca mulai lebih hangat, virus corona akan "hilang secara ajaib."
Tapi nyatanya tidak. Dan virus itu tidak lenyap layaknya abu seperti klaim Trump pada 5 Juni lalu ketika beralasan untuk membuka kembali perekonomian. Dia mengatakan, "kita ingin semua lockdown di negara-negara bagian diakhiri. Kita mungkin akan melihat sisa bara api atau abu, bahkan mungkin masih ada api, tapi kita akan padamkan. Kita akan padamkan itu semua."
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
Sebaliknya, Amerika Serikat kini tengah membara, memasuki fase kedua krisis covid-19 dengan jumlah kasus positif baru terus bertambah hingga sudah lebih dari 2 juta kasus dan lebih dari 113.000 kematian. Menurut pengamatan TIME, sebanyak 23 negara bagian setiap hari terus mengalami kenaikan kasus positif. Empat negara bagian yaitu Arizona, California, Mississippi, dan North Carolina masih belum menunjukkan penurunan angka kasus.
Sebagian negara bagian sudah memperlihatkan kurva yang mulai turun tapi mengalami gelombang kedua penularan dan di banyak kasus gelombang kedua lebih parah dari gelombang pertama. Di Oregon misalnya, negara bagian itu sudah berhasil mendatarkan kurva di tahap awal dengan angka kasus 1,76 per 100.000 penduduk pada 2 April dan menurun hingga 0,8 pada 24 Mei. Dalam waktu dua pekan kemudian langsung terjadi lonjakan hingga 2,3 pada 8 Juni lalu dan terus bertambah hingga kini.
Dilansir dari laman TIME pekan ini, kondisi membaik di New York, New Jersey dan sebagian wilayah Northeast--dibarengi dengan kondisi memburuk di negara bagian lain sehingga angka kasus di AS mencapai 6 kasus per 100.000 penduduk.
Di Texas, angka rata-rata selama tujuh hari kasus Covid-19 sudah melebihi 1.000 sejak 25 Mei.
Tapi kemudian isu pandemi ini perlahan memudar tergusur isu demonstrasi besar-besaran akibat kematian pria kulit hitam George Floyd oleh polisi kulit putih di Minneapolis pada 25 Mei lalu. Dan peristiwa selanjutnya semacam "mati rasa" terhadap pandemi Covid-19.
Gugus Tugas Penanganan Pandemi dari Gedung Putih yang tadinya setiap hari menggelar jumpa pers sejak awal krisis, kini hanya tiga kali dalam sepekan menggelar konferensi pers dan Wakil Presiden Mike Pence yang menjadi kepala gugus tugas hanya menghadiri salah satu dari tiga jumpa pers dalam sepekan itu.
"Saya khawatir orang mulai menganggap semua ini bisa diterima sebagai kenormalan baru padahal ini tidak normal," kata Dr Tom Inglesby, direktur Pusat Keamanan Kesehatan John Hopkins di Bloomberg School. "Sejumlah negara bagian mengalami ratusan hingga ribuan kasus covid-19 per hari dan kita sebetulnya bisa lebih baik dari ini. Beberapa negara bagian bisa menangani hingga nol kasus."
Tapi sebagian besar negara bagian di AS belum menemui titik terang.
"Apakah kita akan menyerah dan terus menyaksikan ribuan orang Amerika meninggal setiap hari sampai kita menemukan vaksin?" tanya Inglesby. "Semoga saja tidak."
(mdk/pan)