Tangis perdana Fadil di hari pertama invasi
Hiba Ziad melahirkan putra pertamanya di hari perdana invasi Israel ke Gaza.
Hiba Ziad cuma bisa berteriak histeris mendengar hujan bom seolah tidak berhenti mengguyur Jalur Gaza. Situasi kian mencekam saat Israel melancarkan invasi ke wilayah berpenduduk sekitar 1,7 juta orang itu Kamis sore pekan lalu.
Serangan negara Zionis kian bertubi-tubi lewat artileri, jet tempur, pesawat pengebom nirawak, dan kapal perang. Di dalam rumah mertuanya Hiba tidak kuasa lagi menahan emosi. Dia meraung-raung ketakutan. Akibatnya, perutnya teras mengeras. Sang bayi dalam rahim ingin segera keluar meski menurut perkiraan dokter baru keluar akhir bulan ini.
Sungguh tidak mungkin bagi sang suami, berprofesi sebagai pengacara hak asasi manusia, mengantar Hiba ke rumah sakit. Sebab, pertempuran berkecamuk hebat. Akhirnya dia menelepon ambulans minta dijemput.
Tidak sampai setengah jam, ambulans tiba dan segera melarikan Hiba ke Rumah Sakit Syifa di jantung Kota Gaza. Sepanjang perjalanan Hiba mengaduh kesakitan. Tim dokter langsung memutuskan Hiba mesti menjalani operasi caesar buat melahirkan. “Sebab kondisi kejiwaan saya tidak stabil,” kata Hiba saat dihubungi merdeka.com Sabtu pekan lalu.
Operasi berlangsung di tengah hiruk pikuk dan kesibukan luar biasa dokter-dokter di rumah sakit terbesar di Gaza itu. Mereka mesti menangani korban luka datang mengalir seolah tidak pernah berhenti.
Sejak Israel menggelar operasi militer bersandi Jaga Perbatasan Selasa dua pekan lalu, korban tewas sudah 469 orang dan lebih dari tiga ribu lainnya cedera.
Kondisi di Rumah Sakit Syifa juga memprihatinkan. Pasokan obat-obatan sangat menipis dan peralatan medis tidak memadai. Belum lagi jatah listrik di seantero Gaza sejak perang meletup hanya 2-8 jam sehari. Pemadaman kerap berlangsung. Kalau sedang listrik padam, tim dokter mengoperasi dengan bantuan penerangan dari telepon seluler.
Untung saja operasi berjalan lancar. Hiba dan bayinya selamat. Dia menamai putranya pertamanya itu Fadil, berarti keutamaan.
Di tengah suara ledakan dan rentetan senjata, Fadil menangis buat perdana. Dia seolah ingin memberitahu dunia, dia telah lahir di hari pertama invasi Israel ke Gaza.