Trump Diam-Diam Terbang Ke Irak untuk Kunjungi Pasukan AS
Trump dan Ibu Negara melawat ke Irak "pada malam Natal" untuk berterima kasih kepada tentara AS atas "pelayanan, kesuksesan dan pengorbanan mereka", kata Gedung Putih.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump diam-diam mengunjungi Irak untuk menemui pasukan AS yang sedang bertugas di sana. Lawatan Trump ini di luar jadwal kunjungan kepresidenan yang biasanya sudah diumumkan lebih dulu.
Trump dan Ibu Negara melawat ke Irak "pada malam Natal" untuk berterima kasih kepada tentara AS atas "pelayanan, kesuksesan dan pengorbanan mereka", kata Gedung Putih.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Apa yang dikatakan Donald Trump tentang dirinya dan Israel? "Saya presiden terbaik dalam sejarah Israel. Tidak ada yang melakukan apapun seperti yang saya lakukan ke Israel," kata Trump Maret lalu dalam wawancaranya dengan Israel Hayom.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Apa yang terjadi kepada Donald Trump saat sedang berkampanye? Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak. Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Dimana peristiwa penembakan terhadap Donald Trump terjadi? Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
Dalam kunjungan tersebut, Trump mengatakan AS tidak memiliki rencana untuk menarik diri dari Irak, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis (27/12/2018).
Perjalanan itu terjadi beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Jim Mattis mengumumkan pengunduran diri karena perpecahan tentang strategi militer di Irak.
Trump bersama dengan istrinya, dan Penasihat Keamanan AS John Bolton melakukan perjalanan dengan Air Force One ke pangkalan udara Al-Asad, di sebelah barat ibu kota Baghdad, untuk bertemu dengan personil militer di kantin setempat.
Itu adalah kunjungan pertama Donald Trump ke Irak selama memimpin AS.
Trump mendapat tepuk tangan meriah dari para tentara ketika ia memasuki ruang makan dan berjalan menyapa mereka, melakukan swafoto dan memberikan tanda tangan.
Presiden AS ke-45 itu mengatakan bahwa kunjungan ke Irak adalah inisiatif pribadi guna mengucapkan terima kasih kepada para tentara, yang dinilainya telah bekerja keras membantu menumpas ISIS.
"Dua tahun lalu ketika saya menjadi presiden, mereka adalah kelompok yang sangat dominan, hari ini mereka tidak begitu dominan lagi. Kerja bagus," ujar Trump mengomentari rencananya menarik sebagian besar pasukan AS dari Irak.
Masih Ada Sisa Tentara AS
Saat ini, AS memiliki sekitar 5.000 tentara di Irak untuk mendukung keterlibatan Negeri Paman Sam dalam perang melawan sisa-sisa pertahanan ISIS.
Sementara itu, Donald Trump batal melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi.Menurut kabar dari Baghdad, hal itu dikarenakan perbedaan pendapat tentang bagaimana masing-masing pihak bertemu. Sebaliknya, panggilan telepon antara kedua pemimpin tetap dilakukan.
Kunjungan Trump ke Irak berlangsung sekitar tiga jam. Dalam perjalanan kembali ke Washington DC, ia berhenti di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, tempat di mana sang presiden akan bertemu dengan lebih banyak pasukan militernya.
Trump dikabarkan akan melanjutkan sisa liburan Natal di klub golf pribadinya di negara bagian Florida, namun kemudian memutuskan untuk tetap di Gedung Putih akibat penutupan pemerintah parsial saat ini.
Sementara itu, Donald Trump mengatakan AS dapat bekerjasama dengan Irak untuk meningkatkan kapasitas pangkalan militernya, jika ingin melakukan hal lebih untuk mendukung perdamaian di Suriah.
Trump membela keputusannya untuk menarik pasukan AS dari Suriah selama kunjungan itu, dengan mengatakan: "Banyak orang akan sepaham dengan pemikiran saya."
"Saya sudah menjelaskan sejak awal bahwa misi kami di Suriah adalah menelanjangi ISIS dari kubu militernya. Delapan tahun lalu, kami pergi ke sana selama tiga bulan dan kami tidak pernah pergi. Sekarang, kami melakukannya dengan benar dan kami akan menyelesaikannya," lanjut Trump dengan yakin.
Sang presiden juga menceritakan tentang pembicaraannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang menurut beberapa analis, diyakini telah mempengaruhi keputusannya untuk menarik pasukan AS keluar dari Suriah.
"Saya akan memberi tahu Anda bahwa saya telah melakukan beberapa pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Erdogan, yang ingin menjatuhkan mereka (ISIS), dan dia akan melakukannya. Dan yang lain juga akan melakukannya," kata Trump.
"Kami berada di wilayah mereka (Timur Tengah), dan seharusnya mereka berbagi beban biaya, namun kenyataannya tidak," lanjutnya.
Trump juga kembali menegaskan bahwa tidak akan ada penundaan dalam penarikan pasukan AS, dan menambahkan bahwa Negeri Paman Sam "tidak dapat terus menjadi polisi dunia".
"Itu tidak adil ketika bebannya ada pada kita, Amerika Serikat," katanya.
"Kami tidak ingin dimanfaatkan lagi oleh negara-negara yang menggunakan kami dan menggunakan militer kami yang luar biasa untuk melindungi mereka. Mereka tidak membayar untuk itu," ungkap Trump.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Dinilai Terlalu Cepat Naikkan Suku Bunga, Bos The Fed Dikabarkan Bakal Dipecat Trump
Trump Sebut Saudi Akan Biayai Rekonstruksi Suriah Pasca Perang
Mimpi Buruk Donald Trump Sebelum Natal
Pertanyaan Trump Pada Bocah Tujuh Tahun: Kamu Masih Percaya Sinterklas?
Trump dan Paus Fransiskus Sampaikan Doa Buat Korban Tsunami Selat Sunda
Presiden Trump Tutup Pemerintahan AS, Ini Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia