Trump makin unggul, pemilih Republik dukung larangan muslim masuk AS
Berkat usulan antimuslim, Trump kini didukung 41 persen pendukung Partai Republik. Terancam resmi jadi capres
Bakal Calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, semakin unggul dalam konvensi Partai Republik. Survei ABC News/Washington Post menunjukkan ide-ide kontroversial sang taipan properti didukung oleh pemilih Partai Republik.
Dilaporkan, 59 persen pendukung partai berhaluan konservatif ini setuju atas gagasan melarang semua muslim masuk wilayah Amerika Serikat. Padahal, ide Trump itu dikecam oleh sesama politikus Republik, Gedung Putih, dan banyak pemimpin dunia.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Siapa yang meramal Donald Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
-
Dimana peristiwa penembakan terhadap Donald Trump terjadi? Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Mengapa pemimpin muslim Amerika menentang pencalonan kembali Joe Biden? Pemimpin muslim Amerika di beberapa negara bagian akhir pekan lalu berjanji untuk memobilisasi komunitas mereka menentang upaya pencalonan kembali Presiden Joe Biden sebagai presiden AS pada 2024 karena dukungannya terhadap perang Israel di Gaza.
Business Insiden melaporkan, Kamis (17/12), hanya 30 persen pendukung Republik yang menganggap pelarangan muslim masuk ke AS sebagai "tindakan yang keliru."
Berkat usulannya yang antimuslim, popularitas Trump sempat meroket di kalangan warga AS konservatif. Survei terakhir menunjukkan dia didukung 41 persen pemilih Partai Republik, jauh meninggalkan rival-rivalnya sesama bakal capres. Dukungan ini jauh di atas Ted Cruz, saingan kuatnya, yang hanya didukung 14 persen.
Pemilih Republik rata-rata terdiri atas orang kulit putih, taat beragama, serta tinggal di kawasan pedesaan atau suburban.
Kendati begitu, survei ini menujukkan publik AS mayoritas masih mendukung umat muslim. Kebanyakan pemilih Partai Demokrat dan kalangan independen menolak keras larangan muslim masuk Negeri Paman Sam dalam jangka waktu tertentu. Dalam survei ini, disebutkan pula bahwa 59 persen responden meyakini bahwa umat muslim di AS mengalami diskriminasi, jauh di atas kalangan yang intoleran.
Salah satu penggagas polling ABC News, Gary Langer, menjelaskan bahwa surveinya menunjukkan kekuatan politik Trump. Yakni meraih simpati mereka yang tak terpapar isu-isu terbaru, kurang dalam pendidikan, dan sebetulnya antipati pada politik. "Kemampuan Trump yang utama adalah merangkul orang-orang di luar politik. Dia bisa membuat mereka mendukung rencanananya, yang bahkan sebetulnya sangat kontroversial," kata Langer.
Dalam survei internal Partai Republik, Trump masih unggul dibanding sesama bakal capres lainnya. Trump selamat dalam survei, kendati pada debat capres Republik terakhir di Las Vegas, dia diserang nyaris semua rivalnya.
Para mantan Gubernur berlatar Republikan, seperti Jeb Bush, Chris Christie, dan John Kasich, menyerang habis-habisan semua ide Trump seandainya nanti bisa memerintah.
"Rencana Trump (melarang sementara muslim masuk AS) akan mengakibatkan dunia Muslim, negara-negara Arab, semakin jauh dari Amerika. Padahal kita membutuhkan mereka untuk bekerjasama menghancurkan ISIS," kata Jeb Bush.
(mdk/ard)