Bisnis rambut palsu laris manis di Vietnam
"Setiap karyawan di bisnis rambut saya sudah bisa mengantongi USD 140 (sekitar Rp 1,3 juta) per bulan," terang Thu.
Pria bernama Do Van Thu telah menjadi sosok pahlawan di kampungnya di Vietnam. Bagaimana tidak, pria tersebut tergolong kaya dan mampu mengubah kehidupan ratusan keluarga melalui bisnis penjualannya yang tidak biasa, rambut.
"Kami sangat miskin karena kami hampir tak punya lahan pertanian. Namun pekerjaan ini menyelamatkan kami," cerita Thu dari desa Binh An, seperti yang dikutip dari The Daily News (15/10).
Sang maestro rambut, demikian pandangan penduduk sekitar desa Thu, menyebutkan kalau kunci ekspor Vietnam membuat sekitar 5.500 keluarga (atau 80 persen penduduk desa) mampu bertahan hidup.
Wanita Vietnam mengumpulkan rambut palsu (AFP PHOTO HOANG DINH NAM)
Secara global, rambut memang menjadi bisnis besar. Misalnya dijadikan sebagai wig atau rambut pasangan, yang kini memang tengah digemari banyak wanita di seluruh dunia selama beberapa tahun terakhir.
"Setiap tahun, keluarga mengekspor 50-60 kilogram rambut ke China. Kami membeli rambut itu dari pelosok negara, bahkan sampai ke Laos dan Kamboja," tutur salah satu pengusaha rambut palsu yang berusia 50 tahun.
Harga rambut sendiri berkisar antara USD 45-250 (sekitar Rp 400.000 sampai Rp 2,3 juta) tergantung kualitasnya. Misalnya pertimbangan panjang dan kealamian rambut itu sendiri.
"Rambut kami 100 persen alami. Rambut yang panjangnya lebih dari 70 centimeter juga harganya akan lebih mahal," demikian kata Nguyen Van Tam, 60, salah satu penduduk desa.
Ada juga rambut yang berasal dari wanita tua, sehingga pengusaha rambut palsu harus mewarnainya dari abu-abu menjadi hitam terlebih dahulu.
Permintaan rambut palsu meningkat secara cepat dan pengumpul rambut dari desa Binh An sampai harus menempuh perjalanan jauh demi mendapatkan sumber penghidupan mereka. Terkadang, seseorang harus melakukan perjalanan 200-300 kilometer setiap hari hanya demi beberapa kilogram rambut.
"Setiap karyawan di bisnis rambut saya sudah bisa mengantongi USD 140 (sekitar Rp 1,3 juta) per bulan," terang Thu, setidaknya itu adalah tiga kali upah rata-rata di pedesaan di Vietnam.
Meskipun demikian, ada pula sisi tragis dari bisnis rambut palsu yang laris manis ini. Misalnya, harian lokal Vietnam pernah melaporkan cerita tentang gadis berusia 15 tahun yang terpaksa menjual rambutnya demi biaya sekolah.
"Keluarga saya sangat miskin. Saya tidak punya pilihan lain selain menjual rambut dan membayar uang sekolah. Tetapi setelah melakukannya, saya tidak bisa tidur. Saya menangis terus sambil memegangi rambut pendek saya," cerita gadis bernama Vo Nguyen Hoang Chi itu.
(mdk/riz)