Setahun Berlalu: Tragedi Halloween di Gang Itaewon
Sebuah jalan kecil di Distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan, yang sebelumnya ceria dengan perayaan Halloween, kini menjadi tempat "Gang Peringatan 29 Oktober"
Sebuah jalan kecil di Distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan, yang sebelumnya dipenuhi keceriaan perayaan Halloween, kini menjadi tempat "Gang Peringatan 29 Oktober."
Setahun Berlalu: Tragedi Halloween di Gang Itaewon
Puluhan ribu orang, sebagian besar usia 20-an dan 30-an, berkumpul untuk merayakan liburan pertama pasca-pandemi COVID-19.
- Potret Wika Salim dalam Kostum Valak 'The Nun' saat Merayakan Halloween
- FOTO: Aksi Samurai Pemulung 'Libas' Sampah Pesta Halloween di Tokyo
- Niat Banget, Orang ini Kenakan Kostum Rangda Bali di Pesta Halloween Jepang, Netizen 'Hati-Hati'
- FOTO: Mengenang Setahun Tragedi Halloween di Itaewon, 159 Orang Tewas Berdesakan di Gang Sempit
Hampir 159 orang meninggal dan 196 terluka dalam kerumunan yang tidak terkendali setahun lalu.
Namun, kegembiraan berubah menjadi tragedi karena kurangnya pengendalian massa dan tanggapan pemerintah yang kurang efektif.
"Ini adalah tempat untuk mengenang orang-orang yang sudah menjadi bintang di langit pada 29 Oktober 2022." - Lee Jung Min, perwakilan keluarga korban.
Sebagai tanda kepedulian dan penghormatan, ratusan kertas pesan duka menghiasi lokasi kejadian. Namun, satu tahun berlalu, keluarga korban masih mencari jawaban atas tragedi itu.
Mimpi Buruk yang Tak Kunjung Usai
Lee Jung Min, yang kehilangan putrinya dalam peristiwa itu, bersama dengan puluhan kerabat dan aktivis, mendorong penyelidikan independen. Mereka menuntut kebenaran dan keadilan, namun hingga kini, belum ada yang dihukum.
"Hanya dengan meningkatkan kesadaran melalui penyelidikan yang jelas, setiap orang dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan aman." - Lee Jung Min.
Wajah Beragam Korban: Tragedi Internasional
Dilansir dari Reuters, 26 dari 159 korban adalah warga asing dari 14 negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Iran. Tragedi Halloween Itaewon tidak hanya merenggut nyawa warga Korea Selatan, tetapi juga mengejutkan komunitas internasional. Para korban dari berbagai negara menambah kompleksitas dan urgensi untuk memahami penyebab sebenarnya.
Antisipasi dan Kecemasan Menjelang Halloween 2023
Seiring mendekati Halloween tahun ini, pemerintah setempat melarang pesta di beberapa distrik populer.
Meskipun Itaewon tidak masuk dalam larangan tersebut, toko dan bar di distrik padat tersebut memilih untuk tidak menggelar promosi atau dekorasi. Kecemasan akan kerumunan kembali muncul.
"Kami memperkirakan kerumunan orang akan pergi ke Distrik Mapo dan Gangnam dibandingkan Distrik Yongsan tahun ini." - Pejabat Badan Kepolisian Metropolitan Seoul.
Langkah-langkah Keamanan dan Pengawasan
Untuk mencegah kepadatan berlebihan, polisi merencanakan penggunaan lebih dari 1.000 personel di jalan-jalan kecil Seoul selama pekan perayaan Halloween.
Sebanyak 1.260 personel akan dikerahkan, dengan perencanaan khusus di 16 lokasi berisiko tinggi. Penggunaan teknologi, seperti lima kendaraan penerangan dan penyiaran, serta pengumuman melalui garis polisi, menjadi bagian dari strategi untuk menjaga keamanan.
Kehidupan Setelah Tragedi: Menyembuhkan Luka
Korban yang Terlupakan: Psikologis dan Emosional
Satu tahun setelah 160 anak muda tewas, para penyintas masih merasakan dampak psikologis yang berat. Lee Ju-hyun, yang hampir menjadi korban, kembali ke gang Itaewon.
Baginya, menjaga ingatan tentang malam mengerikan itu adalah suatu kewajiban. Meskipun fisiknya mulai pulih, luka emosional dan psikologis tetap menghantui.
"Saya selalu berhenti di sini untuk bertanya kepada mereka, 'apa yang perlu kami lakukan untuk Anda, para penyintas?'" - Lee Ju-hyun.
Kesulitan Penyintas: Menuntut Keadilan dan Jawaban
Kelompok penyintas dan keluarga korban terus menekan pemerintah untuk penyelidikan yang lebih mendalam.
Investigasi awal menunjukkan kegagalan dalam perencanaan pengendalian massa dan respons yang lamban.
Meskipun beberapa pejabat diadili, banyak yang masih memegang jabatan, meninggalkan keluarga korban dan penyintas dalam pencarian yang putus asa untuk keadilan.
Mencari Harapan di Antara Tragedi
Tantangan Pemulihan: Politisasi dan Kurangnya Akuntabilitas
Psikiater Paik Jong-woo mendirikan kelompok dukungan psikologis untuk para penyintas. Politisasi tragedi dan kurangnya akuntabilitas membuat pemulihan semakin sulit.
Tuntutan untuk penyelidikan independen dan perubahan sistem keamanan belum dijawab sepenuhnya.
Pemerintah pusat dan lokal menunjukkan keengganannya untuk memberikan tanggapan dan belajar dari kesalahan.
"Sebagai masyarakat, kita perlu merawat para korban dan menunjukkan kepada mereka bagaimana kita berencana mencegah hal ini terjadi lagi." - Paik Jong-woo.
Dari kesedihan keluarga korban hingga perjuangan penyintas, jejak peristiwa itu tidak hanya tertinggal di gang Itaewon, tetapi juga merasuk dalam ingatan dan hati masyarakat.