Surawisesa, Putera Prabu Siliwangi Ksatria Tanpa Tanding di Medan Perang
Surawisesa adalah Ksatria Pakuan Pajajaran. Belasan kali berperang demi menjaga peninggalan Siliwangi.
Masa pemerintahannya dihabiskan dengan peperangan mempertahankan wilayah Pajajaran yang tersisa.
Surawisesa, Putera Prabu Siliwangi, Ksatria Tanpa Tanding di Medan Perang
Surawisesa mengantikan ayahnya, Sri Baduga Maharaja menjadi Raja di Pakuan Pajajaran tahun 1521.
Di masa pemerintahannya, Pajajaran menghadapi sejumlah serangan. Dia harus terus berperang mempertahankan setiap jengkal tanah Pajajaran.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
Surawisesa Bertakhta 14 Tahun dan Mengalami 15 Kali Peperangan
Setelah Sri Baduga Maharaja wafat, peperangan terbuka dengan Cirebon dan Banten tak terhindarkan.
Satu per satu daerah pelabuhan milik Pajajaran direbut oleh Banten dan Cirebon yang dibantu oleh Demak.
Di tengah kondisi itu Surawisesa maju berperang. Dia berusaha mempertahankan sisa daerah Pajajaran di pedalaman Sunda.
Naskah Carita Parahyangan menyebutnya Raja Kasurani (Perwira), Kadiran (Perkasa) dan Kawanen (Pemberani).
Selama 15 kali peperangan, Surawisesa tak terkalahkan di medan tempur.
Pasukan Pajajaran bertempur mati-matian bersama raja mereka.
Surawisesa memiliki pasukan elite dari Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Pasukan itu bernama Balamati. Jumlahnya 1.000 orang.
Dipilih dari para prajurit terbaik. Siap mati demi mempertahankan Pajajaran.
Pertempuran Selama Bertahun-Tahun Itu Menguras Energi dan Sumber Daya, Baik Pajajaran Maupun Cirebon dan Banten
Di darat Surawisesa dan Balamatinya tak terkalahkan. Namun di laut, angkatan laut Pajajaran yang lemah bukan tandingan armada Cirebon dan Banten dengan sekutu mereka Demak.
Surawisesa mencoba menjalin hubungan dengan Portugis. Namun bantuan mereka terlambat datang.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan gencatan senjata.
kesempatan itu digunakan Surawisesa untuk kembali memperhatikan kondisi rakyat dan perekonomian yang terpukul selama perang.
- Surya Paloh Bicara Siasat Buat Undang-Undang: Tidak Mungkin Bisa Atasai Masalah
- Kesang Beri Surat Tugas Menantu Pakde Karwo Bertarung di Pilkada Surabaya
- Pengemudi Ojol Pelaku Pencabulan Siswi SD di Kota Serang Menyerahkan Diri
- Melihat Jejak Prabu Siliwangi di Desa Pajajar Majalengka, Konon Dulu Sosoknya Menghilang di Sini
Di masa gencatan senjata itu juga Surawisesa membuat sebuah Prasasti untuk menghormati ayahnya.
Prasasti Batu Tulis dibuat tahun 1533. 12 Tahun setelah Prabu Siliwangi wafat.
Isi Batu Tulis tersebut menggambarkan kebesaran ayahnya.
Dalam Prasasti tersebut, Surawisesa Sama Sekali Tidak Menuliskan Namanya
Sejarawan Bogor Saleh Danasasmita menilai ada kesedihan dari Surawisesa sebagai putera Siliwangi.
Dia merasa gagal mempertahakan keutuhan wilayah ayahnya. Sejumlah kemenangan yang didapatnya di medan perang, tidak membuatnya bangga.
Prasasti Batu Tulis masih berdiri kokoh hingga hari ini di Kota Bogor.
Prabu Surawisesa meninggal dunia dua tahun setelah membuat Prasasti Batu Tulis.
Sepeninggalannya, tak ada lagi raja besar di Pakuan Pajajaran.
Kerajaan Sunda itu pun pelan-pelan mendekati akhirnya.