Bacaan Ayat Seribu Dinar beserta Arti, Pengertian, dan Keutamaannya
Ayat seribu dinar adalah dua ayat dalam surat At Thalaq yang diyakini dapat membuka pintu rezeki dan kekayaan.
Di antara ayat-ayat Al-Qur'an, ayat ini menjadi salah satu yang dianggap sebagai pembawa rezeki.
Bacaan Ayat Seribu Dinar beserta Arti, Pengertian, dan Keutamaannya
Al-Qur'an adalah firman Tuhan, kitab yang menjadi petunjuk Allah bagi umat manusia. Bagi mereka yang taat, Al-Qur'an memiliki pengaruh besar dalam hidup untuk mencapai ridha dari Sang Pencipta. Sebagai seorang Muslim, sudah seharusnya kita membaca, memahami, dan mengamalkan isi dari Al-Qur'an. Ya, setiap ayat dari kitab ini memiliki kandungan yang istimewa. Beberapa ayat bahkan dijadikan sebagai pegangan hidup untuk diamalkan setiap waktu.
-
Kenapa ayat seribu dinar disebut-sebut dapat membuka pintu rezeki? Dinamakan ayat seribu dinar sebab konon jika dibaca, akan memudahkan umat muslim membuka pintu-pintu rezeki dan limpahan kekayaan yang diridhoi oleh Allah SWT.
-
Kenapa Ayat Seribu Dinar dipercaya membawa rezeki? Ayat seribu dinar dipercaya oleh umat muslim sebagai doa yang mempunyai banyak keistimewaan, salah satunya adalah untuk mendatangkan rezeki.
-
Apa pengertian dari Ayat Seribu Dinar? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya. Ayat ini dinamakan demikian karena diyakini memiliki khasiat untuk membuka pintu rezeki dan kekayaan bagi yang membacanya dengan ikhlas dan berusaha.
-
Apa yang dimaksud dengan Ayat Seribu Dinar? Ayat 1000 dinar adalah ayat dari Al-Quran, yang terdapat dalam Surat Ath-Thalaq, ayat 2-3.
Salah satu ayat populer karena nilai yang terkandungnya adalah ayat pada surat At Thalaq ayat 2 dan 3. Ayat ini dianggap dapat memudahkan seseorang dalam mencari rezeki. Itulah kenapa, ayat ini juga disebut sebagai ayat seribu dinar karena keutamaannya tersebut.
Pengertian Ayat Seribu Dinar
Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya. Ayat ini dinamakan demikian karena diyakini memiliki khasiat untuk membuka pintu rezeki dan kekayaan bagi yang membacanya dengan ikhlas dan berusaha.
Ayat seribu dinar berisi tentang janji Allah SWT bahwa barang siapa yang bertakwa kepada-Nya, maka Dia akan memberinya jalan keluar dari segala kesulitan dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya bersandar kepada Allah SWT dalam segala urusan dan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bacaan Ayat Seribu Dinar
Ayat seribu dinar dipercaya dapat membuka pintu rezeki bagi mereka yang mengamalkannya. Berikut bacaan ayat seribu dinar tersebut: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3) Wa may yattaqillaha yaj’al lahu makhraja. Wa yarzuq-hu min aisu la yahtasib, wa may yatawakkal ‘alallahi fa huwa hasbuh, innallaha baligu amrih, qad ja’alallahu likulli syai'ing qadra.
Artinya: "Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
- Doa Seribu Dinar dan Keutamaannya yang Perlu Diketahui, Beserta Latin dan Artinya
- Ayat Seribu Dinar Latin dan Arti, Ketahui Manfaat dan Cara Mengamalkannya
- Bacaan Doa Ayat Seribu Dinar dengan Bahasa Arab, Latin & Arti, Lengkap Beserta Keutamaannya
- Cara Mengamalkan Ayat Seribu Dinar, Berikut Bacaan dan Keutamaannya
Keutamaan Ayat Seribu Dinar
Berikut keutamaan ayat seribu dinar: 1. Pentingnya bertakwa kepada Allah Bertakwa maksudnya, yaitu patuh menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Namun, melaksanakan perintah Allah SWT juga harus dilandasi dengan hati yang ikhlas dan sesuai dengan syariat Islam.
2. Allah memberikan jalan keluar bagi yang bertakwa Allah SWT akan memberikan kemudahan untuk mendapatkan jalan keluar dari setiap permasalahan bagi orang-orang yang bertakwa. Dengan bertakwa kepada Allah SWT, kita akan diberi kemudahan baik di akhirat maupun di kehidupan dunia. 3. Rezeki yang tidak disangka-sangka Yang tidak disangka-sangka di sini maksudnya adalah Allah SWT akan memberikan jalan atau kemudahan yang tidak terduga atau yang tidak terpikirkan sama sekali oleh orang-orang yang bertakwa kepada-Nya. Itulah kenapa, orang bertakwa akan merasa hidupnya cukup dan tidak kekurangan.
Ayat Seribu Dinar dan Rezeki
Hubungan ayat seribu dinar dengan konsep rezeki dalam Islam sebagai berikut: • Ayat seribu dinar mengajarkan bahwa Allah SWT adalah sumber segala rezeki, dan bahwa Dia akan memberikan rezeki kepada orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Rezeki ini tidak hanya berupa harta benda, tetapi juga berupa nikmat-nikmat lainnya, seperti kesehatan, keamanan, ilmu, iman, dan kebahagiaan.
• Ayat seribu dinar juga mengajarkan bahwa Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dan yang nyata, dan bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Oleh karena itu, kita harus berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan dan tidak putus asa dari rahmat-Nya. Kita juga harus berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal dan berdasarkan syariat-Nya.
• Ayat seribu dinar juga mengajarkan bahwa Allah SWT akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan bahwa Dia akan memberikan kemudahan setelah kesulitan. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amal baik hamba-Nya. Kita harus bersyukur atas segala rezeki yang diberikan oleh-Nya, dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.
Kekeliruan dalam Pengamalan Ayat Seribu Dinar
Surat At Thalaq ayat 2 dan 3 menerangkan bahwa Allah SWT akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi setiap orang yang bertakwa kepada-Nya. Allah SWT juga akan mendatangkan manfaat berupa kemudahan rezeki kepadanya. Rezeki di sini maksudnya adalah yang dapat dinikmati oleh manusia, baik rezeki dunia mau pun rezeki akhirat. Namun, masih ada kekeliruan dalam pengamalan surat At Thalaq ayat 2 dan 3, atau yang dikenal sebagai ayat seribu dinar.
Selain itu, tidak ada dalil yang menetapkan tentang penamaan ayat 2 dan 3 dari surat At Thalaq dan juga waktu pembacaannya. Sedangkan sebutan ayat seribu dinar hanyalah sebutan yang diberikan oleh orang-orang tanpa dilandasi petunjuk dari wahyu.
Begitu juga dengan penetapan waktu untuk membaca ayat seribu dinar ini. Tidak ada dalil yang menganjurkan untuk membaca ayat ini pada malam hari, setelah maghrib, atau pun di awal bulan Hijriyah. Dalam buku ulama Syafi’iyah, kitab Ghoyatul Bayan Syarh Zubd Ibnu Ruslan disebutkan, “Hukum asal ibadah adalah tawqif (menunggu sampai adanya dalil).” Imam Ahmad dan para ahli hadis, termasuk Imam Syafi’i di dalamnya, juga berkata, “Hukum asal ibadah adalah tauqif (menunggu sampai adanya dalil)” (Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 29: 17).
Menjadikan Ayat Seribu Dinar sebagai Jimat Pajangan
Ada beberapa orang yang menjadikan ayat seribu dinar ini sebagai jimat pajangan di toko dengan keyakinan agar rezekinya lancar. Menjadikan ayat Al-Qur'an sebagai jimat adalah hal yang tidak diperbolehkan.
Alasan kenapa tidak diperbolehkan melakukan hal tersebut agar tidak terjerumus dalam kesyirikan yang lebih parah. Jimat dari Al-Qur'an juga berpotensi membuat Al-Qur'an itu dilecehkan, bisa jadi pula dibawa masuk ke kamar mandi, atau terkena kotoran (najis). Selain itu, juga untuk menghindari dukun agar tidak menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an secara sengaja kemudian menaruh di bawahnya mantera-mantera syirik. Seseorang bisa tidak perhatian lagi pada Al-Qur'an dan doa karena bergantung pada ayat yang dipajang atau dikenakan. (Rasail fil ‘Aqidah, hal. 441 dan Syarh Kitab Tauhid, hal. 61).