Niat Shalat Gerhana Bulan Sendiri dan Berjemaah Lengkap dengan Tata Caranya
Shalat gerhana bulan dapat dikerjakan sendirian maupun secara berjemaah di masjid. Tapi sebelum melaksanakannya, ada niat shalat gerhana bulan sendiri dan berjemaah yang perlu dilafalkan.
Gerhana bulan adalah fenomena langit di mana posisi Bumi sejajar antara matahari dan bulan sehingga memberikan bayangan di permukaan bulan. Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), gerhana bulan hanya terjadi selama bulan purnama dan dapat berlangsung selama enam jam.
Dalam Islam, terjadinya gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan mendirikan shalat saat gerhana terjadi.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Apa itu jamak taqdim? Jamak Taqdim yaitu menggabungkan dua sholat dengan cara mengerjakannya di waktu sholat yang pertama.
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari).
Mengerjakan shalat gerhana bulan hukumnya adalah sunnah muakkad. Tapi tentu, akan lebih baik jika kita mengerjakannya untuk mengikuti apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan.
Shalat gerhana bulan dapat dikerjakan sendirian maupun secara berjemaah di masjid. Namun, yang utama tentu mengerjakannya secara berjemaah di masjid. Tapi sebelum melaksanakannya, ada niat shalat gerhana bulan sendiri dan berjemaah yang perlu dilafalkan.
Apalagi karena fenomena alam ini tidak sering terjadi, mungkin ada beberapa orang yang lupa dengan bacaan niat shalat gerhana bulan sendiri dan berjemaah hingga tata caranya.
Dalam artikel berikut ini, kami akan sampaikan bagaimana bacaan niat shalat gerhana bulan sendiri dan berjemaah serta tata caranya.
Niat Shalat Gerhana Bulan
Bagi seorang muslim, kita dianjurkan untuk melaksanakan shalat begitu terjadi fenomena gerhana bulan. Anjuran untuk mendirikan shalat ini jelas tertuang dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,
“Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari).
Waktu pelaksanaannya adalah ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut berakhir atau hilang. Hadis dari Al Mughiroh bin Syu’bah, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lalu, bagaimana bacaan niat shalat gerhana bulan sendiri dan berjemaah?
©2022 AFP/LUIS ACOSTA
Niat Shalat Gerhana Bulan Sendiri
Jika hendak melaksanakannya sendirian, maka niat shalat gerhana bulan sendiri adalah sebagai berikut:
Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini lillahi ta’aalaa.
Artinya:
“Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat karena Allah Ta’ala."
Niat Shalat Gerhana Bulan Berjemaah
Jika hendak melaksanakannya secara berjemaah dan menjadi imam, maka bacaan niat shalat gerhana adalah sebagai berikut:
Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini imaaman lillahi ta’aalaa.
Artinya:
“Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala."
Dan jika melaksanakannya secara berjemaah sebagai makmum, maka bacaan niat shalat gerhana adalah sebagai berikut:
Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini ma’muuman lillahi ta’aalaa.
Artinya:
Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala.
Tata Cara Shalat Gerhana
Mengutip dari laman rumaysho.com, terdapat hadis yang menjelaskan bagaimana tata cara pelaksanaan shalat gerhana bulan,
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘Ash Shalatu Jami’ah’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at. (HR. Muslim).
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari).
Jika dirunutkan, berikut tata cara shalat gerhana bulan:
- Membaca niat shalat gerhana bulan sendiri atau berjemaah dalam hati
- Takbiratul ihram, dengan bertakbir sebagaimana saat melaksanakan shalat biasa
- Membaca doa iftitah dan berta’awudz, lalu dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijahrkan (dikeraskan suaranya, dan bukan diucapkan lirih)
- Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya
- Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
- Setelah i’tidal, tidak langsung sujud seperti shalat biasa, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Namun, berdiri yang kedua ini dikerjakan lebih singkat dari yang pertama.
- Kemudian ruku’ (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya
- Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal)
- Lalu sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali
- Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana mengerjakan raka’at pertama, namun bacaan dan gerakan-gerakannya dilakukan lebih singkat dari sebelumnya
- Tasyahud
- Lalu diakhiri dengan salam
Jika shalat berjemaah, imam biasanya akan menyampaikan khutbah usai shalat yang berisi anjuran untuk berdo’a, beristighfar, berdzikir, dan amalan-amalan lain saat terjadi gerhana.