5 Orang ini cibir gaya blusukan Jokowi
Jokowi malah dituding menyontek gaya blusukan pejabat termasuk Presiden SBY.
Setiap mendengar kata blusukan, pastilah nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang langsung teringat. Pria kelahiran Solo ini memang menjadikan kegiatan turun ke lapangan secara langsung sebagai ciri khasnya dalam bekerja.
Di Jakarta, hal itu sudah dilakoninya sejak enam bulan lalu. Kebiasaan itu rupanya sudah dilakukan sejak jadi wali kota Solo.
Meski sudah beberapa bulan menjadi orang nomor satu di Jakarta, ternyata masih ada yang memandang dirinya sebelah mata. Apa yang dia lakukan dianggap hanya pencitraan sesaat dan tak berlangsung lama. Termasuk gaya blusukannya keluar masuk kampung di Jakarta.
Jokowi malah dituding menyontek gaya blusukan pejabat termasuk Presiden SBY.
Berikut ini lima pejabat yang pernah mencibir gaya blusukan Jokowi:
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Apa yang dilakukan Jokowi saat kuliah? Semasa kuliah, Jokowi juga aktif tergabung dengan UKM pencinta alam.
-
Kapan Jokowi memakai Ageman Songkok Sikepan Ageng? Pada upacara peringatan HUT ke-78 RI, Presiden Jokowi tampil menggunakan pakaian adat.
Mendagri Gamawan Fauzi
Tak ada angin dan hujan, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi tiba-tiba berpesan pada beberapa kepala daerah untuk bekerja maksimal. Tidak sibuk turun ke lapangan yang akhirnya mengabaikan tugas pokok.
"Kepala daerah memang harus turun ke lapangan, tapi jangan tiap hari juga. Harus ditentukan waktu-waktunya untuk ke lapangan," kata Mendagri dalam sambutannya saat membuka acara seminar 'Orientasi Kepemimpinan dan Penyelenggaraan Pemerintah' di Gedung Badan Diklat Kemendagri, Jakarta Selatan, Senin (29/4).
Hal itu dipesankan di hadapan sembilan bupati, tiga wakil bupati, dua wali kota, dan 20 wakil wali kota.
Gamawan memang tidak menyebutkan secara langsung kepala daerah yang dimaksud. Hanya saja, kalau melihat saat ini kepala daerah yang gemar turun ke lapangan tanpa waktu yang direncanakan adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi.
"Sebenarnya saya mengakui turun ke lapangan bagi seorang memimpin memang diperlukan tapi jika keseringan itu jadi tidak baik. Jika seorang pemimpin, ingin melakukan blusukan harus memerlukan manajemen yang baik agar tidak mengganggu fungsi utamanya," tegas Gamawan.
Sudah biasa dikritik demikian, kali ini Jokowi menanggapinya dengan santai. Dia menegaskan setiap pemimpin berhak memiliki gaya kerja tersendiri.
"Saya merasa rapat yang ada di sini udah kebanyakan. Ropat-rapat 100 kali. Kalau saya seperti itu. Kan setiap orang mempunyai cara sendiri-sendiri," kata Jokowi sambil tersenyum.
Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso
Masa kerja 100 hari, telah dilewati Jokowi. Di awal kepemimpinannya, Jokowi kerap menyapa dan melihat langsung persoalan yang dihadapi warga.
Meski mengapresiasi, Priyo menilai ada baiknya Jokowi mulai sedikit fokus duduk di balik meja. Sebab, banyak proyek pembenahan Jakarta yang butuh lebih tenaga dan pikiran pria kelahiran Solo itu.
"Tidak harus pemimpin ini tergoda untuk terus tampil tanpa melakukan langkah. Menurut saya, tetep blusukan tidak apa-apa, tapi kita harus berani meneken untuk mengambil keputusan," jelas Priyo.
"Saya pribadi berpesan, lebih baik ambil keputusan, enggak apa-apa salah ketimbang tidak memberi keputusan sama sekali," tambahnya.
Mantan Gubernur DKI Sutiyoso
Entah karena apa mantan gubernur DKI, Sutiyoso, gemar sekali mengkritik kinerja Jokowi. Bukannya membagi ilmu sebagai senior, pria yang kerap disapa Bang Yos itu terus saja memandang terobosan yang dilakukan Jokowi hanya perbuata sia-sia.
Dia menyarankan Jokowi melakukan tindakan nyata.
"Keadaan rakyatnya seperti apa kan sudah tahu. Jadi tak perlu lah action-action (blusukan) seperti itu," kata Bang Yos, beberapa waktu lalu.
Dia menilai saatnya Jokowi berhenti blusukan. Apa yang didapat selama ini, cukup jadi bahan kinerja untuk hasil yang lebih baik.
"Menurut saya itu sudah cukup (blusukan). Apa yang dicari masalahnya di Jakarta sudah diketahui," ujarnya.
Ketum Partai NasDem Surya Paloh
Banyak pejabat yang menyontek gaya blusukan Jokowi dengan harapan dapat dikenal masyarakat. Tapi tidak buat Ketua Umum Partai Nasional Demokrat, Surya Paloh.
Dia ogah jadi follower blusukan seperti gaya Jokowi. Dia mengklaim NasDem punya cara tersendiri mendekati rakyat.
"Kita harus berpikir inovatif menjadi trendsetter. Dia (Jokowi) mau blusukan silakan kita nggak mau jadi follower (pengikut)," ujar Surya Paloh saat ditemui di ruangannya di kantor NasDem.
Surya juga sudah memiliki strategi jitu untuk menghadapi Pemilu 2014. Namun, dia masih merahasiakan mengenai strategi apa yang dikeluarkan nanti.
"Strategi bisa diatur. Lihat saja nanti," katanya.
Para Politikus Partai Demokrat
Politikus dari partai berlambang bintang Mercy ini paling gemar mengkritisi Jokowi. Bukan tanpa sebab, kritik pedas itu karena bentuk kekecewaan mereka sebab calon yang diusung di Pilgub DKI, incumbent Fauzi Bowo, keok dibuat Jokowi.
Ada saja cibiran mereka untuk terobosan yang dilakukan Jokowi. Jokowi malah dituding sedang melakukan pencitraan.
"Pencitraan saja, kasihan Jakarta. Kita tunggu 1 tahun nanti, kita tunggu tanda-tandanya," kata kader Demokrat, Ruhut Sitompul.
Menurutnya, persoalan dan masalah Jakarta tentunya lebih paham Fauzi Bowo jika dibandingkan dengan Jokowi.
"Ahlinya saja pusing, apalagi bukan ahlinya, bisa teler itu. Biarkan saja dulu kita tunggu buktinya," sindir pria yang punya nama beken Poltak ini.
Politikus Demokrat lainnya, Max Sopacua juga mengamini ucapan Ruhut. Menurutnya, blusukan Jokowi tidak efektif.
"Itu tidak efektif. Dua tahun belum tentu selesai," kata pria yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Baca juga:
4 Pihak ini berani gugat Jokowi secara hukum
4 Resep jadi pemimpin Indonesia ala Jokowi
4 Kemesraan Jokowi dengan Kopassus
Jokowi: Ritme kerja saya baru 40 Km per jam
KK Dheeraj garap film 'JOKOWI'