Budiman Sudjatmiko yakin Ahok mampu wujudkan "Smart City" di Jakarta
Smart social city adalah sebuah kota yang tidak hanya menerapkan efisiensi dengan mengedukasi warganya agar cerdas tapi juga bersifat sosial.
Anggota Komisi II DPR RI, Budiman Sudjatmiko mengingatkan seharusnya Jakarta tidak hanya sekedar "smart". Menurutnya, saat ini Jakarta perlu mengkolaborasikan konsep smart city dan social city atau smart social city.
Budiman berpendapat, Konsep kota seperti itulah yang dapat diterima warga miskin karena memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Smart social city adalah sebuah kota yang tidak hanya menerapkan efisiensi dengan mengedukasi warganya agar cerdas tapi juga bersifat sosial. Selain mengandalkan teknologi yang dapat dipakai semua orang dari beragam kalangan, warga kelas bawah di DKI juga akan diprioritaskan untuk mengenal sarana, prasarana dan alat-alat berbasis teknologi yang disediakan.
Budiman mencontohkan, salah satu realisasi program Smart and Social City yakni berupa program laptop murah bagi setiap rumah tangga. Tak cuma membantu pendidikan bagi anak, laptop tersebut juga bisa digunakan seluruh anggota keluarga untuk mengetahui program-program pemerintah apa saja yang bisa mereka akses.
"Intinya harus dibuat sederhana, agar orang miskin bisa dan mau belajar. Kemudian yang kedua harus memberikan manfaat materiil dan spiritual agar menambah semangat mau belajar," kata Budiman, Rabu (15/03).
Mantan aktivis mahasiswa tahun 90-an itu mengaku diperkenalkan pada konsep tersebut setelah banyak berdiskusi dengan mantan Walikota Berlin, Jerman, Klauss Wowerite, saat berkunjung ke Berlin beberapa waktu lalu. Politisi PDIP ini juga meyakini Ahok-Djarot mampu merealisasikan konsep ini.
"Saya percaya Ahok dan Djarot punya gagasan itu. Saya rasa ini bukan ide yang aneh bagi pak Ahok. Yang penting punya kemauan dan keberanian. Dan saya yakin pak Ahok berani. Selain juga dibutuhkan ketelatenan untuk membangun komunitas-komunitas dari bawah," ucapnya.
Seperti diketahui, Ibukota Jakarta merupakan salah satu provinsi yang dijadikan ukuran maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat di Indonesia. Sebagai etalase negara, Jakarta memiliki tingkat penghasilan per kapita tertinggi di Indonesia.
Kendati demikian, dalam proses pembangunannya Jakarta tentu masih menghadapi berbagai macam pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pekerjaan rumah tersebut salah satunya yakni menyempurnakan konsep Smart City.
Smart city merupakan konsep pembangunan kota Jakarta yang dicanangkan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan wakilnya Djarot Saiful Hidayat. Tujuannya, menjadikan Jakarta sebagai kota pintar berbasis teknologi yang tentunya akan memberi manfaat bagi seluruh warga agar kehidupannya bisa lebih baik.
Konsep Smart City di Jakarta dibuat berdasarkan enam pilar, yaitu smart governance, smart people, smart living, smart mobility, smart economy dan smart environment.
Pada prinsipnya, Pemprov DKI telah merancang sebuah sistem pengelolaan kota yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sekaligus meningkatkan partisipasi warga melalui transparansi data, command center (pusat komando) dan aplikasi mobile yang memberikan keleluasaan bagi warga untuk memberi masukan dan kritik.
Dalam perkembangannya, sejauh ini Jakarta telah memiliki banyak kemajuan yang mengadopsi konsep smart city tersebut. Di antaranya command center yang berfungsi melakukan pelacakan (tracking) petugas, tracking laporan masyarakat, tracking busway, mengontrol aset pemda serta percepatan laporan warga melalui aplikasi Qlue.
Kemudian juga berbagai aplikasi mobile guna mempermudah kehidupan masyarakat seperti di Jakarta, Trafik hingga Informasi Pangan Jakarta.
Selanjutnya, yang tidak kalah penting yakni sistem open data yang memungkinkan warga bisa mengakses berbagai informasi tentang APBD, zonasi, lelang, dan sebagainya.
Dalam konsep smart city, Jakarta juga telah menggunakan sebanyak 89.417 lampu LED pada tahun 2016 atau setara dengan 60 persen titik lampu jalanan umum yang didukung smart system dan berpotensi menghemat anggaran 30 persen atau setara Rp 200 miliar pertahun.
Sadar bahwa warganya terutama generasi muda adalah generasi mobile, maka ke depan, Pemprov DKI juga berniat mengembangkan dan menyempurnakan lagi aplikasi-aplikasi berbasis IT atau teknologi.
sumber: www.jakartaasoy.com