Mereka 'pahlawan' saat banjir terjang Jakarta
Warga Jakarta pun muak melihat Ahok. Yang setiap ada sesuatu kejadian, tak pernah janji berbenah tapi selalu marah.
Awal pekan kemarin, Jakarta kembali banjir. Bahkan di sejumlah kawasan ruas jalanan lumpuh karena genangan air sangat tinggi.
Meski sudah menjadi 'tamu' tiap tahun, tetap saja warga teriak dan kesal. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang selama ini gambar gembor soal maksimalnya penanganan banjir ternyata tak bisa berbuat banyak.
Ahok, sapaan Basuki, sibuk menuding sana-sini. Meski meminta maaf, tapi ada saja pihak yang dia nilai menjadi dalang kehancuran Jakarta.
Warga Jakarta pun menjadi muak melihat Ahok. Yang setiap ada sesuatu kejadian, tak pernah janji berbenah tapi selalu marah terus.
"Pak Ahok jangan cumanya bisa marah-marah," kata Nia, warga Jakarta yang jadi korban banjir beberapa waktu lalu.
Soal penanganan banjir, siapa yang tak tahu begitu maksimalnya yang sudah dilakukan Ahok. Tapi ada satu yang lupa dia lakukan mengingat bahwa alam punya kuasa yang lebih besar.
Satu lagi, Ahok pun tak ingat, bahwa ada peran besar orang-orang kecil yang selama ini luput dari perhatiannya. Andaikan orang-orang ini tak ada, mungkin Ahok lebih kelabakan saat musim hujan datang.
Dibandingkan Ahok yang bisanya cuma menuding dan marah, sebenarnya ada keikhlasan hati mereka yang bekerja selamatkan Jakarta dari banjir. Ini cerita mereka:
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Kapan banjir pertama kali terjadi di Jakarta? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya.
-
Di mana banjir Jakarta pada tahun 1960 terjadi? Mengutip dari buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Setyawati dkk mengatakan, pada awal tahun 1960 terjadi banjir di Jakarta, setelah mengalami musim hujan yang hebat sehingga 7 kelurahan sangat menderita, terutama daerah Grogol dan sekitarnya.
-
Siapa saja yang terdampak oleh banjir? Dampak banjir sangat luas dan kompleks, melibatkan aspek kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Banjir sering kali menyebabkan penyakit yang disebarkan melalui air, seperti kolera dan leptospirosis, yang dapat menyebar dengan cepat di antara populasi yang terdampak. Dari sisi ekonomi, banjir dapat menghancurkan tanaman pangan, merusak infrastruktur, dan menghentikan aktivitas bisnis, mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
Eko, penjaga pintu air Ancol ikhlas Lebaran jauh dari keluarga
Musim yang sulit diprediksi membuat hujan turun tak menentu. Banjir masih jadi masalah pelik di ibu kota. Hal itu turut membawa ketakutan tersendiri bagi petugas pompa air. Alasannya, hari-hari penting dalam hidupnya kadang terlewatkan untuk menjaga air agar tak meluap di pemukiman warga.
Eko Sukma (31), pria kelahiran asal Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat itu sudah hampir empat tahun menjaga pintu air Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Belakangan wilayah Pademangan merupakan daerah yang mengalami banjir terparah.
Posisinya yang berada di pesisir Jakarta membuat air luapan ikut memperparah kondisinya. Hujan di Jakarta sebentar ditambah air laut pasang, wilayah Pademangan bisa banjir berhari-hari.
Banyak suka duka yang dia alami selama bekerja. Termasuk tak pulang ke Bandung saat Lebaran.
"Mudah-mudahan hujan yang turun tak membuat Jakarta tergenang, kalau memang hujannya seperti kemarin bisa-bisa saya nggak lebaran," katanya kepada merdeka.com.
Pekerjaan penjaga pintu air memang kerap dianggap sebelah mata, namun di luar itu, menjadi bagian yang sangat penting bagi masyarakat lainnya.
Pak Andi Sudirman, si early warning banjir Jakarta
Hal yang sama juga dirasakan Andi Sudirman, yang biasa mengontrol dan memantau bendungan di Katulampa. Pada tahun lalu, dia harus bertugas untuk memantau 13 sungai yang dialiri air dari Puncak Hulu sepanjang Hari Lebaran sehingga tak kumpul bersama keluarga.
"Kami utamakan untuk siaga pada Lebaran. Ini sudah risiko pekerjaan kami, yang terpenting masyarakat aman dan tidak ada banjir selama Lebaran," kata Andi saat itu.
Selama tujuh hari, 24 jam sehari, delapan penjaga Bendung Katulampa bergiliran memonitor air. Tidak hanya membuka dan menutup pintu air, mereka juga berkoordinasi dengan beberapa pihak untuk melaporkan dan menerima laporan terkait curah hujan dan volume air, seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pemprov DKI dan Kementerian Pekerjaan Umum untuk memantau ketinggian air.
Pak Joko, 34 tahun jaga pompa Waduk Pluit
Kepada merdeka.com, Joko bercerita awal perjalanan karirnya sebagai penjaga pintu air. Pria berusia 57 tahun itu mengatakan, dirinya telah mengabdi selama 34 tahun sebagai penjaga pintu air. Ia menuturkan, awalnya merupakan penyelam yang memunguti sampah secara manual di waduk. Sebab saat itu, belum ada mesin canggih yang mampu menyaring sampah secara mekanis.
"Awalnya penyelam yang ngambil sampah, waktu saringan sampahnya manual, 34 tahun saya kerja di air," katanya sambil tertawa, Jumat (13/2).
Sebagai petugas yang bertanggung jawab terhadap pintu air, Joko mengatakan bila musim hujan tiba dirinya dan rekan-rekan bisa bekerja selama 24 non-stop untuk mengawasi debit air.
"Kerjanya 24 jam nonstop kalau musim hujan," kata Joko.
Padahal, kata Joko, kediamannya di sebelah pintu air Pluit juga harus diperhatikan karena bila curah hujan meningkat rumahnya pun ikut kebanjiran. Tapi itu bukan alasan buatnya untuk meninggalkan pintu air.
Bagi Joko, bicara banjir bukan semata-mata soal kekuatan daya sedot pompa air semata. Sebab meski ada 10 pompa air dari Jepang dengan daya sedot 5000 liter per detik yang terpasang, belum jaminan Jakarta akan terlepas dari banjir. Sebab ada alam yang tidak bisa diatur. Karena itu dia meminta masyarakat tidak membuang sampah sembarangan.
"Harapannya warga jangan buang sampah sembarangan, kalau sampah kurang, air ngalir lancar pompa juga lancar," tegasnya.
Baca juga:
Pak Joko, 34 tahun jadi juru kunci selamatkan Jakarta dari banjir
Kandas di tangan Jokowi, Djarot geber lagi pembangunan deep tunnel
Jakarta banjir, Tantowi tantang Ahok tagih janji Jokowi
Pompa Waduk Pluit, jadi 'nyawa Jakarta' agar tak tenggelam
Cerita Ahok niat beli helikopter buat evakuasi banjir