Sejarah Banjir Jakarta, Sejak Zaman VOC Tak Pernah Beres
Banjir menjadi bencana alam yang sering terjadi di kota metropolitan Jakarta. Ternyata, banjir Jakarta telah terjadi sejak lama.
Banjir menjadi bencana alam yang sering terjadi di kota metropolitan Jakarta. Ternyata, banjir Jakarta telah terjadi sejak lama.
Ahli Geografi UI, Dr. Eko Kusratmoko dari situs ui.ac.id, Eko mengatakan, dahulu sebagian wilayah Jakarta adalah rawa.
-
Kapan Jakarta banjir? Sejumlah wilayah DKI Jakarta tergenang imbas hujan yang menguyur sejak Kamis (14/3) malam.
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Di mana saja Jakarta banjir? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. 'Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta,' kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).Adapun data wilayah terdampak diantaranya Jakarta Selatan.
-
Kapan banjir Pekalongan terjadi? Dilansir dari akun Instagram @pekalonganinfo, sepanjang hari Minggu (3/3), Desa Sidomulo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan terus diguyur hujan deras. Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Kapan banjir sering terjadi di Indonesia? Contoh permasalahan lingkungan hidup selanjutnya adalah banjir. Banjir merupakan masalah besar yang terjadi belakangan ini. Di saat musim penghujan tiba, banyak wilayah di Indonesia yang rentan mengalami bencana banjir bandang yang datang secara tiba-tiba.
-
Kenapa Semarang banjir? Curah hujan tinggi yang mengguyur Semarang pada Rabu (13/3) hingga Kamis dini hari menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir dan tanah longsor.
Seiring berjalannya waktu rawa diubah menjadi lahan sawah, yang kemudian diubah lagi menjadi perumahan dan perkantoran seperti saat ini. Jadi, sejak dulu Jakarta memang lahan basah.
Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta).
Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya. Salah satunya adalah Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang menjabat pada 1619-1623 dan 1627-1629.
Jan Pieterszoon membangun sejumlah kanal untuk mengendalikan air dari sungai-sungai yang membelah Jakarta, salah satunya adalah Sungai Ciliwung.
Sayangnya, upaya tersebut tidak berhasil karena kanal dipenuhi dengan sampah pabrik gula dan tebu.
“Saya kira itu berhasil, paling tidak menurut ukuran VOC. Sampai kira-kira ada pabrik gula di luar kota benteng pada abad ke-18. Pabrik itu dijalankan oleh orang-orang Cina dan limbahnya dibuang ke sungai,” ujar Doktor Sejarah Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso dalam dialog sejarah di Youtube dengan tajuk “Banjir di Jakarta Riwayatmu Dulu”.
Banjir 1960
Mengutip dari buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Setyawati dkk mengatakan, pada awal tahun 1960 terjadi banjir di Jakarta, setelah mengalami musim hujan yang hebat sehingga 7 kelurahan sangat menderita, terutama daerah Grogol dan sekitarnya.
Dikatakan pula salah satu penyebabnya karena lahan kosong yang semakin sedikit karena digunakan untuk perumahan, seiring dengan bertambahnya lahan yang dibangun, maka volume air hujan yang harus ditampung juga meningkat.
Pada awal tahun 2020 silam Jakarta juga dilanda banjir besar karena curah hujan ekstrem.
Sejak tanggal 1 Januari 2020, hujan deras melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya.Tercatat sekitar 158 kelurahan terendam banjir.
Tak hanya merendam pemukiman warga, air juga menggenang di jalan-jalan.Akibatnya, sejumlah transportasi umum seperti KRL, Transjakarta, dan penerbangan di Halim Perdanakusuma dihentikan.Hingga kini banjir masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di Jakarta.
Selain karena faktor Jakarta berada di dataran rendah dan dilalui oleh sungai-sungai yang berasal dari Bogor, faktor lain banjir masih terjadi hingga saat ini adalah limbah sampah.
Masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan yang membuat aliran sungai tersumbat.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti