Nestapa mantan gubernur Henk Ngantung ditindas Orde Baru
Henk Ngantung menjabat Gubernur DKI Jakarta tahun 1964-1965. Setelah itu hidupnya berubah tragis ditindas Orde Baru.
Hidup mantan Gubernur DKI Jakarta, Henk Ngantung berubah drastis setelah Orde Baru mulai berkuasa. Henk yang dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 1964, dicopot tahun 1965. Henk dituduh menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Tiba-tiba bapak dicopot. Dituduh PKI, padahal tak pernah terbukti kalau bapak PKI," kata Evie Ngantung, istri Henk, saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (8/8).
Selepas menjadi Gubernur DKI Jakarta, Henk hampir tidak punya harta apa-apa. Dia menjual rumahnya di Tanah Abang dan pindah ke gang sempit di Jl Dewi Sartika, Jakarta Timur. Tahun 1970 hingga era 1980an, menjadi mimpi buruk bagi Henk dan keluarganya.
"Keluarga kami diteror. Disebut PKI, PKI! Zaman Orde Baru itu benar-benar kejam," kenang Evie.
"Mungkin karena bapak dekat dengan Soekarno dan dianggap Orde Lama, maka diperlakukan demikian. Bapak dianggap PKI, padahal bukan," kata wanita yang berusia 73 tahun ini.
Di gang sempit ini kesehatan Henk memburuk. Matanya nyaris buta. Tapi tidak mudah untuk berobat. Selain tidak ada biaya, pihak rumah sakit juga menolak karena Henk dianggap PKI.
"Harus ada surat keterangan bebas PKI hanya untuk berobat saja," kata Evie.
Bukan hanya berobat, ketika anak-anak Henk ingin kuliah dan bekerja pun dipersulit. Alasannya karena mereka dicap anak-anak PKI. Lagi-lagi pihak kampus meminta surat bebas PKI yang pada masa Orde Baru ibarat benda sakti.
"Lupa mereka dulu Bapak pernah jadi wakil Gubernur DKI Jakarta. Pernah jadi Gubernur DKI Jakarta. Soeharto itu orang Kostrad, tapi dia lupa logo Kostrad itu yang buat Pak Henk," beber Evie.
Henk akhirnya meninggal dunia pada 12 Desember 1991, pada usia 70 tahun. Nyaris tak ada yang ingat jasa-jasanya.