Pusing cari pengganti murahnya Metro Mini
"Pada enggak narik kenapa sih?!"
Sudah satu jam Muritati menunggu Metro Mini menuju Plumpang Semper, Jakarta Utara. Warga RE Martadinata ini hanya bisa pasrah menunggu angkutan umum andalannya agar segera sampai ke rumah orangtuanya.
Dia tidak tahu penyebab Metro Mini kali ini sulit dicari. Padahal di depannya terlihat banyak sopir tengah bersantai menikmati kopi di siang hari.
"Pada enggak narik kenapa sih?" tanya Muritati, Senin (21/12). Dia sebenarnya bisa memakai angkutan umum lainnya. Namun, semua balik lagi masalah ongkos.
"Saya bisa sih naik angkutan lain, tapi harus berpindah-pindah, lama nyampenya. Naik ojek pasti mahal," ujarnya.
Moda transportasi ini tiap hari sudah menjadi andalannya. Harganya murah, membuat kantungnya tetap aman hingga akhir bulan. Maka itu, Muritati kini kebingungan mencari transportasi sesuai isi kantungnya.
"Pusing juga ya. Kalau naik Metro Mini murah soalnya, Rp 4.000-Rp 6.000an lah ongkosnya. Coba kalau taksi? bisa empat kali lipatnya. Naik Busway? Penuh dan busnya dateng lama. Metro Mini lah yang pas," terangnya.
Angkutan umum warna orange itu memang sudah dikenal lama wara wiri di jalanan ibu kota. Tarifnya yang murah, menjadikan mereka tetap diminati warga Jakarta.
Kebingungan Muritati akhirnya terjawab. Udin (23), salah seorang sopir Metro Mini Metro Mini 23 jurusan Tanjung Priok-Cilincing, mengaku sedang lakukan aksi mogok. Langkah ini sebagai bentuk solidaritas, seiring tindakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang 'mengkandangkan' Metro Mini tidak layak pakai.
"Kami melakukan aksi mogok. Ini kan sesuai kesepakatan bersama. Kita engga demo, tapi mogok beroperasi. Ini merupakan bentuk solidaritas sesama sopir Metro Mini," kata Udin.
Sopir Metro Mini lainnya, Rio (25), mengaku bingung atas nasibnya ke depan bila Pemprov DKI benar-benar mematikan angkutan umum ini. "Ya jangan dilarang gitu dong beroperasi. Kami kan kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga," tambah Rio.
Aksi mogok sopir Metro Mini rencananya akan berlangsung selama tiga hari ke depan. Adapun tuntutannya mereka, tidak ingin Metro Mini dihapus dan digabung dengan PT Transjakarta.
Lalu mampukah Pemprov DKI menyediakan angkutan yang aman, nyaman tetapi juga murah meriah sepertinya halnya Metro Mini?