Kisah Haru Pasangan Suami Istri di Rembang Tinggal di Pinggir Hutan, Penuh Perjuangan
Pasangan suami istri Legiman dan Sumini telah tujuh tahun tinggal di hutan. Sehari-hari mereka harus bekerja keras demi bertahan hidup. Walau berteman dengan kesunyian, mereka selalu bersyukur atas kehidupan yang harus mereka jalani.
Hidup bermasyarakat memang terkadang merepotkan karena harus saling membantu antar satu dengan yang lain. Namun hidup menyendiri juga tak kalah menyulitkan. Selain harus terbiasa dengan suasana sepi, apabila menghadapi kesulitan, tak banyak orang yang akan membantu.
Hal inilah yang dirasakan pasangan suami istri asal Kecamatan Sulang, Rembang bernama Legiman (64) dan Sumini (59). Mereka tinggal tepat di pinggir hutan milik KPH Mantingan. Lokasi rumah mereka bisa dikatakan terpencil, karena berjarak 1 km dari pemukiman penduduk.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Kapan Hari Lebah Sedunia diperingati? Setiap tahun pada tanggal 20 Mei, dunia merayakan Hari Lebah Sedunia, sebuah peringatan yang mengingatkan kita semua tentang makhluk kecil yang memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup planet kita.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Apa yang menjadi ciri khas Kasepuhan Cisungsang? Kasepuhan Cisungsang memiliki karakteristik khas yang merupakan kombinasi antara kampung dan sawah di daerah lembah yang subur.
-
Apa yang menjadi ciri khas kerajinan di daerah Karet Tengsin? Di wilayah Karet Tengsin, kerajinan yang jadi andalan adalah industri kulit dan batik Betawi.Perkembangannya mulai melesat pada 1950-an, dan ditandai dengan tingginya permintaan pasar dan hadirnya berbagai motif.
Legiman mengatakan, dulunya mereka hidup di kampung berbaur dengan masyarakat lainnya. Namun karena istrinya sakit-sakitan, Legiman harus menjual tanah dan hewan ternaknya.
Kini yang tersisa hanyalah tanahnya yang berada di dekat hutan. Mereka kemudian membangun rumah dan menetap di sana. Berikut selengkapnya.
Kondisi Istri Makin Membaik
©YouTube/Musyafa Musa
Saat tinggal di hutan, kondisi istrinya makin membaik. Kondisi lingkungan yang tenang dan udara yang segar membuat Sumini ternyata lebih menikmati hidup.
Dia pun tampak tak kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Belum lagi anak-anak mereka yang sudah tinggal terpisah, sesekali datang untuk membantu aktivitas kedua orang tuanya.
“Alhamdulillah setelah tinggal di sini kondisinya makin membaik. Pikirannya tidak terganggu suara apa-apa. Kalau di kampung kan ada suara begini, masuk. Ada suara begitu, masuk,” kata Legiman dikutip dari kanal YouTube Musyafa Musa.
Pekerja Keras
©YouTube/Musyafa Musa
Hidup sendiri di hutan membuat pasangan suami istri itu harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keduanya saling bahu membahu merawat ternak dengan mengoptimalkan banyaknya potensi pakan di dalam hutan.
Bermula dari anak kambing dan sapi, sekarang ternaknya sudah berkembang dengan memiliki lima ekor sapi. Tiap hari sapi-sapi itu dilepas ke hutan untuk makan.
Di sela-sela aktivitas merawat ternak, mereka juga mengambil daun jati yang dijual kepada pengepul. Setiap hari mereka berdua memperoleh penghasilan sebesar Rp50 ribu untuk menyambung hidup.
“Ambil daun, ya ambil kayu. Kalau kayu dipakai untuk memasak. Kalau 50 ribu per hari kan sudah lumayan. Kalau 10 hari sudah setengah juta. Uangnya untuk beli beras,” kata Legiman.
Tak Berharap Bantuan Pemerintah
©YouTube/Musyafa Musa
Ketika ditanya tentang bantuan pemerintah, Legiman mengaku tidak terlalu berharap. Ia mengatakan kalau selama ini ia masih diberi fisik badan normal sehingga mampu bekerja keras. Baginya, kalau ingin meminta, minta saja kepada Tuhan.
“Dikasih kaki normal, kok harus minta-minta untuk apa? Minta saja kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Habis itu usaha. Kalau minta-minta sama bangsanya, nggak dikasih, nanti kan malu,” ungkap Legiman.
Tips Hidup Aman dan Tentram
©YouTube/Musyafa Musa
Tujuh tahun sudah Legiman dan Sumini tinggal di hutan. Selama itu pula, ia mengaku tak pernah mendapat gangguan berarti baik dari binatang buas maupun makhluk lainnya. Ia percaya Tuhan akan selalu melindungi mereka. Asal mereka bisa senantiasa menjaga perilaku dan tidak mengganggu orang lain.
Meski berteman dengan kesunyian, Legiman dan Sumini bertekad untuk terus tinggal di hutan. Mereka menganggap hutan sudah memberikan kemudahan atas segala aktivitas mereka. Kelak, saat sudah lanjut usia, kemungkinan mereka baru akan memilih tinggal bersama anak-anak mereka.