Kisah Hidup Artis Legendaris Titien Sumarni Sang 'Ratu Layar Perak', dari Kondang hingga Meninggal Tragis
Artis legendaris yang mendapat julukan 'Ratu Layar Perak' ini meninggal tragis di usia 33 tahun.
Artis legendaris yang mendapat julukan 'Ratu Layar Perak' ini meninggal tragis di usia 33 tahun.
Kisah Hidup Artis Legendaris Titien Sumarni Sang 'Ratu Layar Perak', dari Kondang hingga Meninggal Tragis
Raden Ajeng Titien Sumarni merupakan seorang artis cantik legendaris Indonesia yang aktif pada tahun 1950-an.
Semasa hidupnya, ia membintangi banyak film terkenal.
Selama menjalani kariernya di dunia perfilman ia pernah dinobatkan sebagai ratu layar perak. Berkat popularitasnya, ia dikenal kaya, dan memiliki beberapa mobil dan beberapa rumah.
Namun keadaan itu tak bertahan lama. Ia depresi karena menjalin skandal dengan orang-orang penting. Kisah akhir hidupnya pun sangat tragis. Ia meninggal dunia dalam kemiskinan dan kesendirian.
Lantas seperti apa kisah hidupnya? Berikut selengkapnya:
-
Siapa Lettu Soejitno? Lettu R.M. Soejitno Koesoemobroto lahir di Tuban pada 4 November 1925. Ia merupakan putra R. M. A. A. Koesoemobroto, bupati Tuban ke-37. Semasa hidupnya, ia mengalami tiga zaman yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan RI.
-
Mengapa Tiffany Soetanto menjadi sorotan warganet? Meski bukan seorang artis, namun Tiffany Soetanto tak lepas dari sorotan warganet.
-
Siapa yang membuat Titiek Soeharto menangis? Siti Hediati Hariyadi atau akrab disapa Titiek Soeharto memberikan ucapan dan dukungan penuhnya untuk Gregoria Mariska Tunjung.
-
Siapa yang menulis kesan terhadap Tirto Adhi Soerjo dalam artikel "Mangkat"? Seorang anak didik Tirto Adhi Soerjo lainnya, Mas Marco Kartodikromo, menulis kesan terhadap gurunya itu melalui artikel bertajuk "Mangkat" yang dimuat di surat kabar Djawi Hisworo edisi 13 Desember 1918.
-
Bagaimana Lettu Soejitno gugur? Soejitno mengambil senapan mesin Lewis yang dibawa Harjono dan menembakkannya ke arah musuh di seberang. Nahas, tanpa sepengetahuannya ternyata di wilayah selatan, yakni di Glendeng, Belanda telah memperkuat pertahanan dan mengamankan proses pemasangan jembatan. Soejitno dilempari sebutir granat yang kemudian meledak di dekatnya. Tak hanya itu, mengutip Instagram @tuban_bercerita, peluru juga mengenai badan Soejitno. Ia pun gugur di lokasi perlawanan.
-
Bagaimana KM Soneta tenggelam? Saat kejadian kondisi ombak sedang besar setinggi 2,5 meter dengan angin kencang dan arus deras. Sebanyak sembilan ABK yang terombang ambing diselamatkan oleh kapal KM Bintang Barokah yang sedang melintas.
Dikutip dari kanal YouTube Indonesia Insider, karier Titien Sumarni sebagai seorang artis bermula saat ia diperkenalkan pegawai studio film Golden Arrow, Harun Al-Rasyid kepada sutradara Raden Arifin yang hendak membuat film. Dia kemudian diajak bermain dalam film “Seruni Laju” pada tahun 1951.
Sebelum memulai kariernya, perempuan kelahiran Surabaya 28 Desember 1932 itu sudah menikah dengan Mustari, seorang pegawai Djawatan Perekonomian Tasikmalaya. Mereka menikah pada tahun 1948. Saat itu Titien masih berusia 16 tahun. Sementara Mustari sudah berusia 32 tahun.
Mustari mengizinkan Titien untuk terjun ke dunia film. Namun masa awal-awal kiprah Titien di dunia perfilman tidaklah berjalan mulus. Ia pernah bermain beberapa film produksi studio film raksasa Persari milik Jamaludin Malik dengan judul film “Pengorbanan” (1952), dan “Lagu Kenangan” (1953).
Namun kemudian ia dicoret dari Persari karena pernah bermain sandiwara yang disponsori rokok kretek.
Tahun 1953, nama Titien mulai terkenal setelah ia membintangi film “Putri Solo”. Bahkan pada tahun 1954 ia pernah dinobatkan sebagai Ratu Layar Perak versi sebuah majalah film.
Karier Titien terus terangkat. Di tahun yang sama ia berhasil mendirikan studio film sendiri dengan brand “Titien Soemarni Motion Pictures”. Studio film ini menghasilkan beberapa judul film seperti “Putri dari Medan”, “Mertua Sinting”, “Tengah Malam”, “Sampah”, dan “Sayidah Putri Pantai”. Seluruh film tersebut dibintangi oleh Titien sendiri.
Meski begitu Titien juga mengambil peran di studio film lain, termasuk film “Lewat Jam Malam”. Karena ketenarannya itulah ia punya banyak penggemar pada puncak kariernya. Kebanyakan dari mereka adalah kaum lelaki. Apalagi ia terkenal sangat cantik.
Tak hanya itu, aktingnya juga berkualitas. Bahkan kualitas akting Titien diakui oleh Presiden Soekarno.
Beberapa waktu setelah ia sukses, Titien bercerai dengan Mustari dan menikah dengan Saera, seorang pengusaha kaya dari Sulawesi Utara.
- Fakta Menarik KRI Dewaruci, Kapal Legendaris Milik TNI AL yang Sudah Dua Kali Keliling Dunia
- Kisah Hidup Herman Pratikto, Novelis Legendaris dari Blora Teman Masa Kecil Pramoedya Ananta Toer
- 5 Legenda Indonesia tentang Putri dengan Permintaan Mustahil terhadap Pelamarnya
- Fakta Pulau Kemaro, Saksi Kisah Cinta Putri Raja Palembang dan Anak Raja Cina yang Berakhir Tragis
Namun pernikahan dengan Saera disebut-sebut sebagai awal kehancuran dari kehidupan Titien. Setelah pernikahan itu, namanya hilang bak ditelan bumi.
Tiga tahun kemudian, tepatnya pada Jumat 7 Agustus 1959, warga di Kota Bandung dihebohkan dengan keberadaan seorang perempuan cantik berusia sekitar 27 tahun yang berjalan tanpa tujuan seperti orang kebingungan.Ia terus menyusuri jalan kota kembang tanpa alas kaki. Sedangkan di belakangnya anak-anak dan orang dewasa terus mengikutinya. Mereka meneriaki sang perempuan “orang gila”.
Perempuan itu tak lain adalah Titien Soemarni. Seorang petugas kepolisian menghentikan langkahnya. Ia kemudian meminta bantuan seorang sopir truk untuk mengantar Titien ke rumah keluarganya.
Titien disebut depresi karena seorang lelaki yang telah menghamilinya tak mau bertanggung jawab. Lelaki itu bukan orang sembarangan. Dia diduga adalah seorang pengusaha kaya bernama Muhammad Yahya Ali.
Titien meminta ganti rugi sebesar Rp5 juta kepada Yahya. Namun Majalah Selecta menyebut ada beberapa lelaki lain yang menjalin hubungan terlarang dengan Titien selain Yahya. Merekapun juga bukan orang sembarangan.
Titien sendiri punya lima orang putra. Satu anak lahir dari Mustari, yang lain lahir dari ayah yang berbeda-beda.
Dua bulan tinggal di rumah Mama Aceng, ia kemudian ditemukan oleh seorang wartawan bernama Hayat Tatos Kusuma dan dilarikan ke Rumah Sakit Advent. Pada 13 Mei 1966, ia meninggal dunia.
Dilansir dari kanal YouTube Indonesia Insider, ada berbagai kejanggalan dalam kematian Titien. Ia diduga meninggal dunia bukan karena penyakit yang dideritanya.
Sebelum meninggal kondisinya sebenarnya sudah membaik. Namun ia sempat memakan makanan dari luar. Hal inilah yang memperkuat dugaan bahwa ia meninggal karena keracunan. Padahal sang dokter sudah mengingatkannya untuk tak makan sembarangan.
Makanan tersebut adalah sebuah ketan hitam yang dikirim seseorang yang tidak dikenal.
Namun setelah itu sang dokter meralat bahwa penyebab kematian Titien bukan karena keracunan, tapi akibat komplikasi karena penyakit lama yang dideritanya dengan serangan buang air besar secara terus-menerus.
Selama dirawat di rumah sakit, tak satupun sanak keluarga yang datang menjenguk Titien. Ia meninggal di usia 33 tahun dalam keadaan kesepian dan miskin. Ia pun tak pernah sekalipun dijenguk kelima putranya maupun para lelaki yang pernah menjalin hubungan dengannya.