Mitos Gerhana Bulan, Tanda Malapetaka hingga Larangan bagi Ibu Hamil
Mitos gerhana bulan hanya bentuk budaya yang berkembang di Indonesia.
Mitos gerhana bulan hanya bentuk budaya yang berkembang di Indonesia.
Mitos Gerhana Bulan, Tanda Malapetaka hingga Larangan bagi Ibu Hamil
Gerhana bulan adalah salah satu fenomena alam yang umum. Gerhana bulan biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun dan dapat diamati dengan mata telanjang. Fenomena ini telah memikat manusia sejak zaman kuno karena keindahannya yang memukau.
Meskipun ini merupakan fenomena alam yang dapat dijelaskan secara ilmiah, namun terdapat banyak mitos yang berkembang di Indonesia. Mitos gerhana bulan yang tersebar di masyarakat pun beragam. Seperti dikaitkan dengan legenda Batara Kala serta tanda datangnya malapetaka.
-
Apa yang dimaksud dengan mitos? Mite atau mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang. Dalam arti yang lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, di samping itu mitos juga dipadankan dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas mitos atau isi mitos.
-
Apa itu mitos? Mitos adalah kepercayaan yang diceritakan secara turun temurun. Mitos, sebagai warisan kultural yang telah melintasi generasi dan peradaban, tetap menjadi elemen tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Fenomena ini telah menciptakan narasi-narasi yang kaya akan simbolisme, makna, dan pandangan dunia.
-
Kapan mitos biasanya muncul? Mitos biasanya disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi dan sering tidak memiliki bukti fisik yang bisa diverifikasi.
-
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mitos? Mitos merupakan cerita atau keyakinan yang menjadi bagian dari budaya masyarakat dan seringkali diwariskan dari generasi ke generasi.
-
Kapan mitos biasanya terjadi? Mite dalam masyarakat akan dikaitkan dengan sejarah, dalam hal ini mite terjadi pada periode awal (memiliki bentuk dan tingkatan di awal waktu).
1. Batara Kala memakan bulan
Mitos gerhana bulan pertama dikaitkan dengan kepercayaan Batara Kala memakan bulan.
Ini merupakan mitos yang diiyakini oleh masyarakat Jawa. Menurut kepercayaan ini, Batara Kala adalah sosok dewa atau roh jahat yang berwujud raksasa yang bertanggung jawab atas terjadinya gerhana bulan.
Dalam masyarakat Jawa, mereka percaya bahwa gerhana bulan adalah sebuah peristiwa alam yang menandakan adanya kemarahan Batara Kala.
Untuk mengusir Batara Kala dan menghindari kemarahan dewa tersebut, masyarakat Jawa melakukan aksi-aksi sebagai bentuk perlindungan. Mereka memukul-mukul benda-barang keras seperti besi atau kayu, berteriak, dan bahkan menyalakan kembang api untuk membuat kegaduhan yang diharapkan dapat mengusir Batara Kala.
Selain itu, ada juga praktik khusus yang dilakukan oleh ibu hamil selama terjadinya gerhana bulan. Ibu hamil mengolesi perut mereka dengan abu sebagai upaya untuk melindungi bayi yang dikandung dari pengaruh buruk Batara Kala. Dipercaya bahwa dengan mengolesi perut dengan abu, ibu hamil dapat menghalau dan melindungi bayi dari kemarahan Batara Kala.
2. Tanda Malapetaka
Mitos gerhana bulan berikutnya dikaitkan dengan kepercayaan akan datangnya malapetaka.
Mitos ini berasal dari kepercayaan masyarakat bahwa gerhana bulan merupakan pertanda buruk yang akan mendatangkan sebuah bencana atau musibah.
Masyarakat juga percaya bahwa gerhana bulan dapat meningkatkan risiko penyakit. Mereka meyakini bahwa selama gerhana bulan, kualitas udara menjadi buruk dan energi negatif akan terkonsentrasi di sekitar kita. Hal ini diyakini dapat menyebabkan berbagai penyakit salah satunya adalah penyakit menular.
Keyakinan ini sering kali dibawa turun-temurun dan melekat kuat di kalangan masyarakat. Mereka biasanya melakukan berbagai macam tindakan untuk menghindari atau melawan dampak buruk yang diyakini terkait dengan gerhana bulan, misalnya dengan menyembunyikan makanan, tidak keluar rumah selama gerhana, atau melakukan ritual-ritual tertentu.
3. Bisa memperbaiki penampilan
Mitos gerhana bulan lainnya termasuk kepercayaa dapat memperbaiki penampilan.
Mitos ini telah beredar sejak zaman dahulu kala, di mana dipercaya bahwa ketika terjadi gerhana bulan, energi positif yang kuat akan terpancar dan memengaruhi penampilan seseorang.
Selain itu, mitos ini juga mengatakan bahwa gerhana bulan dapat memengaruhi penampilan secara keseluruhan, termasuk rambut dan tubuh. Dalam keyakinan ini, gerhana bulan dipercaya dapat memberikan kekuatan dan kecantikan alami pada rambut, membuatnya lebih kuat dan berkilau. Gerhana bulan juga diyakini dapat mendetoksifikasi tubuh dan memberikan efek yang menguntungkan pada kesehatan dan keindahan fisik.
Namun, penting untuk diingat bahwasanya mitos ini hanyalah keyakinan yang belum terbukti secara ilmiah. Gerhana bulan sebenarnya hanyalah peristiwa astronomi yang tidak memiliki pengaruh langsung pada penampilan seseorang. Meskipun demikian, mitos ini tetap diyakini oleh beberapa orang dan menjadi bagian dari budaya dan kepercayaan yang ada.
4. Larangan Menggunakan Pisau
Mitos gerhana bulan yang terakhir yaitu larangan menggunakan pisau bagi ibu hamil.
Mitos ini berkaitan dengan keyakinan bahwa penggunaan pisau oleh ibu hamil selama gerhana bulan dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan kelainan bibir sumbing.
Namun, mitos ini tetap dipercaya oleh sebagian masyarakat karena adanya kepercayaan bahwa gerhana bulan memiliki kekuatan magis atau mistis. Masyarakat percaya bahwa penggunaan pisau selama gerhana bulan dapat membawa energi negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan.