Tertibkan Lockdown, Pemerintah Afrika Lakukan Penangkapan hingga Pakai Gas Air Mata
Di beberapa wilayah di Afrika juga ada polisi yang akan berpatroli untuk menertibkan kebijakan tersebut
Pemerintah Afrika telah mengambil keputusan untuk melakukan lockdown guna mencegah meluasnya persebaran virus Corona di wilayahnya. Lockdown di Afrika ini akan berlaku selama 21 hari seperti kebijakan-kebijakan lockdown yang terjadi di negara lain.
Kebijakan lockdown tersebut berkaitan dengan melonjaknya kasus virus Corona di Afrika, pada hari Senin (30/3) tercatat ada sebanyak 4.200 kasus virus Corona.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
Informasi yang dilansir dari South China Morning Post, beberapa cara yang digunakan oleh Afrika dalam menertibkan lockdowndengan pemberlakuan jam malam, menutup beberapa kota besar, bahkan sampai harus menggunakan gas air mata.
Di beberapa wilayah di Afrika juga ada polisi yang akan berpatroli untuk menertibkan kebijakan tersebut. Namun, beberapa wilayah di Afrika juga menggunakan cara-cara yang berbeda saat menertibkan warganya. Berikut ulasannya yang telah merdeka.com rangkum dari Liputan6.com, Senin (30/3/2020).
Polisi Tangkap Warga yang Tidak tertib
AFP/Jerome Delay
Tidak lama setelah kebijakan lockdown diterapkan di Afrika Selatan, pada Jumat (27/3) polisi menertibkan warga lansia di pusat kota Johannesburg. Pengendara motor yang masih melintas dikejar kemudian dihentikan, dan beberapa orang juga dikejar menggunakan tongkat oleh polisi. Ada juga laporan dari beberapa warga, polisi menggunakan peluru karet menertibkan kebijakan lockdown. Sejumlah 55 orang di berbagai wilayah di Afrika Selatan ditangkap oleh polisi.
Penggunaan Gas Air Mata
AFP
Sedangkan di wilayah Mombasa polisi menertibkan warganya dengan menggunakan gas air mata. Penggunaan gas air mata tersebut memaksa warga Mombasa untuk masuk ke dalam kapal feri. Para warga tersebut harus berada di dalam kapal feri sebelum jam malam di Mombasa tiba.
Namun, hal itu mendapat kritikan dari salah satu organisasi HAM, Amnesty International Kenya. Penggunaan gas air mata untuk menertibkan kerumunan masa adalah hal yang salah. Bisa saja orang yang terkena gas air mata itu mengusap air mata atau mengusap wajah mereka dengan tangan kotor yang akan meningkatkan kemungkinan penyebaran virus Corona.
Protes dari Berbagai Pihak
AFP/Jerome Delay
Protes warga atas tindakan polisi untuk menertibkan warga tersebut berasal dari Kenya. Di Kenya warga merasa takut akan perlakukan polisi ketika menggunakan kekuatannya untuk menertibkan warga.
"Kami merasa takut dengan polisi yang menggunakan kekuatannya secara berlebihan," jelas Amnesty International Kenya ketika mewakili warga yang mendapatkan perlakukan kekerasan dari polisi.
Hal tersebut juga dikuatkan karena Amnesty International Kenya mendapatkan bukti dari laporan beberapa korban, saksi mata dan ada rekaman video yang menunjukkan aksi polisi yang berlebihan tersebut.
Hal itu ditanggapi oleh Kementerian Dalam Negeri Kenya pada Sabtu (28/3), bahwa jam malam yang telah ditentukan adalah upaya untuk menjaga kesehatan warga di wilayah tersebut dari bentuk nyata ancaman virus Corona.
"Ketika melanggar aturan, itu bukan hanya tak bertanggung jawab atas diri sendiri, tetapi juga menempatkan orang lain dalam bahaya," jelasnya.