Uniknya Lomba Triathlon Wonosobo, Medan Pegunungan dan Suhu Dingin Jadi Tantangan Para Peserta
Acara itu ditutup dengan penerbangan lampion yang disambut antusias oleh warga.
Acara itu ditutup dengan penerbangan lampion yang disambut antusias warga.
Uniknya Lomba Triathlon Wonosobo, Medan Pegunungan dan Suhu Dingin Jadi Tantangan Para Peserta
Acara bertajuk Sindoro-Sumbing Triathlon dan Duatlon (Specta) 2024 kembali digelar di Wonosobo pada 22 Juni 2024 lalu. Sebanyak 200 atlet mengikuti lomba yang telah digelar lima kali dalam lima tahun terakhir itu.
-
Dimana perundingan Wonosobo berlangsung? Foto pertama memperlihatkan suasana perundingan antara Belanda dengan Indonesia di sebuah gedung yang kini menjadi Gedung Samsat Wonosobo.
-
Siapa yang mewakili TNI dalam perundingan Wonosobo? Pasukan TNI diwakili Kolonel Sarbini, sedangkan dari Belanda diwakili Kolonel Breemouer.
-
Kapan perundingan di Wonosobo terjadi? Dalam kumpulan foto yang diunggah kanal YouTube Album Sejarah Indonesia, tergambar momen-momen perundingan antara pihak TNI dan militer Belanda dalam peristiwa penyerahan wilayah Wonosobo, Jawa Tengah, dari Belanda ke pihak Republik Indonesia pada 18 Oktober 1949.
-
Mengapa perundingan Wonosobo dilakukan? Pada masa-masa menjelang momen di mana Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia di tahun 1949, tentara militer Belanda berbondong-bondong menarik diri dari wilayah yang didudukinya.
-
Apa saja yang ditampilkan di Festival Balon Udara Wonosobo? Saat itu, langit Wonosobo akan dipenuhi balon-balon raksasa dengan corak warna-warni yang indah.
-
Apa yang terjadi setelah perundingan Wonosobo berakhir? Setelah perundingan berakhir, fotografer Belanda memotret para delegasi TNI di depan gedung perundingan.
Atlet yang berasal dari Indonesia dan mancanegara itu mengawali lomba dengan berenang di Telaga Bedakah, Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Wonosobo. Triathlon Wonosobo ini menjadi sesuatu yang unik karena dilakukan di daerah pegunungan, berbeda seperti Lomba Triathlon kebanyakan yang diadakan di laut.
Setelah berlari, mereka melanjutkan perjalanan dengan bersepeda secara berkesinambungan di lereng Gunung Sindoro. Ada 75 peserta Triathlon dan 150 peserta Duatlon yang saling berlomba untuk selesai pertama kali. Medan yang menanjak dan suhu yang sangat dingin menjadi tantangan tersendiri bagi para atlet.
“Saya tadi menempuh waktu satu jam sembilan menit. Tantangannya yaitu kedinginan, sama jalanannya yang menanjak,” kata Muhammad Noval, salah seorang peserta dari Jawa Timur, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Selasa (25/6).
Tak hanya dari sisi olahraga, acara itu digelar untuk menggenjot pariwisata dan perekonomian warga. Apalagi bentangan alam yang indah menjadi faktor utama yang bisa dijual setiap ada ajang besar.
“Pasti ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan mengangkat wisata di Wonosobo. Karena hari ini para wisatawan cenderung akan melihat wisata alam. Dan tentu tempatnya sangat indah sekali, karena berada di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing, serta di bawahnya ada hamparan perkebunan teh,”
kata Bupati Wonosobo Afif Nur Hidayat.
Dalam ajang kali ini ada kelas umum putra dan putri, under 20, upper 40, dan peserta TNI-Polri.
Pada malam harinya ribuan lampion diterbangkan di Lapangan Desa Pagerejo, Kecamatan Kretek, Wonosobo.
Penerbangan lampion itu merupakan acara penutup dari Specta 2024 yang digelar sebelumnya.
- Libur Sunmori Bareng Vespa, Ditto Percussion Pilih Lari Jakarta Running Festival 2024
- Bikin Heboh, Kambing Ikut Lomba Maraton Diteriaki Penonton Sampai Finish Dapat Medali
- Detik-Detik Peserta Makassar Half Marathon Terjatuh Kemudian Meninggal Dunia, Diduga Alami Serangan Jantung
- Pemprov DKI dan BTN Gelar Lomba Lari Marathon Bulan Depan, Segini Biaya Pendaftarannya
Acara itu disambut meriah warga Wonosobo, apalagi lampion yang diterbangkan dibagikan gratis pada warga yang datang.
Penerbangan lampion itu diharapkan bisa menarik warga yang datang, terutama generasi mudanya, untuk memajukan Wonosobo dengan berbagai kegiatan positif.