Sejarah Festival Balon Udara Wonosobo, Pesta Rakyat Murah Meriah Dihadiri Ribuan Warga
Festival balon udara di Wonosobo yang diadakan setiap tahun punya sejarah yang panjang.
Festival balon udara di Wonosobo yang diadakan setiap tahun punya sejarah yang panjang.
Sejarah Festival Balon Udara Wonosobo, Pesta Rakyat Murah Meriah Dihadiri Ribuan Warga
Setiap tahunnya, warga Wonosobo akan disemarakkan oleh festival balon udara yang diselenggarakan tak lama setelah Lebaran. Saat itu, langit Wonosobo akan dipenuhi balon-balon raksasa dengan corak warna-warni yang indah.
-
Dimana Festival Balon Udara diselenggarakan? Festival balon udara itu digelar di halaman Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
-
Kenapa Festival Balon Udara digelar? 'Ini adalah salah satu upaya UMP sebagai kampus wisata. Jadi tak hanya untuk belajar, di kampus ini kitab isa healing dan mendapatkan kegembiraan,' kata Rektor UMP, Jebul Suroso.
-
Siapa yang menyelenggarakan Festival Balon Udara? Festival balon udara di lingkungan kampus merupakan bentuk peran serta kampus untuk menghidupkan wisata di Banyumas.
-
Kapan Festival Balon Udara berlangsung? Pada akhir pekan kemarin, Minggu (26/5), warga Banyumas dimanjakan dengan Festival Balon Udara.
-
Apa yang ditampilkan di Festival Balon Udara? Ada 30 balon udara yang diterbangkan di langit Banyumas oleh komunitas pembuat balon udara dari Wonosobo.
-
Kapan festival Ubud menarik wisatawan? Selain itu, Ubud juga dikenal akan festival eksotis yang menarik, seperti Ubud Writers and Readers Festival, Ubud Food Festival, dan Bali Spirit Festival yang menarik minat para pengunjung dari berbagai negara.
Festival balon udara di Wonosobo punya sejarah yang panjang. Seperti apa sejarahnya? Berikut ulasannya mengurip Wonosobokab.go.id.
Tradisi penerbangan balon udara di Wonosobo telah dimulai pada pertengahan dekade 1920-an. Berdasarkan penuturan masyarakat, penemunya pertama kali adalah Bapak Atmo Goper.
Bapak Atmo adalah ahli pangkas rambut dari Krakal Tamanan, Kelurahan Karangluhur, Kecamatan Kertek. Ia juga dikenal sebagai perajin lampion, sangkar burung, dan seniman musik rebana.
Kreasi Bapak Atmo itu terinspirasi dari pendaratan balon udara berpenumpang yang pernah ia saksikan sewaktu muda.
Diperkirakan pada waktu itu balon udara dilakukan untuk melakukan pemotretan dari atas udara.
Apalagi waktu itu terdapat foto penampakan udara Perkebunan Teh Tambi dan Hotel Herstellungsort “Dieng” sekitar tahun 1937.
Balon udara Bapak Atmo Goper dibuat menggunakan kertas pilus yang dikombinasikan dengan kertas payung. Pada saat itu, barang-barang tersebut sangat mewah dan harus dipesan dari Kota Semarang.
Baru pada tahun 1960-an, bahan baku kertas pilus tersedia pada beberapa toko di Wonosobo dengan pilihan warna yang lebih banyak.
Penerbangan balon udara pertama kali Bapak Atmo Goper dilakukan di depan Mushola Krakal Tamanan dan disaksikan kerumunan warga setempat.
Pada awalnya, penerbangan balon udara itu hanya dikenal di Dusun Krakal Tamanan saja. Namun memasuki tahun 1950-an, penerbangan balon udara mulai dilakukan warga desa lainnya, salah satunya Desa Kembaran di Kecamatan Kalikajar.
Pada tahun 1970-an, teknologi pembuatan balon udara dilakukan dengan balon-balon plastik. Baru pada tahun 1990-an, kian marak pembuatan balon udara menggunakan bahan kertas minyak.
Selain ringan, pembuatan balon udara dengan kertas minyak lebih punya banyak varian warna dan lebih tahan lama.
Penerbangan balon udara pada era ini turut terekam melalui lensa foto Agung Wiera pada tahun 1997. Hasil fotonya dimuat dalam harian utama Jawa Tengah pada waktu itu, Wawasan.
Era reformasi menandai perubahan besar dalam tradisi balon udara di Wonosobo. Pada era ini, balon tradisional mulai beranjak dari hanya sekedar hiburan sederhana saat Lebaran menjadi atraksi utama dalam festival yang diadakan setiap perayaan hari jadi Kabupaten Wonosobo. Aktivitas penerbangan balon udara dalam skala besar dimulai pada tahun 2005.
Festival balon udara yang dinilai paling meriah terjadi pada tahun 2006. Waktu itu pihak panitia berhasil menggandeng sponsor-sponsor besar seperti perusahaan media Jawa Pos dan perusahaan rokok Dji Sam Soe.
Balon udara yang terdaftar sebanyak 170-an buah. Acara ini menyabet dua rekor muri sekaligus.
Acara ini mampu menyedot 50.000 wisatawan. Mereka berbondong-bondong datang ke lokasi balon udara hingga menyebabkan kemacetan sejauh 1 km pada ruas jalan A. Yani di Wonosobo.
Festival balon udara pada tahun 2006 melahirkan balon-balon udara terindah, terbaik, dan terunik sepanjang sejarah. Acara ini banyak dihadiri para fotografer dari berbagai penjuru Tanah Air.
Festival balon udara kemudian berlanjut pada tahun 2009, 2010, dan 2011. Hingga kini, tradisi penerbangan balon udara di Wonosobo tetap dilestarikan.
Pada tahun 2015 lalu penyelenggaraannya sempat memicu protes dari dunia penerbangan nasional.
Namun karena sarat tradisi dan sejarah, khusus di Wonosobo dan Pekalongan, penerbangan balon udara di kedua tempat tersebut tetap diizinkan.