5 Fakta Terbaru Potensi Gempa dan Tsunami 29 Meter di Jatim, Ini Kata Pakar Geologi
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramal potensi gempa dengan kekuatan Magnitudo (M) 8,7 yang diikuti tsunami setinggi 29 meter di Jawa Timur. Ini fakta-fakta yang perlu diketahui.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramal potensi gempa dengan kekuatan Magnitudo (M) 8,7 yang diikuti tsunami setinggi 29 meter di Jawa Timur. Pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menanggapi ramalan tersebut.
Amien menyebut, pemodelan matematis yang dilakukan BMKG ialah langkah awal yang tepat. Mengingat daerah Jatim terbentuk karena tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia, meneliti kegempaan di Jatim menjadi suatu hal yang harus dilakukan.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Siapa yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Kapan Jawa Timur meraih penghargaan insentif fiskal? Atas Keberhasilan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendapatkan penghargaan insentif fiskal yang diserahkan langsung Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin kepada Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak mewakil Khofifah, dalam acara Rakornas dan Penyerahan Insentif Fiskal atas Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 2023, di Istana Wapres Jakarta, Kamis(9/11).
-
Mengapa Aming dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Keluarga jadi salah satu faktor terpenting bagi seorang anak. Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Apa yang menjadi sorotan Kantor Berita Amerika tentang OKU Timur? Potensi perikanan terutama kampung patin yang ada di OKU Timur menjadi lirikan dunia Internasional, di mana tim dari Kantor Berita Amerika Associated Press beraudensi dan wawancara bersama Bupati OKU Timur H Lanosin ST, Senin 24 Juli 2023 di Ruang Budensi Bupati OKU Timur.
-
Siapa yang menyatakan bahwa masyarakat Jawa Timur memiliki karakteristik khusus? Menurut Mohammad Noer, masyarakat Jawa Timur dinamis, agresif dan memiliki karakteristik khusus. "Agar diterima menjadi pimpinan di Provinsi Jawa Timur maka harus mau melayani rakyat, tahu menempatkan diri serta mampu mengayomi rakyat," ujarnya, dikutip dari laman resmi disperpusip.jatimprov.go.id.
“Pemodelan ini menunjukkan worst scenario kemudian diumumkan, karena dalam lima bulan terakhir diketahui frekuensi gempa yang terjadi di Jawa Timur sangat tinggi,” terang dosen Departemen Teknik Geofisika ITS, Kamis (3/6/2021).
Intensitas Gempa Patut Dicurigai
©2021 Merdeka.com/bmkg.go.id
Belajar dari gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2005 silam, intensitas gempa perlu dicurigai. Sebelum terjadi gempa Yogyakarta, salah satu tandanya ialah aktivitas kegempaan yang semakin sering.
"Ketika itu, frekuensi gempa mengalami kenaikan, tetapi tidak lebih dari 50 gempa setiap bulannya. Sementara itu, di lima bulan terakhir ini gempa yang terekam selalu lebih dari 500 kejadian per bulan,” ungkap Amien, mengutip dari liputan6.com.
Ada perbedaan yang jauh antara frekuensi gempa 2005 dengan tahun ini. Dengan demikian, sudah sepantasnya masyarakat jauh lebih waspada. Terlebih, tambah Amien, tumbukan lempeng yang menyusun Jawa Timur ini panjangnya sekitar 250 sampai 300 kilometer.
"Hal itu menunjukkan gempa sangat mungkin terjadi di berbagai titik, di wilayah yang ada di sekitar zona subduksi, yakni zona tempat terjadinya tumbukan itu," imbuhnya.
Aktivitas Seismik
Selain mengacu pada sejarah kegempaan, pengamatan aktivitas gempa juga dilandaskan pada data seismik yang terukur. Menurut Amien, aktivitas seismik yang tidak merata yang selama ini terekam perlu menjadi perhatian.
“Jika sewajarnya intensitas gempa di setiap titik zona subduksi adalah sama, tetapi ditemukan zona dengan gap seismik, artinya ada kemungkinan lempengan terkunci dan akan lepas sewaktu-waktu,” terangnya.
Di Indonesia, zona dengan gap seismic ditandai di sembilan wilayah yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Salah satunya ada di Jawa Timur, dekat dengan pulau Bali.
Jika daerah yang diperkirakan sedang mengalami kuncian antarlempeng pada akhirnya lepas, maka akan menyebabkan gempa besar. Jika dihitung akan ada waktu 20 sampai 25 menit untuk air mencapai daratan.
“Belum lagi, jika gempa yang terjadi berkekuatan M 8,7, akan mendorong sesar-sesar di Jawa Timur sehingga tereaktivasi,” lanjutnya.
Imbauan untuk Masyarakat
Sesar yang tereaktivasi bisa menyebabkan gempa-gempa lain akibat dislokasi. Sedangkan, sesar-sesar tersebut melewati wilayah padat penduduk, seperti Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan, dan Surabaya.
"Meskipun berkekuatan kecil, jika terjadi di daerah perkotaan maka akan sama membahayakannya," ungkap Amien.
Amien menegaskan, gempa sejatinya tidak membunuh, tetapi dapat memicu likuifaksi, amplifikasi, longsor, tsunami, serta kerusakan pada infrastruktur.
"Menurut sejarahnya, likuifaksi terparah di Jatim pernah terjadi di daerah Lumajang. Maka dari itu, kami menekankan supaya masyarakat kenal dengan macam bencana dan mitigasinya," ujarnya.
Prediksi tsunami setinggi 29 meter juga sebaiknya diketahui lebih awal oleh masyarakat.
"Berdasarkan catatan saya, gempa dan tsunami pernah melanda Jatim. Dan tepat hari ini 3 Juni di tahun 1994, pernah terjadi gempa sekuat M 7,8 dan menimbulkan tsunami setinggi 14 meter di Pancer, Banyuwangi," terangnya.
Tsunami Jatim Sebelumnya
©2021 Merdeka.com/bmkg.go.id
Dalam katalog tsunami BMKG tercatat bahwasanya tsunami pernah melanda pantai selatan Jawa Timur sebanyak tiga kali di tahun-tahun sebelumnya. Dengan waktu tempuh air untuk sampai ke daratan seperti yang disebutkan sebelumnya, yaitu selama 20 sampai 25 menit.
Artinya, apabila terjadi tanda-tanda tsunami hanya ada waktu sekitar 20 menit bagi warga pesisir untuk menuju tempat yang lebih tinggi, setidaknya setinggi 20 meter. “Penting edukasi terkait mitigasi yang dikenal dengan semboyan 20-20-20,” ujar Amien.
Jika terjadi gempa dan masyarakat pesisis merasakannya selama 20 detik, tak perlu menunggu air surut, mereka harus segera menuju ke tempat dengan ketinggian minimal 20 meter, karena hanya ada waktu sekitar 20 menit.
“Harus semakin tinggi kewaspadaan kita, jika Jawa Timur berpotensi alami gempa sampai kekuatan M 8,7,” lanjutnya.
Tidak Perlu Panik dan Cemas
Peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS ini berpesan, supaya masyarakat tidak panik dan cemas, tetapi menambah kehati-hatian dengan mempersiapkan infrastruktur layak gempa dan edukasi lainnya.
“Tak terkecuali pemerintah harus mengupayakan sosialisasi terkait mitigasi, bukan lagi hanya pada wilayah kategori rawan bencana, tetapi seluruh daerah,” ujarnya.
Amien mengajak masyarakat berkaca pada tragedi gempa besar di Jepang. Menurut survei penelitian, dari total warga selamat, 35 persen masyarakatnya memiliki wawasan kebencanaan, 32 persen lainnya memiliki keluarga yang berwawasan sama, sedangkan 28 persen yang lain bertetangga dengan orang berpengetahuan soal bencana.
Jika edukasi terkait kebencanaan dan mitigasinya digencarkan, imbuh Amien, akan besar peluang mengurangi jumlah korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi seperti gempa dan tsunami.
“Sembari melengkapi daerah dengan jalur evakuasi, kita harus mau mengedukasi diri agar siap siaga bermitigasi ketika bencana terjadi,” tegasnya.