Kisah Pasutri ASN Asal Tulungagung Sukses Bisnis Rambak Premium, Berhasil Produksi 75 Kg/Hari
Rambak ini berbeda dari yang lain, yaitu menggunakan minyak ekspor dan kulit sapi jantan.
Sebelum jadi juragan rambak, pasutri ini merantau ke kota besar untuk mencari penghidupan
Kisah Pasutri ASN Asal Tulungagung Sukses Bisnis Rambak Premium, Berhasil Produksi 75 Kg/Hari
Kehidupan rumah tangga Djarwo dan Kasmi, pasutri asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, ibarat roda berputar. Sebelum menjadi ASN sekaligus juragan rambak, pasutri ini sempat mengadu nasib ke Kota Surabaya demi mencari penghidupan.
- Tamatan SD dari Kampung, Pria Ini Sukses Usaha Kulit Lumpia Omzet Jutaan
- Tampang Tahanan yang Kabur dari Rutan Makassar Usai Rusak Besi
- Menengok Dampak Wacana Aturan Rokok Kemasan Polos ke Petani dan Pengusaha
- Dulu Jualan di Kaki Lima, Kini Eks Pegawai BUMN Ini Sukses Punya Pabrik Kerupuk Kulit, Omzet Rp700 Juta Perbulan
Masa Kecil
Djarwo mengaku dibesarkan dalam lingkungan keluarga pedagang rambak. Saat ini, ia merupakan generasi keempat yang menekuni bisnis rambak.
"Saya memilih (bisnis) rambak karena memang dibesarkan oleh rambak. Ibunya mbah saya sudah jualan rambak, kemudian mbah saya, orang tua saya" ujarnya, dikutip dari YouTube PecahTelur, Selasa (28/5/2024).
Selain itu, Djarwo mengaku menekuni bisnis rambak karena peluang pasarnya luas dan menghasilkan nilai ekonomi cukup tinggi.
Kehidupan Rumah Tangga
Djarwo dan Kasmi sempat merantau ke Surabaya selama beberapa tahun. Pasutri ini pulang ke Tulungagung pada tahun 2003 silam, yakni usai masa krisis keuangan menimpa Indonesia. Keduanya lantas menjadi tenaga honorer di institusi pemerintahan setempat.
Kisah InspiratifKunci Sukses
Kesuksesan Djarwo dan Kasmi menekuni bisnis rambak tidak datang begitu saja. Pasutri ini awalnya membantu orang tua Djarwo mengelola bisnis rambak. Kemudian, pada tahun 2010, keduanya mantap untuk memulai membuka bisnis sendiri.
"Segmen pasar kami kalangan menengah ke atas. Kami mengutamakan kualitas, mulai dari pemilihan bahan baku berupa kulit sapi jantan segar, pengolahan dilakukan secara tradisional yakni kulit dikerok manual tanpa obat, lalu pakai minyak kelapa jadi lebih gurih dan tidak serik saat dimakan," ujar Kasmi, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Kunci penting lain bisnis rambak Pak Djarwo sukses ialah penghargaan tinggi terhadap karyawan. Tidak hanya mendapatkan makan tiga kali sehari, para karyawan juga didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Produksi 75 kg/hari
Pasutri ini menuturkan dalam sehari bisa menghasilkan 75 kg rambak/hari.
"Untuk sementara ini kemampuan kita untuk produk itu sehari 75 kilo mas karena alat kita untuk proses pasteurisasi kemampuannya itu cuma satu saja" pungkas keduanya.
Pasutri ini juga menyebutkan rambak Pak Djarwo jadi rambak satu-satunya yang sudah punya izin halal.
Korban Penipuan
Sebagaimana para pebisnis lain, Djarwo dan Kasmi juga sering menjadi incaran para penipu. Pada tahun 2023 lalu misalnya, Kasmi menerima pesanan lima kuintal rambak dari seseorang, namun ternyata si pemesan merupakan penipu.
"Kami diminta mengantar ke Kediri, barang kami turunkan di sebuah rumah kosong. Terus kami diminta ngikutin orang ini naik motor katanya untuk melakukan pembayaran di pasar. Orang ini naik motor kencang tiba-tiba hilang. Saat kami balik ke rumah tempat menurunkan barang tadi, barangnya sudah tidak ada," ungkap Kasmi, dikutip dari YouTube PecahTelur.