Kisah Pria Asal Bondowoso Tinggalkan Pekerjaan sebagai Pegawai BUMN, Kini Hidup di Desa dan Punya 85 Ribu Ekor Bebek
Pekerjaan di perbankan mentereng ternyata tak serta merta membuat hidup orang bahagia.
Rahmad Hidayat cukup lama berprofesi sebagai banker. Ia merupakan pegawai di sebuah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meski pekerjaannya sangat menjanjikan dari segi finansial, ternyata orang tua Rahmad tidak merestui karier anaknya.
Atas persetujuan keluarga dan orang tuanya, Rahmad memutuskan mengakhiri kariernya sebagai pegawai bank. Ia kemudian merintis karier di bidang percetakan serta peternakan bebek petelur.
- Pria Ini Bikin Kantor Cabang Bank Palsu Untuk Tipu Para Pencari Kerja
- Pria Ini Buktikan Hidup di Perkotaan Bisa Bisnis Peternakan hingga Omzet Rp5 Miliar
- 40 Tahun Lebih Pria ini Dibohongi Istrinya, Syok Berat Baru Tahu 2 Anaknya Ternyata Bukan Keturunannya
- Dulu Pegawai Kini Mitra Kerja, Pemilik Toko Plastik di Bojonegoro Ungkap Alasannya Setia Jadi Nasabah BRI
“Awalnya hanya sampingan karena sebelumnya saya punya pekerjaan utama. Dulu hanya 300 ekor (bebek),” kata Rahmad, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Jatuh Bangun
Pandemi Covid-19 berdampak buruk bagi segala lini kehidupan. Hal ini juga menyebabkan bisnis percetakan Rahmad gulung tikar.
Saat bisnis utamanya jatuh, bisnis sampingannya di bidang peternakan bebek petelur justru membawa berkah bagi keluarganya.
Rahmad pun melihat potensi besar peternakan bebek petelur di Bondowoso dan bertekad mengembangkan sektor ini.
“Saat Covid-19 semua bisnis jatuh, tapi saya melihat orang banyak membeli telur bebek untuk dibuat jamu, untuk (tujuan) meningkatkan imun tubuh. Di sini saya melihat telur bebek punya potensi besar. Lantas saya berpikir bagaimana kalau dikembangkan setelah Covid-19,” ungkap Rahmad.
Berkembang Pesat
Seiring waktu, bisnis utama Rahmad di bidang percetakan justru gulung tikar. Sementara itu, bisnis sampingannya di bidang peternakan bebek petelur justru berkembang pesat.
“Apa yang ada di percetakan saya jual, waktu saya bangkrut. Saya alihkan ke bebek,” kata Rahmad.
Saat ini, Pak Rahmad mengelola lebih dari 27.000 ekor bebek petelur. Selain itu, ia juga bermitra dengan 800 peternak di tiga kabupaten, yaitu Bondowoso, Situbondo, dan Jember.
Secara keseluruhan, bisnis peternakan bebek petelur milik Rahmad memiliki 85.000 ekor. Dari jumlah tersebut, setiap hari Rahmad bisa memanen 45.000 butir telur.
Hasil panen telur itu didistribusikan ke berbagai daerah. Bahkan, Rahmad juga memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan besar.
Kini, Rahmad tidak hanya mendapatkan cuan dari penjualan telur bebek. Ia juga dipercaya para peternak sebagai suplier pakan bebek, tempat membeli bebek anakan atau bibit, hingga tempat menjual bebek yang sudah tidak produktif.
Mimpi Besar
Rahmad bukan sosok yang mudah berpuas diri. Ia masih memiliki mimpi lebih besar ke depannya.
“Kalau selama ini Bondowoso dikenal sebagai sentra tape, saya ingin melebarkan sayap agar Bondowoso juga dikenal sebagai sentra produksi telur bebek,” ungkap Rahmad.
Dia bermimpi bisa mengajak seluruh peternak di Bondowoso dan sekitarnya bisa lebih berkembang.
“Kunci saya berbisnis itu istikamah (konsisten) dalam satu bisnis dan restu orang tua,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Rahmad pun menuturkan sejumlah kunci yang membuatnya berhasil seperti sekarang. Salah satunya ialah mencari kenalan para pengusaha di bidang lain, terutama yang memiliki potensi untuk bekerja sama serta menjalin hubungan baik dengan mereka.
“Melek teknologi juga wajib,” tegas Rahmad.