Siap Damaikan PBNU dan PKB, Begini Sepak Terjang Wapres Ma'ruf Amin sebagai Tokoh Bangsa
Konflik antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih terus berlanjut. Wapres RI, Ma'ruf Amin pun ambil sikap tegas.
Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin mengaku siap menjadi mediator antara PKB dan PBNU yang saat ini tengah berkonflik. Meski demikian, Ma'ruf menolak jika dirinya hanya dijadikan peluru untuk menghantam salah satu kubu.
Ma'ruf menuturkan, jika ia hanya dijadikan peluru maka tidak ada manfaatnya bagi semua kalangan.
- Cak Imin Sengaja Tak Penuhi Panggilan PBNU: Kalau Mau Ngopi-Ngopi di Rumah, Ya Monggo
- Ma'ruf Amin soal Konflik PKB dan PBNU: Biasa Itu Suka Gegeran, Akhirnya Ger-geran
- Cak Imin Ungkap Alasan Ma'ruf Amin Tak Lagi Jadi Penengah Konflik PKB-PBNU
- Temui Wapres Ma’ruf Amin, Cak Imin Lapor PBNU Mau Intervensi PKB
"Kalau saya diminta mereka untuk mendamaikan, dengan tulus ikhlas saya sangat bersedia. Mendamaikan itu kan perintah agama," ungkap Ma'ruf Amin, dikutip dari YouTube Liputan6, Kamis (8/8/2024).
Adapun konflik PKB dan PBNU diduga karena ada persoalan sistematik dalam perseteruan PKB dengan PBNU, yakni sejak PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin mengurangi peran dan kewenangan para kiai, seperti mengurangi kewenangan Dewan Syuro melalui perubahan AD/ART di Muktamar Bali.
Profil
Ma'ruf Amin lahir di Tangerang pada 11 Maret 1943 dengan nama Ma'ruf al-Karkhi. Pria 81 tahun itu lahir saat Indonesia masih dijajah Jepang.
Nama "al-Karkhi" pada nama belakang Ma'ruf tidak bertahan lama, karena tidak tercatat dalam dokumen-dokumen legal. Pada tahun-tahun berikutnya, nama yang dipakai adalah nama ayahnya, Amin. Sehingga namanya berubah menjadi Ma'ruf Amin.
Ma'ruf menempuh pendidikan tingkat dasar di Sekolah Rakyat Kresek dan Madrasah Ibtidaiyah Kresek. Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama dan menengah atas di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang tak lain ialah milik Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
Pada tahun 1964, Ma'ruf kuliah di Fakultas Ushuluddin Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Ia pun berhasil memperoleh gelar sarjana filsafat Islam.
Pada tahun 2017 silam, Ma'ruf Amin meraih gelar guru besar bidang Ilmu Ekonomi Muamalat Syariah dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Punya Banyak Peran
Ma'ruf Amin memiliki berbagai peran penting dalam sejarah perkembangan PBNU. Kiprahnya di Nahdlatul Ulama dimulai saat dirinya menjabat sebagai Ketua Gerakan Pemuda Ansor ranting Koja pertama dengan menginisasi pembentukan grup drumben untuk meningkatkan kreativitas pemuda GP Ansor di bidang seni dan budaya, antara tahun 1964 sampai 1965.
Selain itu, ia memimpin GP Ansor Cabang Tanjong Priok dari 1965 sampai 1966 dan Ketua Front Pemuda yang beranggotakan organisasi pemuda lintas partai dari 1964 sampai 1967.
Pada tahun 1966 hingga 1970, ia memimpin Nahdlatul Ulama Jakarta. Kemudian menjabat sebagai Wakil Ketua Nahdlatul Ulama wilayah Jakarta dari 1968 sampai 1976.
Pengalaman dalam Pemerintahan
Ma’ruf Amin adalah Wakil Presiden ke-13 Republik Indonesia setelah bersama Presiden Joko Widodo terpilih dalam Pemilihan Presiden 2019.
Mengutip laman presidenri.go.id, Ma’ruf dilantik sebagai Wakil Presiden pada 20 Oktober 2019.
Ma’ruf Amin memiliki pengalaman legislatif sejak tahun 1971 hingga 1999. Berbagai jabatan publik juga pernah diembannya, mulai dari Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Ketua Majelis Ulama Indonesia, hingga anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Saat terpilih sebagai Wapres RI, Ma'ruf Amin mundur dari jabatan Rais Aam PBNU. Ia kemudian ditetapkan sebagai Muhtasyar PBNU dan masih aktif hingga sekarang.