100 Persen akses internet di Indonesia dikomersilkan
Indonesia mensweeping solusi (internet) murah dari Rakyat.
Internet masih menjadi barang mahal. Pengembangan program RT/RW-net masih mengalami kendala secara teknis. Program itu merupakan bentuk swadaya masyarakat agar dapat menikmati internet secara murah. Namun, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) melakukan sweeping terhadap jaringan internet berbiaya murah itu.
Pakar sekaligus pejuang Teknologi Informasi (TI) Indonesia, Onno Widodo Purbo, berang dengan sikap Pemerintah selama ini yang tak mendukung upayanya.
"Padahal secara teknis bikin Internet itu murah banget. Orang-orang pada bikin sendiri RT/RW-net tanpa izin telekomunikasi, tanpa izin ISP swadaya masyarakat tanpa duit siapa-siapa dan jadi solusi murah buat daerah, eh malah ini di-sweeping oleh balai monitoring Kemenkominfo," ujar Onno kepada merdeka.com melalui surat elektronik, kemarin.
"Jadi kesalahannya adalah Indonesia 100 persen mengandalkan dunia komersial untuk menyebarkan akses internet. Indonesia mensweeping solusi murah dari rakyat," kata Onno melanjutkan.
Berikut penuturan Onno Purbo kepada Pramirvan Datu Aprillatu beberapa waktu lalu saat berbincang melalui surat elektronik terkait dengan perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia.
Bagaimana adan melihat geliat antara provider, operator dalam mengembangkan teknologi, informasi dan komunikasi di Indonesia?
Jujur, operator, provider dan pemerintah cenderungnya beli jadi dari luar dan untuk mengoperasikan mereka enggak terlalu suka buat bikin sendiri. Akibatnya ya defisit terus sih hehehe. Terakhir Menkominfo kayaknya ada kemauan untuk memaksa local content HP. Kalau enggak 40 persen cuma untuk membuat local content ini enggak di dukung oleh ekosistem pendukungnya.
Untuk bikin HP butuh industri komponen butuh pabrik PCB Assembly, butuh orang yang bisa desain handphone, butuh orang yang bisa bikin ROM Android, butuh driver kernel linux untuk Android dll. Ini harus di bantu dan didukung baik lewat kurikulum perguruan tinggi maupun kemudahan membuat pabrik dll. Saat ini kurang dukungan dari pemerintah.
Indonesia termasuk negara yang memiliki potensi besar dalam pengembangan teknologi. Namun banyak yang menyebut kita masih bergantung kepada negara lain, menurut Anda?
Untuk bikin teknologi kita butuh orang teknik yang banyak, butuh kurikulum yang baik, kita butuh laboratorium untuk penelitian dan juga kita butuh anggaran besar. Enggak usah jauh-jauh deh, sekarang ini jumlah mahasiswa teknik hanya 9 persen dari populasi mahasiswa di Indonesia. Dengan populasi seperti itu jangan harap lah kita bisa bikin sesuatu.
Republik ini kan yang digembor-gemborkan entrepreneur, jadi pengusaha, jadi pedagang, tapi enggak pernah didukung orang yang bisa bikin barangnya, petaninya, dll. Ya akibatnya kita cuma bisa masukin barang dari luar kemudian dijual di Indonesia, disuruh bikin susah soalnya enggak ada orang, enggak ada laboratorium, enggak ada pabriknya.
Bisnis Teknologi, informasi dan komunikasi, khususnya satelit jadi bisnis menggiurkan. Apa tantangan ke depan?
Mau serius? Mulai dari SDM, mulai dari kurikulum dulu investasi di kampus-kampus khususnya untuk pendidikan teknik, kalau ini tidak dilakukan jangan pernah bermimpi kita bisa maju khususnya di dunia teknologi
Banyak menyebut bisnis TIK ini hanya dikuasai oleh segelintir kelompok, bagaimana penilaian Anda?
Ya wajar lah, lha wong yang bisa-nya memang cuma sedikit. Enggak usah jauh-jauh deh pelajaran TIK malah dibuang dari kurikulum SMP dan SMA oleh Mendiknas. Silakan cek aja ke sekolah-sekolah, itu investasi lab komputer dikemanakan sekarang? Kok malah jadi barang rongsokan? Kalau mau banyak orang terjun ke suatu bisnis yang bikin aja orang yang banyak untuk bisa berbisnis di dunia tersebut.
Akses komunikasi khususnya internet belum merata. Secara teknis apa yang salah dengan sistem TIK kita?
Yang diberi izin untuk membuka akses internet adalah operator telekomunikasi dan ISP. Sialnya mereka semua adalah entitas komersial yang namanya komersial di mana-mana cari duit. Kalau masuk ke daerah yang penduduk sedikit seperti daerah terpencil, desa dan lain-lain, ya pasti rugi lah. Di sini entitas komersial enggak ada yang mau masuk di kota besar ya pasti untung makanya mereka bejibun.
Padahal secara teknis bikin internet itu murah banget. Orang-orang pada bikin sendiri RT/RW-net tanpa izin telekomunikasi, tanpa izin ISP swadaya masyarakat, tanpa duit siapa-siapa dan jadi solusi murah buat daerah, eh malah ini di-sweeping oleh Balai Monitoring Kemenkominfo.
Jadi kesalahannya adalah Indonesia 100 persen mengandalkan dunia komersial untuk menyebarkan akses internet. Indonesia mensweeping solusi murah dari Rakyat.
Dalam kurikulum maupun pengembangan TIK di dunia pendidikan masih kurang maksimal. Seharusnya seperti apa? Lalu kenapa minat terhadap TIK masih kurang?
Lha kemarin kan Pak Nuh (Mendiknas) menghilangkan TIK dari kurikulum kita, semua pada protes dicuekin. Tahun lalu tanggal 30 April 2014 saya bahkan menulis surat terbuka dicuekin. Sampai sekarang ada 40 ribu guru TIK yang pada frustasi enggak bisa ngajar banyak di lab-lab komputer, mereka dianggurin jadi barang rongsokan. Banyak orang tua yang kecewa khususnya di daerah, pemerintahnya cuek aja tuh.
Kemarin guru-guru pada melobi ke Pak Anies cuma belum ada tanda-tanda, sampai sekarang banyak yang sudah mulai pada frustasi.