Angela Merkel: From hero to zero?
Namun arah angin politik di Jerman hari-hari ini nampaknya makin tak berpihak pada Merkel.
Baru sekitar sebulan lalu Kanselir Jerman dipuja puji para pengungsi dari Suriah, Afghanistan dan lainnya yang membanjiri Jerman sebagai sosok yang murah hati dan penuh kasih. Dengan penuh terima kasih mereka menyebutnya Mama Merkel.
Karena kepemimpinan Merkel dalam isu pengungsi ini Jerman dipuji telah memperoleh wajah baru atas sikap dan kebijakannya atas krisis pengungsi yang membanjiri Eropa karena dalam kasus krisis utang Yunani, Jerman dinilai sebagai bersikap keras, kaku, egois dan tipis solidaritas Eropanya. Namun dalam kasus migran ini, Jerman dipuji sebagai penegak nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita Eropa. Merkel adalah pahlawan.
Kepahlawanan yang disematkan kepada Merkel bukan tidak ada latar belakangnya. Pemerintah Jerman mempunyai posisi unik karena tidak ada suara anti pengungsi yang kredibel di mata publik Jerman. Sebagian rakyat Jerman juga mempunyai keyakinan bahwa imigran akan membuat negaranya makin kuat dengan populasi yang makin menua.
Namun arah angin politik di Jerman hari-hari ini nampaknya makin tak berpihak pada Merkel. Sebuah jajak pendapat oleh televisi Jerman ARD (2/10) menunjukkan bahwa prosentase warga Jerman yang “takut” akan jumlah pengungsi yang masuk ke Jerman naik dari 38 persen di bulan September naik menjadi 51 persen. Tingkat dukungan publik kepada Merkel anjlok 9 poin dari 54 persen. Angka terendah dalam 4 tahun terakhir.
Di tingkat bawah, ketegangan dan insiden kekerasan juga makin meningkat di antara warga Jerman dengan para pengungsi yang tinggal di penampungan. Dalam dua minggu terakhir majalah Der Spiegel (6/10) mencatat telah pecah kekerasan di hostel penampungan di Ellwangen negara bagian Baden-Württemberg, di Suhl negara bagian Thuringia, di Bramsche negara bagian Lower Saxony dan beberapa kota lain.
Di level elit politik, Merkel harus menghadapi tentangan kawan sendiri yaitu dari Horst Seehofer, gubernur negara bagian Bavaria yang sekaligus ketua partai CSU (Christian Social Union) kembaran partainya Merkel, CDU (Christian Democratic Union). Seehofer telah mengeluarkan ancaman akan mengajukan tuntutan di Mahkamah Konstitusi Jerman melawan Merkel karena penolakan Merkel menetapkan batas atas jumlah pengungsi yang bisa diterima tiap negara bagian dianggap melanggar independensi negara bagian yang dilindungi konstitusi.
Lebih jauh Seehofer meminta pengungsi dikembalikan ke perbatasan dengan Austria sebagai bentuk “bela diri“. Alasan Seehofer mengajukan tuntutan itu karena ia tidak ingin partai-partai sayap kanan akan memanfaatkan situasi ini. Ketegangan politik ini dinilai telah memasuki tahap pertarungan politik antara dirinya dengan Merkel.
Wakil Kanselir dari partai koalisi SPD (Social Democratic Party) Sigmar Gabriel secara terang-terangan juga mengingatkan Merkel bahwa aliran pengungsi telah mendekati batas kemampuan Jerman untuk menangani. Katanya, meski undang-undang pengungsi Jerman tidak mengatur adanya batas, namun kenyataannya kemampuan kota-kota di Jerman menampung pengungsi ada batasnya. Pandangan serupa juga mengemuka dari Presiden Jerman, Joachim Gauck yang dipandang liberal.
Suasana kebatinan yang berubah melawan Merkel ini makin memberi angin kelompok Islamofobia, Pegida. Ribuan simpatisan kelompok ini tiap hari Senin berdemonstrasi di Dresden menentang kebijakan Merkel menerima pengungsi dan meminta perbatasan Jerman ditutup bagi pengungsi. Tak ketinggalan kelompok Yahudi juga ikut bersuara.
Presiden Dewan Yahudi Pusat di Jerman, Josef Schuster telah menyampaikan secara langsung kepada Merkel kekhawatiran akan meningkatnya anti semitisme seiring dengan mengalirnya pengungsi yang datang dari negara-negara yang ia anggap memusuhi Israel.
Tekanan yang maha besar ini membuat Merkel harus mengambil langkah baik. Dikabarkan Merkel mempunyai skenario seperti ini. Jerman akan membantu Turki agar mampu menampung 2 juta pengungsi secara lebih baik sehingga mengurangi minat pengungsian ke Eropa. Kemudian ia akan membantu penyelesaian konflik di Suriah dengan melibatkan AS, Rusia, Saudi Arabia dan Iran.
Jelas itu jalan yang teramat panjang dan tidak gampang di tengah perkembangan di Suriah dan Timur Tengah yang makin tak bisa ditebak dengan campur tangan Rusia mendukung Presiden Bashar Assad. Pilihan kebijakan Merkel penanganan pengungsi ini akan menjadi pertaruhan baginya, apakah ia akan tetap menjadi hero atau kalah dan menjadi zero.